#SuratPembaca
Merdeka di Hadapan Allah adalah Hak Asasi yang Tak Bisa Ditawar
Surat Pembaca
Oleh. Sakinatul Fitri
Ketika berita anggota Paskibraka yang diminta untuk melepas hijabnya di Ibu Kota Negara (IKN) mencuat, banyak hati yang tergugah kemudian menjadi viral di berbagai media sosial. Dalam menjalankan tugas kenegaraan yang mulia, mereka justru dihadapkan pada pilihan yang sangat fatal: melaksanakan kewajiban negara atau mempertahankan ketaatan kepada Tuhan (liputan6.com, 15/2024).
Ketua MUI sendiri dengan lantang menyampaikan, “Adik-adik pulang saja, jangan sampai merayakan kemerdekaan, tapi tidak merdeka di hadapan Allah.” Ungkapan ini menggugah kesadaran kita bahwa ada kemerdekaan yang jauh lebih hakiki daripada sekadar upacara dan seremonial belaka yaitu kemerdekaan untuk menjalankan perintah agama, hidup sesuai keyakinan, dan tetap teguh dalam prinsip iman.
Hijab yang dikenakan oleh wanita muslim bukan hanya kain yang menutupi kepala, melainkan merupakan simbol ketaatan, identitas keimanan, dan pengabdian kepada Sang Pencipta. Ketika seseorang dipaksa untuk melepaskannya, itu bukan hanya memaksa melepaskan kain, akan tetapi juga memaksa melepaskan keyakinan. Jika kebebasan beragama dikorbankan dalam upacara kemerdekaan, apakah bisa dikatakan bahwa kita benar-benar merayakan kemerdekaan?
Negara yang besar adalah negara yang menghargai hak setiap warganya tanpa memandang keyakinan agama mereka. Dalam kebhinekaan inilah kita seharusnya menemukan kekuatan, bukan dengan membuat aturan yang melanggar prinsip-prinsip wajib kehidupan beragama. Mengapa justru kebebasan menjalankan ibadah yang telah dijamin oleh konstitusi seolah-olah menjadi sesuatu yang bisa diabaikan?
Ketua MUI telah menyuarakan dengan bijak, bahwa kemerdekaan sejati bukan hanya tentang berdiri di bawah bendera merah putih, namun juga tentang bagaimana kita dapat menjalani hidup dengan keyakinan penuh tanpa paksaan atau tekanan. Merdeka di hadapan Allah adalah hak asasi yang tak bisa ditawar.
Rasa saling menghormati dan toleransi, yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita, harus dipertahankan sebagai bangsa. Jangan sampai aturan yang tidak menghormati keyakinan pribadi mengganggu prinsip-prinsip luhur ini. Mari kita merenungkan apa arti kemerdekaan dalam kehidupan pribadi setiap orang, tidak hanya untuk negara dan bangsa kita.
Dalam memperingati kemerdekaan ini, mari kita pastikan bahwa setiap warga negara, termasuk anggota Paskibraka yang tengah berjuang untuk menjadi bagian dari sejarah bangsa, merasa benar-benar merdeka baik sebagai rakyat suatu bangsa, maupun sebagai hamba Tuhan Yang Maha Kuasa. [An]
Baca juga:

MaasyaaAllah tetap semangat ananda salihah🤩
BalasHapus