Headlines
Loading...
Bahaya Propaganda Lewat Industri Hiburan

Bahaya Propaganda Lewat Industri Hiburan


Oleh. Zulhilda Nurwulan, M.A. 
           (Aktivis Muslimah BMI)

SSCQMedia.Com - Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, propaganda diartikan sebagai penerangan (paham, pendapat, dan sebagainya) yang benar atau salah yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan orang agar menganut suatu aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu. Hal ini berkaitan erat dengan sebuah ideologi tertentu yang ingin ditanamkan oleh para penganutnya kepada pihak lain. Penyebaran sebuah ideologi dapat dilakukan dengan berbagai cara di antaranya melalui hiburan. 

Hiburan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia dalam hal mencari kesenangan. Setiap orang tentu senang dengan hiburan. Bahkan, banyak yang menjadikan hiburan sebagai pelarian dari segala bentuk kejenuhan hidup, misalnya pekerjaan. Hiburan memiliki banyak jenis, di antaranya adalah film, acara televisi, musik, olahraga, permainan, dan teater. Hiburan bertujuan untuk melibatkan dan memikat penonton, memungkinkan mereka untuk melepaskan diri dari kehidupan sehari-hari dan membenamkan diri dalam dunia atau pengalaman yang berbeda. Dari sinilah tak jarang propaganda bermunculan melalui cerita, alur, latar belakang, maupun tema sebuah karya


Bukan Sekadar Hiburan melainkan Alat Propaganda

Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, pemaparan ide bisa saja dimunculkan melalui bagian sebuah cerita drama televisi yang banyak diminati dengan tujuan menyampaikan paham sebuah ideologi tertentu yang dimiliki salah satu pihak dari pembuat cerita. Dalam dunia hiburan, karya adalah cara terbaik menyampaikan ide baik atau salah untuk diyakini oleh penikmat hiburan yang bisa menimbulkan sebuah propaganda. Misalnya, propaganda yang muncul pada cuplikan sebuah drama Korea yang memuat pesan tentang kondisi yang terjadi di Palestina. 

Dalam drama yang tayang pada 4 Januari lalu melalui stasiun televisi swasta menampilkan sebuah adegan penyerangan yang terjadi negara fiksi bernama 'Izmael' oleh negara "Palzima". Sontak, adegan ini menuai kritik pedas netizen dari berbagai negara disebabkan adegan tersebut yang disinyalir menyinggung kondisi yang terjadi di Palestina. Ditambah, latar tempat pada cuplikan tersebut berlangsung di daerah gurun yang merepresentasikan negeri Arab. Hal ini semakin menambah keyakinan penonton jika adegan ini sengaja dibuat untuk menyinggung kondisi Palestina-Israel. 

Dari masalah tersebut dapat dilihat sikap negara Korea terhadap kondisi yang tengah terjadi di Palestina meskipun Korea belum pernah menyatakan secara terbuka tentang posisi mereka terhadap konflik yang sedang bergulir tersebut. Seperti yang diketahui, Korea merupakan sekutu Amerika Serikat secara hubungan diplomatik internasional. Asisten Profesor Jurusan Studi Lintas Budaya dan Kawasan, University of Copenhagen, Jin Sangpil,  menyebut Korea Selatan berada dalam posisi yang sulit dalam menyikapi isu Gaza.

Sebagai sekutu AS, menurut dia, maka Korea harus ikut menjaga hubungan dekat dengan Israel, tetapi pada saat bersamaan Seoul juga bergantung pada negara-negara Timur Tengah untuk pasokan minyak dan gas. 

Dengan demikian, propaganda yang dimunculkan dalam cuplikan drama korea tersebut cukup menjelaskan posisi Korea Selatan terhadap konflik Palestina-Israel yang tengah bergulir.


Hiburan sebagai Alat Penjajahan

Hari ini umat muslim telah diserang dengan berbagai paham Barat seperti liberalisme, pluralisme, sekularisme, dan isme-isme lainnya. Paham ini merupakan bentuk penjajahan pemikiran yang tidak bisa dihindari. Kegemaran umat muslim pada hiburan seperti film, acara TV, dan hiburan lainnya menjadi salah satu jalan masuk penyebaran paham-paham Barat tersebut. 

Korea misalnya, yang terkenal dengan K-Popnya, drakor (drama Korea)nya,   berhasil menyebarkan budaya dan  paham-paham yang mereka anut sebagai bentuk imperialisme budaya di tengah-tengah negeri muslim. Tanpa disadari, paham ini sesungguhnya bertolak belakang dengan keyakinan umat Islam. Paham-paham Barat tersebut telah menjajah umat Islam secara pemikiran mereka. Inilah yang membuat banyak umat muslim yang masih abai terhadap kondisi saudara muslimnya yang lain di berbagai belahan dunia lainnya misalnya di Palestina, Rohingya, Xinjiang dan lain-lain.


Muslim Bersatu, Empaskan Penjajahan

Bergulirnya penjajahan di tengah-tengah umat disebabkan hilangnya persatuan di tubuh kaum muslimin. Nasionalisme yang menanamkan nilai pemisahan di setiap negeri membuat negeri-negeri muslim sibuk dengan urusan dapur masing-masing negara hingga lupa kewajiban mereka atas saudara muslimnya yang lain. Solusi damai dua negara dianggap cukup untuk menyelesaikan pendudukan Israel atas Palestina. Padahal, solusi ini jelas makin melanggengkan penjajahan Israel terhadap Palestina. 


Penjajahan Palestina tidak akan mampu diselesaikan dengan solusi damai dua negara. Serangan militer yang terjadi di Palestina sudah sepatutnya dibalas dengan menggunakan kekuatan militer juga. Militer yang dimiliki Palestina saat ini belum cukup mampu mengalahkan serangan militer dari Israel yang notabene mendapat dukungan dari dunia internasional (Amerika Serikat dan sekutunya). 

Oleh karena itu, diperlukan bantuan militer dari negara lain untuk menopang kekuatan Palestina saat ini. Di sinilah perlunya persatuan kaum muslimin untuk bersama-sama membantu Palestina terbebas dari penjajahan. Dengan demikian, sudah saatnya umat muslim sadar bahwa masalah Palestina adalah masalah kaum muslimin sehingga pembebasan Palestina merupakan kewajiban kaum muslimin dan kelak di akhirat akan dimintai pertanggungjawaban atas sikap kita terhadap Palestina. [An]

Baca juga:

0 Comments: