Headlines
Loading...
Oleh. Hanif Eka Meiana, SE

SSCQMedia.Com- Seorang anak bawah umur usia 12 tahun, warga Desa Banyusri, Kecamatan Wonosegoro, Boyolali disiksa belasan orang yang mayoritas merupakan tetangganya. Terkait laporan keluarga KM bahwa ada 15 orang yang melakukan penyiksaan. Sebanyak 8 orang tersangka dibekuk Rabu (11/12/2024) malam oleh Polres Boyolali. Para tersangka itu terdiri dari oknum ketua RT di Desa Banyusri, oknum guru, serta tokoh masyarakat. Sedangkan 5 terduga pelaku lainnya merupakan ibu rumah tangga (IRT) (radarsolo.jawapos.com, 12/12/2024).

Dari hasil penyidikan sementara, para tersangka melakukan kekerasan pada korban. Baik dengan memukul maupun menendang. Diketahui kuku kaki korban dijepit dengan tang tapi tidak sampai dicabut. Terkait motif penyiksaan terhadap KM, Joko menuturkan, hasil penyidikan, KM beberapa kali melakukan tindakan yang tidak baik di lingkungannya. Di antaranya melakukan pencurian celana dalam. Namun, hal tersebut belum dilaporkan ke polisi.

Sungguh tragis apa yang menimpa KM. Anak usia 12 tahun sudah harus menanggung derita akibat perbuatannya. Memang benar KM bersalah, namun warga tidak harus menghukumnya dengan perilaku keji seperti itu. Kejadian seperti ini bukan yang pertama, sebelumnya juga pernah terjadi pada seorang tukang reparasi speaker masjid yang dikira warga sebagai pencuri lalu di dipukuli dan bakar oleh massa. 

Akankah hal ini akan terus terjadi dan berulang? Mengapa warga sampai hati bertindak keji dan brutal kepada pelaku, lantas di mana peran aparat penegak hukum? Lalu apa akar masalah dari kejadian ini, hingga banyak sekali perilaku pencurian dan pelaku kejahatan? Mari kita urai satu per satu. 

Akar Masalah

Seorang anak remaja tak mungkin berniat mencuri bila tidak  ada yang memicunya berbuat demikian. Mencuri HP atau uang temannya misalnya, seringkali karena motif kebutuhannya tak terpenuhi, kesulitan keuangan keluarga, keinginan memiliki barang seperti temannya, hingga mengidap penyakit kleptomania. Kurangnya pendidikan agama dan penguatan karakter seorang muslim berdampak pada kenakalan remaja masa kini. 

Sejatinya akar masalah dari hal di atas, tidak lain akibat diterapkannya sistem kapitalisme sekuler. Sistem yang menjadikan kebebasan sebagai asas kehidupan yang berakar dari pandangan hidup pemisahan antara agama dengan kehidupan. Dampaknya, setiap aspek kehidupan manusia diatur secara bebas berdasarkan akal pikiran dan nafsu manusia. Materi sebagai tolak ukur kebahagiaan. Tak heran jika manusia bebas bertingkah laku, bebas beragama, bebas berpendapat, dan bebas mengadopsi pemikiran apapun. 

Penerapan ekonomi kapitalisme menjadikan rakyat makin sengsara, terbebani dengan berbagai pajak dan iuran-iuran, harga kebutuhan pokok pun selalu naik. Hal ini pula yang mendorong seseorang untuk mencuri atau berbuat kejahatan. Sistem pendidikan sekuler juga tak mencetak generasi menjadi insan mulia melainkan sebagai budak korporat, menjadi pribadi yang hedonis, pragmatis, individualis, dan materialistis. 

Kebebasan bertingkah laku menjadikan masyarakat mengiblat pada budaya barat. Mulai dari gaul bebas, free sex, narkoba, LGBT, hamil di luar nikah, aborsi, kumpul kebo, dan sebagainya. Nafsu manusia diumbar secara terbuka, berbagai konten, iklan, film dan situs-situs berbau pornografi mencuat ke permukaan. Tak heran jika hal ini membangkitkan hasrat seksual bagi penontonnya, seperti kasus KM yang mencuri celana dalam. 

Termasuk dalam hal main hakim sendiri. Luapan kemarahan akibat kehidupan yang serba sulit, ketidakpercayaan pada pemerintah dan aparat keamanan menjadikan warga mampu berbuat semena-mena kepada pelaku. Hal ini juga didukung dengan tontonan yang berbau kekerasan. Para pelaku pun terkadang tak jera dengan perbuatannya akibat hukuman yang ringan dalam sistem ini.

Aparat keamanan yang bertugas menjaga dan melindungi masyarakat, beberapa tidak menjalankan fungsinya dengan baik. 

Sering kita dengar, polisi salah tangkap, polisi memperkosa korban, polisi ikut judol, polisi narkoba, hingga polisi menjadi dalang tindak kejahatan atau pembunuhan. Bagaimana rakyat bisa percaya bila aparat hukum berlaku demikian? Sehingga, persoalan ini menjadi kompleks akibat penerapan aturan yang jauh dari Islam. Seperti lingkaran setan, antara satu dengan yang lain saling berhubungan dan memberikan dampak buruk berkelanjutan. 

Solusi di Dalam Islam

Berbeda jika kita menerapkan sistem Islam. Akidah Islam menjadi pondasi dari setiap aspek kehidupan. Aturan yang digunakan pun bersumber dari wahyu Allah Swt. yakni Al-Qur’an dan As Sunah. Penerapan aturannya meneladani Rasulullah saw. sebagai utusan Allah Swt. Rida Allah Swt. menjadi orientasi kehidupan seorang muslim bukan asas manfaat. Islam diterapkan dalam setiap aspek kehidupan. 

Sistem pendidikan Islam membentuk generasi yang beriman dan bertakwa kepada Rabbnya. Mereka dicetak menjadi insan yang mulia dan berkepribadian Islam. Generasi muslim sadar betul bahwa setiap perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Dalam sistem Islam, individu muslim akan didorong untuk meningkatkan ketakwaannya kepada Allah, beramal salih, dan beramar makruf nahi munkar. 

Sistem ekonomi Islam menjamin kebutuhan dasar masyarakat tercukupi. Negara tidak akan membiarkan rakyatnya kelaparan atau pun sengsara. Kesehatan dan pendidikan diberikan secara gratis kepada masyarakat. Sistem peradilan dalam Islam juga akan menindak siapa saja yang melakukan tindak kejahatan dengan memberikan sangsi yang menimbulkan efek jera dan penebusan dosa. 

Kepemimpinan dalam Islam merupakan amanah yang berat di sisi Allah Swt. Sehingga, pemimpin dan para pejabat di bawahnya tidak akan bertindak di luar kewenangannya dan tidak akan menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan sesaat. Termasuk juga aparat keamanan pun, di dalam Islam akan berperan penuh dalam menjaga keamanan dan keadilan di tengah-tengah masyarakat. 

Penerapan Islam kafah, akan membentuk masyarakat yang Islami. Jauh dari perbuatan main hakim sendiri. Masyarakat akan senantiasa melakukan kontrol sosial kepada pemerintah. Masyarakat juga akan beramar makruf nahi munkar, saling berlomba dalam kebaikan dan menciptakan lingkungan yang islami. 

Masyaallah, indahnya Islam bila diterapkan dalam kehidupan. Umat butuh sadar bahwa kondisi kita hari ini jauh dari kata baik-baik saja akibat penerapan sistem sekuler. Sehingga bila ingin meraih kembali kejayaannya, umat harus kembali pada Islam yang telah terbukti mampu menyejahterakan. Tindak kejahatan atau pun kasus-kasus semisal di atas, akan minim kita temukan. Keberkahan akan senantiasa terlimpah untuk umat ini. [Ay]

Baca juga:

0 Comments: