Headlines
Loading...

Oleh. Eka Suryati 

SSCQMedia.Com- SSCQ adalah sebuah komunitas yang kegiatannya adalah membaca Al-Qur'an. Namun SSCQ bukan sekadar membaca Al-Qur'an, komunitas ini juga menjadi komunitas yang membuat anggotanya mengenal literasi. Banyak sekali kegiatan literasi diselenggarakan oleh SSCQ. Seperti diriku yang sering mengikuti challenge pada bulan Agustus yang lalu mengikuti challenge motivasi selama 30 hari. 

Setiap kali memulai challenge, terkadang ada rasa bingung, apa yang harus ditulis dari hari ke hari. Para sahabat juga awalnya begitu, namun kami tetap mengikutinya dengan harapan bisa istikamah dalam menulis. Biarlah nanti akan mengalir dengan sendirinya, nanti ikuti saja petunjuk demi petunjuk yang diberikan. Dan biasanya kalau kita ikut suatu challenge, akan ada kisi-kisi, apa saja yang harus dilakukan setiap hari. Kami tinggal mengikuti tema yang telah diberikan setiap harinya.

Dari hari ke hari, aku dan para sahabat yang sering mengikuti challenge, bertujuan agar kami bisa istikamah dalam menulis. Setelah istikamah, maka  menulis bisa menuju habits. Karena memang tujuannya seperti itu. Membiasakan diri menulis, memang perlu motivasi, karena terkadang ada rasa malas mendera jiwa pada saat memulainya. Motivasi tertinggi kita memang untuk mencari rida Allah, sementara yang lainnya adalah hanya dijadikan pemantik saja agar semangat tetap menyala.

Kalau berbicara jenis tulisan apa yang kusukai, maka mungkin jawabannya seakan-akan sangat klise. Bisa ditebak jawaban yang akan kuberikan, ya aku menjawab semua jenis tulisan aku suka. Tapi kenyataannya memang semua jenis tulisan aku suka. Tulisan motivasi, hikmah, fiksi, story telling, surat pembaca, dan opini aku suka. Dan semua ingin bisa kubuat. Saat ini masih dalam tahap belajar, biarlah proses dilalui, tahap demi tahap. Keinginan diri saat ini adalah bisa menulis mempersembahkan karya demi dakwah, agar Islam bisa dipahami dengan cara yang baik dan benar. 

Mungkin aku membaginya dalam dua kategori aja ya, yaitu fiksi dan non fiksi, dan dua-duanya ingin kutulis karena masing-masing memiliki penggemarnya. Kalau kita ingin memperluas dakwah kita melalui tulisan, maka kuasailah dua jenis tulisan ini. 

Kalau menulis fiksi berawal dari kegemaranku membaca cerpen, novel, serta karya sastra roman. Walaupun belum banyak karya fiksiku, baru beberapa buah saja. Mungkin tantangan dari karya fiksi adalah, kita harus mampu berimajinasi agar karya fiksi kita menjadi menarik untuk dibaca.
 
Memang karya fiksi bisa untuk dakwah? Bisa dong, kita buat cerpen atau novel yang baik, Contohnya saja, ada tokoh yang awalnya jahat, lalu ia mendapat hidayah. Mulai saat itu semua hal kebaikan dilakukan sang tokoh. Cerita dibuat sangat menarik, pembaca terkesan, terpesona oleh semua hal yang dilakukan tokoh. Ada cerita suka dan duka si tokoh, sedih dan gembiranya. Dalam penggambaran sang tokoh ada pelajaran yang dapat dipetik dan bisa menggerakkan pembaca untuk mencontohnya. Ada banyak kisah suatu peradaban berubah hanya karena kisah fiksi yang benar-benar berkesan. Jadi kekuatan cerita fiksi sebagai bagian dari dakwah tertulis sangat berpengaruh. Dakwah melalui fiksi juga membuat pembaca tak merasa telah diberi nasehat karena ceritanya terjalin indah, sehingga tanpa sadar telah terekam di otak dan mencerahkan jiwa. 

Tak hanya karya fiksi, karya non fiksi begitu diperlukan untuk menyampaikan kebaikan. Banyak opini-opini yang berkembang, kita harus mencermatinya, meluruskannya melalui tulisan kita. Opini yang digunakan untuk melawan opini yang menyesatkan, maka akan membuat yang membaca memahami bahwa kejadian yang ditulis ternyata tak seperti itu, tak sesuai fakta. Lalu ditulislah segala hal yang sesuai dengan fakta yang terjadi. Kebenaran akan dapat diketahui orang, kalau kita tidak tinggal diam, menuliskan fakta melawan berita hoaks.

Menulislah jenis tulisan apa pun itu tak mengapa. Semua memiliki kekuatannya masing-masing. Semua mempunyai pembacanya masing-masing. Jangan remehkan sebuah karya tulis, karena sebuah karya akan dibaca, akal mencerna, hati membenarkan dan jiwa menerimanya. Suatu karya yang dituliskan tak akan cepat hilang ditelan peradaban, selama masih dibaca, selama itu pula pengaruhnya akan tetap ada. 

Seperti halnya SSCQ dan komunitas lainnya, yang ingin menjadikan Islam sebagai jalan hidupnya, maka para anggotanya akan dibimbing untuk selalu berkarya, menulis tiada henti. Selama bumi masih berputar, selama kejahatan masih ada, selama itu pula peluang kita menulis untuk berdakwah, tetap ada. Menulislah, tulisan indahmu akan menggugah rasa. [Hz]

Kotabumi, 1 Desember  2024

Baca juga:

0 Comments: