Headlines
Loading...
Menghentikan Penderitaan Anak Gaza, Butuh Tentara dan Negara

Menghentikan Penderitaan Anak Gaza, Butuh Tentara dan Negara


Oleh. Umu Khabibah

SSCQMedia.com - Anak merupakan anugerah yang sangat didambakan oleh banyak orang tua di dunia. Bahkan, anak menjadi penyokong utama dalam berkembangnya masa depan suatu negara. Kualitas suatu negara dapat dilihat dari seberapa unggul generasinya. Namun, bagaimana jadinya jika suatu negara,  generasinya banyak dibantai dan dihabisi tanpa belas kasihan? Ya. Itulah yang terjadi di  Palestina.

Anak-anak seharusnya menikmati masa kecil mereka dengan bermain dan belajar, bukan malah menderita karena serangan senjata, kelaparan, dan kehancuran masa depan. Menurut Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), setiap jam, satu anak tewas di Jalur Gaza akibat serangan brutal Israel. Kebrutalan Israel dalam serangan-serangan ke tanah Gaza mengakibatkan setidaknya 14.500 anak Palestina meninggal dunia dalam serangan Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza sejak 2023. (Beritasatu.com, 25/12/2024).

Sangat mengerikan! Kebrutalan Zionis ini seolah sengaja menargetkan anak-anak di Jalur Gaza agar negaranya tidak memiliki masa depan. Selain itu, Zionis Yahudi juga melakukan serangan terhadap fasilitas publik seperti sekolah dan rumah sakit. Hal ini menegaskan bahwa mereka tidak hanya menargetkan Hamas, namun sebenarnya menargetkan warga sipil dan anak-anak. Serangan terhadap Hamas hanyalah dalih untuk melanjutkan genosida.


Solusi Dua Negara?

Aksi dari kebrutalan Zionis Yahudi ini banyak menerima kecaman dari masyarakat dunia. Bahkan, masyarakat dunia terang-terangan melakukan pembelaan atas penderitaan anak-anak Gaza kepada para pemimpin dunia. Namun, apa yang dilakukan para pemimpin dunia? Tidak ada! Mereka hanya melakukan kecaman-kecaman atas dasar kemanusiaan saja, tetapi tidak ada tindakan untuk menyelesaikan konflik ini.

Berbagai kecaman atau seruan internasional ini pun tidak mempan untuk menghadapi kebrutalan entitas Zionis Yahudi. Bahkan, solusi yang diserukan dunia internasional bagi Palestina masih sebatas solusi dua negara. Seakan-akan tidak ada solusi lain yang lebih mampu untuk menuntaskan konflik di sana. Sedangkan krisis Palestina sudah melebihi batas kemanusiaan dan terkategori genosida.

Solusi dua negara merupakan solusi yang tidak menghasilkan apa-apa, justru lebih memberikan kerugian bagi Palestina karena pembagian wilayah yang tidak adil. Masyarakat Palestina hanya akan mendapatkan wilayah di Tepi Barat yang memiliki tanah-tanah tandus, termasuk Gurun Negev, area yang saat ini dikenal sebagai Jalur Gaza, sedangkan Yahudi akan mendapatkan wilayah di sebagian besar garis pantai dan tanah pertanian yang paling subur di Galilea. Dan untuk wilayah Yerusalem sendiri akan ditangani terpisah oleh pihak internasional.


Rebut Kembali Tanah Milik Kaum Muslimin

Oleh karenanya, seharusnya solusi dari konflik ini adalah dengan merebut kembali tanah dan rumah warga Palestina dari pihak Yahudi, bukannya menawarkan untuk berbagi wilayah dengan para Zionis dengan mengirimkan bantuan militer dari negeri-negeri muslim terdekat. Namun, dapat kita lihat, para pemimpin muslim malah menyetujui solusi dua negara untuk Palestina. Ini merupakan pengkhianatan terhadap janji mempertahankan Palestina sebagai tanah kaum Muslim.

Allah Swt. berfirman: "Wahai kaumku, masuklah ke tanah suci yang telah Allah tentukan bagimu dan janganlah berbalik ke belakang (karena takut kepada musuh), nanti kamu menjadi orang-orang yang rugi." (TQS. Al-Maidah: 21)

Banyak dari para pemimpin negara-negara Islam hanya menggunakan isu Palestina sebagai kepura-puraan untuk menunjukkan simpati mereka terhadap Palestina. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian mereka terhadap tanah Palestina tidaklah tulus dan hanya kebohongan belaka karena solusinya ditentukan oleh pihak Barat. Tak heran jika perang ideologi di Palestina belum usai.

Umat muslim seharusnya menyadari dengan jelas bahwa sistem kapitalis yang lahir dari rahim musuh-musuh Islam tidak dapat memberikan keadilan bagi Palestina dan umat Islam di seluruh dunia. Lebih jauh lagi, sistem kapitalis inilah yang membuka jalan bagi penjajah Zion untuk membantai anak-anak Gaza.

Oleh karena itu, umat Islam harus menjalankan agendanya sendiri dengan mengintegrasikan Islam ke seluruh dunia. Hal ini akan membangkitkan dalam diri mereka gagasan dan kebutuhan akan penerapan hukum Islam secara penuh melalui cita-cita berdirinya negara Islam. Kebangkitan ide-ide Islam yang selama ini terpendam di tengah masyarakat akan mendorong untuk melawan rezim dan mengirimkan pasukan ke Palestina untuk melakukan pembebasan pendudukan dari penjajah Zionis Yahudi kafir. Penegakan negara Islam akan mengembalikan kekuasaan dan spirit Islam di bawah naungan negara Islam. Fungsi negara dalam Islam adalah memberikan perlindungan kepada rakyatnya dan menyelamatkan kaum muslimin, bukan hanya muslim Palestina tetapi seluruh kaum Muslimin. Karena itu, tegaknya negara Islam akan menjaga warga Palestina dari serangan penjajah.

Persoalan Palestina akan usai dengan persatuan umat Islam di bawah komando pemimpin Islam yang dengan itu akan mengirimkan tentara-tentaranya ke Palestina untuk melakukan jihad fisabilillah yang akan mengusir entitas Yahudi dari tanah Palestina dan menangkap para pemimpinnya. Maka, tidak ada perjuangan yang lebih hebat dan istimewa kecuali perjuangan menegakkan kembali negara Islam.

Perjuangan ini tentu saja membutuhkan generasi yang hebat seperti Umar bin Khattab dan Salahuddin al-Ayyubi yang mampu membebaskan Palestina. Sungguh, umat Islam harus berdakwah ke tengah-tengah umat untuk memahamkan solusi hakiki persoalan Palestina ini. Insyaallah, perjuangan dakwah ini akan menurunkan pertolongan Allah. Penerapan syariah dan pemersatuan umat Islam merupakan solusi tuntas persoalan Palestina.

Wallahualam bissawab. []

Baca juga:

0 Comments: