Headlines
Loading...
Oleh. Ryah Rafaly 

Bismillahirrahmanirrahim.

Ibu adalah sosok yang paling istimewa di hati. Di saat menceritakan sosoknya atau pengalaman yang kita miliki bersamanya, selalu ada hal-hal yang tak akan bisa terlupakan di benak kita. Cerita tentang cinta, rindu, pelajaran hidup, kebahagiaan, hingga kesedihan yang pernah kita alami bersama ibu. 

Teruntuk ibu yang aku cintai walau kini telah tiada,  aku hanya ingin mengucapkan banyak terima kasih atas semua waktu dan tenaga yang sudah ibu berikan untuk aku. Aku bersyukur sekali sudah dilahirkan dari keluarga yang menurutku bisa menjadi tempatku mencurahkan saat sedang bersedih, senang dan  semuanya. Apalagi ada ibu yang selalu membuat suasana rumah jadi hangat. Ibu tempat aku mengadu, juga tempatku curhat segala gundah gulana yang ada dalam diriku.

Ibu adalah orang yang paling mencintai dan menyayangiku, sepenuh jiwa dan raga. Dengan segenap  kemampuan yang dia miliki, tercurah kecintaan yang besar dan tiada henti.

Ibu mempunyai 4 orang anak 3 perempuan dan 1 laki-laki, dan aku anak ke empat dari 4 bersaudara. Aku selalu dimanjakan oleh ibu, hingga kakakku iri denganku. 

Keseharian ibu selain sebagi seorang ibu rumah tangga adalah menjahit. Ibu adalah penjahit rumahan. Dijahitnya baju konveksi yang dibawa ke rumah, dikerjakannya setelah urusan rumah selesai. Ibu tak pernah merasa lelah dalam menjalankannya. Dilakukannya dengan bahagia bersama kami anak-anaknya.  Kami berbagi tugas, ada yang mengantar jahitan dan mengambilnya kembali, sedangkan yang mengurusi bagian dapur adalah kakak pertama.

Alhamdulillah dengan menjahit, perekonomian keluarga kami ada kemajuan. Jika pada waktu itu hanya mengandalkan gaji bapak yang hanya seorang buruh rendah di perusahaan penerbangan mungkin takkan cukup. Hal ini menjadikan ibu sebagai seorang penjahit yang tak kenal lelah. Kami bangga dengan kemahiran ibu dalam menjahit. Kami dibuatkan baju dengan hasil karya ibu, hingga para tetangga iri dengan pakaian yang kami kenakan karena pada waktu itu unik sekali dan tidak ada di toko.

Berjalannya waktu, kami beranjak dewasa. Ibu sudah tidak lagi menjahit karena kakak pertama sudah bekerja di perusahaan penerbangan sehingga perekonomian keluarga dapat teratasi.  Ibu juga sudah mulai sakit pada waktu itu. Setelah pulang ke kampung halamannya di kota Palembang, ibu pada waktu itu kena stroke ringan, bibirnya sampai mencong.

Alhamdulillah, tak terlalu lama ibu merasakan sakitnya. Bisa berangsur sembuh dan pulih seperti sediakala.

Maasya Allah Ibu tak pernah mengeluh lelah merasakan kepahitan hidup. Beliau tetap semangat yang akhirnya pada usia 55 tahun, ibu mengalami penyakit diabetes melitus, dan harus keluar masuk rumah sakit. Mungkin efek dari menjahit dulu. Ibu terkena penyakit diabetes karena duduk berjam-jam, beliau minum air yang manis-manis untuk menambah tenaga. Akhirnya tumbuhlah penyakit yang mematikan itu. Diabetes menjalar ke seluruh tubuh, ibu harus banyak mengkonsumsi obat yang akhirnya menjadi gagal ginjal.

Begitu cinta dan sayangku pada ibu. Pada waktu itu aku hamil anak kedua. Ada rasa was-was yang sangat mendalam pada diri ini, ya Allah apakah aku akan kehilangan ibuku. Karena ketika melahirkan anak pertama aku kehilangan seorang bapak yang aku sayangi dimana saat aku  pulang dari rumah sakit, sehabis melahirkan aku mendapat kabar bahwa bapak jatuh dari plafon rumah. Bapak dilarikan ke rumah sakit dan dirawat di ruang ICU selama 10 hari dan akhirnya Allah Swt. mengambilnya. 

Ternyata firasatku benar. Di waktu usia kandunganku berusia 7 bulan, sebulan sebelumnya kakak menyuruhku pulang untuk menjenguk ibu. Katanya tiap malam tidak bisa tidur, mungkin rindu denganku. Akhirnya aku pulang ke grumah kakak untuk menjenguk,  yang kebetulan pada saat itu kakak yang merawat ibu. Ibu juga tinggal bersama keponakan, anak dari kakak laki-laki. Karena ibu berangsur-angsur parah maka kakak merawatnya. Dibawanya ibu ke rumah agar dekat, tidak mondar-mandir dan juga bisa bergantian dengan kakak kedua. Rumah mereka hanya beda blok saja.

Alhamdulillah setelah anak kesayangannya pulang mengunjungi ibunya, ibu bisa tidur dengan pulas. Ternyata beliau rindu denganku. Setelah beberapa hari di rumah kakak, pulanglah aku ke kampung halaman.

"Kamu mau kemana?" tanya ibu. 
"Aku pulang dulu ya, Bu. Besok ke sini lagi," jawabku. Ibu melarang aku pulang dan ternyata itu pertemuan terakhir aku dengannya.. 

Ibu mengalami gagal ginjal. Hari Senin pagi hendak cuci darah namun Ahad siang Allah telah menjemputnya. Beberapa malam sebelumnya, keluarga sudah bergantian menjaga, hanya diriku yang tak hadir.

Ketika kakak mengabarkan kalau ibu sudah tiada seketika aku tak sadar guling-guling menangisi sang ibu di kejauhan. Aku tak sadar kalau aku sedang hamil besar. Lalu disadarkan oleh suami, "Istiqfar, Mi. Kamu lagi hamil," katanya. Barulah aku sadar. 

Aku sekarang sudah menjadi seorang ibu dengan 3 orang anak,  2 orang laki-laki dan seorang perempuan.

Setiap mengingat sosok ibu, tertanam keyakinan kuat pada diriku bahwa anak adalah amanah dari Allah dan aku akan mempertanggungjawabkannya di akhirat kelak, yakni hari saat semua amal perbuatan manusia, baik dan buruk akan ditampakkan, dihisab, lalu diberi balasan setimpal.

Seorang ibu mengerti bahwa tidak ada satu pun yang bisa memberikan kebahagiaan hakiki pada anak-anak mereka selain iman dan ketakwaan. Oleh karenanya, tidak ada harta yang mereka wariskan pada anak-anak mereka selain keimanan kuat, kecintaan akan ilmu dan amal saleh, serta semangat berkorban demi kemuliaan umat dan Islam semata.

Dan dari seorang ibu yang mumpuni, bi idznillah akan lahir generasi yang mumpuni pula, yakni generasi yang menjadikan kecintaannya kepada Sang Maha Pencipta dan Rasul-Nya di atas kecintaannya yang lain.  Halal dan haram menjadi landasan perbuatannya. Doa-doanya senantiasa mengiringi langkah-langkah bapak ibunya di jalan Allah Swt., serta menjadi generasi yang siap terjun dalam kancah kehidupan dengan membawa Islam dalam setiap langkahnya.

Teriring doa buat ibu dan bapakku: 

Allahumaghfirlii wa liwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa.
Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa kedua orangtuaku, kasihanilah mereka sebagaimana mereka telah mengasihiku di waktu kecil.

Ya Allah, ampunilah segala dosaku. Jadikanlah aku anak salihah yang mana amal kebaikan dibawa oleh manusia setelah kematian adalah amal jariyah, ilmu yang bermanfaat serta anak sholih. Izinkan hamba menyandang predikat sebagai anak salihah sebagai bekal untuk kedua orang tuaku. Aamiin.

Semoga Allah mengijabah doa-doaku. [My]

Baca juga:

0 Comments: