Headlines
Loading...
Ulurkan Tanganmu, Palestina Memanggil Kita

Ulurkan Tanganmu, Palestina Memanggil Kita


Oleh. Eka Suryati 

SSCQMedia.Com-Sahabatku, apa kabar? Sudahkah bersyukur akan nikmat sehat hari ini? Sudahkah bersyukur karena diberi rumah yang nyaman, sehingga bisa berteduh? Berteduh dari apa? Berteduh dari rasa panas yang menyengat akibat panas matahari yang membakar tubuh. Berteduh dari derasnya hujan yang kadang membuat kita menggigil kedinginan. 

Masyaallah, ketika kita letih ada keluarga yang menyambut kita dengan hangat. Rasa letih kita hilang saat kita bersandar di kursi atau berbaring di kasur tidur kita yang empuk. Hilang sudah lelah dan letih kita itu. Lalu kita juga bisa mengganjal perut kita saat kita lapar. Berbagai hidangan lezat tersedia di meja makan. Atau kalaupun tidak, kita tetap masih bisa makan dan minum dengan nyaman. Itu pun masih sering kita tak bersyukur karena makanan atau minuman yang ada tak sesuai dengan selera kita. Kita buang begitu saja makanan itu. Kita tinggalkan tanpa kita sentuh, lalu kita mencari makanan yang sesuai dengan selera makan kita. 

Padahal, Rasulullah pernah memperingatkan kita untuk tidak boleh mencela makanan. Apabila makanan itu lezat, sesuai selera kita maka pujilah. Apabila tidak enak atau tidak sesuai selera kita maka tak usah dicela, makan seadanya. Bahkan jika kita makan makanan itu dengan penuh rasa syukur seharusnya tak perlu kita tak berselera makan. Kita masih sehat, kita masih bisa makan dengan enak, andai pun hanya ada nasi putih dan kerupuk sebagai lauk makan kita, kita masih bisa menikmati dengan nikmat. Mengapa? Karena kita masih sehat, kita masih diberi rasa nyaman dan aman.

Lalu, lihatlah di belahan bumi yang lain, di bumi Palestina. Apa yang terjadi dengan mereka? Ternyata sangat bertentangan dengan yang kita alami di sini. Mereka di sana kepanasan saat terik matahari menyengat kulit. Mereka kedinginan saat hujan mengguyur tubuh mereka. Rumah mereka rata dengan tanah, dibombardir Zionis yang sangat biadab. Bumi Palestina digenosida. Tak ada lagi tempat berteduh bagi mereka. Kalaupun ada mereka tinggal di daerah-daerah pengungsian. 

Fakta yang ada dan mengiris hati kita, mereka kelaparan. Tak ada makanan tersedia dengan cukup untuk mereka. Pada saat mereka lapar, ada yang harus mengais-ngais makanan di jalanan dan tetap saja tak mereka temukan makanan itu.

Sahabatku, walaupun keimanan mereka begitu kuat, apakah kalian tega melihat saudara seiman kita kelaparan? Terkadang mereka bertanya, di mana saudara seiman mereka, di mana umat dari Nabi Muhammad saw. berada? Mengapa mereka dibiarkan dalam keadaan seperti itu?

Mungkin, andai keadaan mereka itu terjadi dengan kita, kita tak akan kuat. Sehari saja kita bertukar posisi, mungkin kita akan menyerah. Lalu, masihkah kita tak mau mengulurkan tangan kita untuk membantu mereka? Berikan sumbangsih kita untuk mereka. Tulis apa yang bisa kita beberkan tentang fakta mereka. Buat konten yang bisa menggugah orang untuk bersimpati pada mereka, pada perjuangan mereka, pada penderitaan mereka. Sumbangkan uang kita, mari berdonasi untuk Palestina. Apa yang mereka butuhkan dan kita punya, berikanlah.

Tak semuanya mereka kuat bertahan. Bukan soal keimanan, tapi soal fisik mereka. Ada bayi tak berdosa, ada orang tua yang lemah tak berdaya, bahkan pemuda pun akan tak lunglai jika tak makan berhari-hari. Saatnya kita membantu mereka. Kita sedang diuji Allah, diuji rasa peduli kita. Masihkah kita peduli pada nasib mereka, ataukah hati kita ikut membatu, menjadi tirani yang bergeming melihat nasib mereka. Kita ini umat Islam, kita bersaudara dan diikat oleh akidah yang sama. Mari, kita ulurkan tangan membantu mereka. Jangan sampai di akhirat nanti mereka menuding kita, mengatakan kita tak bersimpati pada mereka. Bagaimanakah kita akan menjawabnya?

Kotabumi, 10 Januari 2025 [An]

Baca juga:

0 Comments: