Kisah Inspiratif
Wanita Inspiratif dalam Hidupku
Oleh. Artatiah Achmad
SSCQMedia.Com- Menceritakan sosok mulia ini seakan tak ada habisnya. Beliau memiliki tempat spesial di mata anak-anaknya. Siapa lagi kalau bukan seorang ibu. Tak terkecuali untuk diriku. Ibuku yang biasa kupanggil mamah selalu menempati tempat spesial dalam hatiku. Ada kerja keras dan kerja cerdas mamahku di balik keberhasilan ketujuh putrinya.
Mamahku, seorang wanita sederhana dan penyayang. Sejak kecil terbiasa hidup mandiri dan suka membantu kedua orang tua. Sebagai anak perempuan kedua, mamahku terbiasa membantu nenekku. Kalau nenekku ke ladang, mamah biasanya akan menjaga adik-adiknya. Mamah memiliki 1 kakak perempuan, 2 adik laki-laki, dan 3 adik perempuan. Adik mamah baik yang laki-laki maupun perempuan sangat dekat dengan mamah. Bahkan, adik bungsu mamah biasa diasuh bareng dengan anak mamah yang pertama.
Mamah dibesarkan di tengah keluarga yang hangat, penuh kasih sayang. Kakek dan nenekku sangat menyayangi mamah. Dibesarkan di tengah keluarga yang hangat ternyata menjadikan mamah sosok ibu yang penuh cinta kasih kepada anak-anaknya, penyayang, lembut, dan sangat berbakti kepada suaminya.
Mamahku bukan wanita berpendidikan tinggi. Beliau hanya lulusan Sekolah Dasar (SD). Walau hanya lulusan SD, kecerdasannya luar biasa. Itu berdasarkan testimoni gurunya sendiri yang ternyata menjadi suaminya (bapakku).
Bapak pernah bercerita bahwa mamah sangat jago berhitung. Kata bapak "Murid bapak nu pinter teh di antarana Ii (mamahku) jeung Warso" (Murid bapak yang pintar di antaranya adalah Ii (mamahku), dan Warso." Mamah tak pernah menggunakan kalkulator saat menjumlahkan deretan angka-angka.
Meski pintar, mamah tak mau melanjutkan sekolah ke SMP. Alasannya karena waktu itu mamah pernah kecelakaan yang menyebabkan penglihatan mamah terganggu. Waktu kecil, mamah pernah tertimpa pelepah kelapa kering yang jatuh tepat menimpa kepalanya. Saat itu kepala mamah sampai berlumuran darah. Setelah kejadian itu, efeknya kalau membaca teks tulisan dari buku atau koran harus dari jarak sangat dekat. Karena mamah tidak mau merepotkan orang tua, mamah memilih bungkam tak mau menceritakan keluhannya yang bisa jadi jika ditangani dengan tepat mungkin penglihatannya bisa normal kembali.
Walau tamatan SD, mamahku seorang ibu tangguh yang memiliki visi ke depan. Itu terbukti dengan cara beliau mendidik anak-anaknya. Beliau senantiasa mengajarkan adab yang baik kepada kami. Beliau punya prinsip walau perempuan, anak-anaknya harus maju dan berpendidikan tinggi, menjadi wanita salihah, berhasil dunia dan akhirat.
Aksi nyata untuk mewujudkan impiannya tampak dari kerja keras beliau. Beliau rela berdagang buka warung kecil-kecilan untuk membantu bapak agar dapur tetap ngebul. Keuntungan dari berdagang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Adapun biaya untuk sekolah ketujuh putrinya diambil dari penghasilan bapakku. Kalau semua keperluan mengandalkan dari penghasilan bapakku, tentu tidak cukup untuk biaya sekolah kami. Penghasilan guru SD saat itu begitu kecil.
Mamah dan bapak pasangan suami istri yang harmonis. Beda usia yang terpaut hampir 15 tahun bukan menjadi rintangan bagi mereka untuk saling mencintai. Aku belum pernah menyaksikan mamah bertengkar dengan bapak. Sebagai istri, mamah sangat patuh kepada suaminya dan menjadi partner kompak dalam membesarkan anak-anaknya. Itulah yang membuat bapak tak bisa jauh dari mamah hingga akhir hayatnya.
Mamah..., sekarang bapak sudah tiada. Walau dalam diam, kutau kau sangat terpukul kehilangan kekasih pujaan hati. Kutau kau adalah orang yang paling kehilangan. Bagaimana tidak kehilangan? Lebih dari 55 tahun kau temani suamimu dalam suka maupun duka. "Jangan terus bersedih ya, Mah." Izinkan kami anak-anakmu menemanimu dan merawatmu. Mari kita doakan bapak semoga Allah Swt. menerima iman dan Islamnya. Semoga kelak kita bisa berkumpul di surga bersama seluruh keluarga, pasangan, anak dan cucu kita. Aamiin.
Mamah, kau adalah ibu mulia. Kau begitu sabar menghadapi suamimu juga aneka tingkah polah anak-anakmu. Kau sabar menerima ketetapan Allah dengan sakit stroke lebih dari 14 tahun lamanya. Padahal kutau kau pasti "gatal" ingin mengerjakan ini dan itu karena dari dulu kau tak bisa diam.
Setiap pagi kuingat kau "inspeksi" mengambil baju-baju kotor di setiap kamar untuk kau cuci sebelum berangkat ke pasar membeli barang dagangan. Sambil melayani pembeli kau bisa nyambi memasak sehingga saat anak dan suami pulang dari sekolah sudah tersedia aneka hidangan lezat bergizi menggugah selera.
Mah, aku kangen sayur sop dengkul, perkedel kentang, pesmol ikan, juga empal gepuk buatanmu yang tiada duanya. Aku kangen omelanmu saat kau memarahiku karena aku bersantai ria "nggak gercep" menyediakan makanan untuk suamiku saat aku bertandang ke rumahmu. Maafkan aku kalau pas datang ke rumahmu suka bermanja ria kembali lagi ke mode anak-anak.
Mamah, kau memang istri ideal yang selalu sigap menyiapkan keperluan "sumur, dapur, dan kasur" untuk suamimu. Aku belajar darimu mah. Aku belajar bagaimana menyiapkan keperluan suami dan anak-anak. Aku ingin mencontohmu walau terkadang susah. Kutau kau tak pernah mengeluh sedikitpun saat membesarkan anak sambil berdagang membantu suami. Kutau kau selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak dan suamimu.
Mamah, walau kau selalu memberikan yang terbaik untuk kami, kau juga selalu hidup sederhana dan tidak memanjakan kami secara berlebihan. Saat awal berumah tangga, kata kakak-kakakku kehidupanmu sangat prihatin. Selembar tikar menjadi saksi kesederhanaan kalian. Nasi tutug garam, ditambah ikan asin menjadi menu andalan. Meski demikian, kau tetap mengajarkan anak-anak selalu bersyukur atas segala nikmat.
Seiring waktu, perekonomian keluarga terus membaik. Namun lagi-lagi kau tetap mengajarkan kami untuk tetap sederhana, pandai bersyukur, jangan kikir, dan mau menolong sesama. Sebagai ibu kau ajarkan prinsip dasar yang harus dimiliki seorang wanita, khusnya menjadi seorang istri. Kau didik kami agar selalu berbakti kepada suami. Kau bekali kami agar mampu mengurus suami, anak, juga mengurus rumah. Kuingat kau didik anak sulungmu dengan sangat baik. Teh Dedeh Wahidah Achmad menjadi panutan adik-adiknya. Spesial untuk beliau menjadi kakak yang mengajarkanku pelajaran dan puisi. Saat aku 4 tahun ternyata sudah mampu berpuisi di depan khalayak. Dari Teteh nomor 2 kulihat sosok yang pandai beberes rumah. Dulu aku suka kesal saat Teh Nunung Nursaniah suka ngeberesin mainan kita. Maklum, saat itu kami masih kecil jadi hobinya memberantakkan rumah. Maafkan aku ya Teh. Pasti kamu sangat kesal dengan tingkah kami adik-adikmu.
Saat kakak nomor 1, 2, dan 3 sudah kuliah, kakak nomor 4, aku dan adikku diberi tugas membersihkan rumah. Dulu aku dapat tugas mengepel lantai. Adikku Fajar Fitriah Achmad bagiannya menyapu lantai. Kakakku Robiah Achmad bagiannya setrika baju dan merawat tanaman. Tak heran walaupun kau punya warung sayuran dan banyak anak yang masih kecil-kecil, namun rumahmu cukup bersih terawat dengan aneka tanaman di pekarangan.
Mamah, sekarang rumah peninggalan bapak tak terawat. Apalah daya ketujuh putrimu harus menemani suaminya masing-masing di daerah yang jauh dari rumah peninggalan bapak. Terpaksa kau juga mau tak mau ikut tinggal bersama putri-putrimu secara bergilir. Kutau keinginanmu pastinya tetap menempati rumahmu yang penuh kenangan. Rumah yang menjadi saksi perjuangan mamah dan bapak dalam membangun rumah tangga selama lebih dari 55 tahun. Alhamdulillah beberapa hari yang lalu kita rembukan untuk berusaha mencari jalan keluar terkait peninggalan bapak ini. Semoga ada jalan terbaik.
Mah, aku kangen menikmati momen menyambut Ramadan dan hari raya Idul Fitri bersama keluarga kita. Menjelang bulan suci Ramadan biasanya kau inspeksi bersih-bersih rumah, yang paling kuingat adalah saat kau sigap mencuci gorden. Rasanya dulu belum trend laundry, jadi kalau mau nyuci gorden ya harus manual, kebayang betapa pegalnya. Namun semua kau lakoni dengan keikhlasan.
Menjelang hari raya, biasanya ada aneka kue yang kau buat. Padahal menjelang hari raya merupakan momen paling sibuk di warungmu karena banyak pesanan dari pelanggan. Namun, walau sibuk, kau tetap berusaha menyiapkan aneka kue dan masakan untuk dinikmati di hari raya. Untunglah kau punya putri yang jago bikin kue. Tetehku yang nomor 3, Salsun Solihah paling jago bikin kue lebaran seperti kue nastar, semprit, sultana, dll.
Mamah, oh mamah. Semoga Allah selalu menyayangimu. Masyaallah tabarakallah, Izinkan aku menyebut kebaikanmu bukan dalam rangka riya. Semoga banyak yang terinspirasi dari kesederhanaanmu, keuletanmu, kesabaranmu, dan kebaikanmu.
Mamah, kau mampu melahirkan 7 anak perempuan. Kau didik kami dengan penuh kesabaran. Kau mampu membaca karakter anak-anakmu. Dulu aku suka cemburu sama si bontot Annisa Fauziah Achmad karena kupikir kau memperlakukannya dengan spesial. "Mentang-mentang bontot jadi advokatnya." Ehm, itulah ocehanku kalau aku lagi cemburu sama si bontot. Sekarang setelah aku punya banyak anak jadi tau bahwa seorang ibu tak pernah pilih kasih. Hanya saja cara memperlakukan anak-anak mungkin berbeda-beda.
Mamah, Kuberdo'a semoga Allah Swt. mengampuni dosa-dosamu. Ya Allah, izinkan mamahku mendapatkan surgamu yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Semoga mamah termasuk wanita yang mendapatkan jaminan surga karena memiliki anak perempuan. Rasulullah saw. bersabda:
جَابِرٌ يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كُنَّ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ يُؤْوِيهِنَّ وَيَرْحَمُهُنَّ وَيَكْفُلُهُنَّ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ الْبَتَّةَ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنْ كَانَتْ اثْنَتَيْنِ قَالَ وَإِنْ كَانَتْ اثْنَتَيْنِ قَالَ فَرَأَى بَعْضُ الْقَوْمِ أَنْ لَوْ قَالُوا لَهُ وَاحِدَةً لَقَالَ وَاحِدَةً
Jabir Ibnu Abdullah berkata; Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa mempunyai tiga anak perempuan, memberi tempat tinggal, menyayanginya dan menyayanginya maka dia pasti mendapatkan syurga.” (Jabir bin Abdullah radliyallahu'anhuma) berkata; ada yang bertanya. Wahai Rasulullah, jika hanya doa? (Rasulullah saw.) menjawab, "Walau hanya dua". (Jabir bin Abdullah radliyallahu'anhuma) berkata; maka sebagian kaum berpendapat: jika ada yang bertanya hanya dengan satu, maka dia akan menjawabnya.
Mamah, kutau kau bukanlah manusia sempurna yang tak punya cacat cela. Semoga Allah mengampuni dosamu dan menerima amalmu di tengah keterbatasanmu saat ini. Karena itu, semoga doa-doa anak-anakmu untuk kebaikanmu dapat dikabulkan.
"Ya Allah, ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan (dosa) kedua orang tuaku. Sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil." Aamiin.
Ya Allah, izinkanlah mamahku untuk menjadi penghuni surgamu. Izinkan kami sekeluarga berkumpul di surgamu kelak.
Allah Swt. berfirman di dalam surah Ar-Ra'd ayat 22-23 yang artinya:
"Dan orang yang sabar karena mengharap keridaan Tuhannya, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang mendapatkan tempat kesudahan (yang baik). (Yaitu) surga-surga 'Adn, mereka masuk ke dalamnya bersama dengan orang yang saleh dari nenek moyangnya, pasangan-pasangannya dan anak cucunya, sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu." Wallahualam bissawab. []
Baca juga:

0 Comments: