Headlines
Loading...
Oleh. Netty al Kayyisa 
 
Hafizh Indonesia barangkali satu-satunya tontonan yang bisa jadi alternative membangkitkan syu’ur dekat Al-Qur’an. Di tengah maraknya acara televisi di seputar berita kriminal, gossip, lawakan, sinetron dan sebagainya.  
 
Adem jika melihat dan mendengar ayat-ayat suci dilantunkan. Apalagi dari lisan–lisan mulia anak-anak yang belum tertaklif hukum syara.  
 
Adalah Hafizhah, sosok yang membuat kagum tidak hanya penonton acara Hafizh Indonesia tetapi sekaligus presenternya, Irvan Hakim. Sebagaimana dilansir TribunJabbar.id, pada 27 Maret 2023, Hafizhah khatam Al-Qur’an di usia belia, 7 tahun. Luar biasa bukan? 
 
Siapa yang tak bangga memilki anak hafizh hafizhah? Siapa yang tak ingin dipakaikan mahkota di surgaNya kelak? Tak ada yang menolak tentunya. Semua orang tua muslim pasti menginginkannya.  
 
Apalagi hari ini didukung dengan banyaknya metode menghafal yang banyak diperkenalkan. Berbagai lembaga tahfizh bermunculan. Mulai dari yang dibandrol murah hingga yang belasan juta rupiah. Tinggal memilih saja. Tinggal kita mau atau tidak mendampingi Ananda.  
 
Tetapi mengapa menjamurnya sekolah tahfizh dan lembaga tahfizh, munculnya banyak hafizh hafizhah, tidak mampu mengubah kondisi umat muslim dari keterpurukannya? Kaum muslim terus saja menderita. Kemiskinan, penindasan, perampasan hak milik ada dimana-mana. Wahai para hufazh, wahai para pemuda, pernahkan kalian memikirkannya?  
 
Karena untuk menyelesaikan masalah umat tak hanya dengan hafizh Qur’an. Bukan tidak penting. Tapi tidak cukup. Untuk membangkitkan umat dibutuhkan membangun kesadarannya. Bukan sekedar menghafal Qur’annya tetapi sekaligus mempelajari  dan mengamalkan keseluruhan yang ada di dalamnya. 
 
Betapa banyak penghafal Al-Qur’an tetapi tidak tahu apa isinya. Masih berpacaran, ikhtilat dan melakukan pelanggaran lainnya. Ini karena Al-Qur’an hanya dihafal tapi tidak dipelajari isinya. Tidak dijadikan way of life. Hanya sekedar menghafal seperti halnya menghafal teori-teori lainnya.  
 
Wahai para pemuda hufazh, saatnya kalian melipatgandakan ikhtiyar. Tidak hanya berpuas diri menghafal Al-Qur’an. Tetapi pahami hkum-hukumnya. Amalkan dan sebarkan isinya. Pelajari Islam kafah dan bagaimana penerapannya. Hingga ketika kalian bacakan ayat ; 
 
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡقِصَاصُ فِي ٱلۡقَتۡلَىۖ ٱلۡحُرُّ بِٱلۡحُرِّ وَٱلۡعَبۡدُ بِٱلۡعَبۡدِ وَٱلۡأُنثَىٰ بِٱلۡأُنثَىٰۚ فَمَنۡ عُفِيَ لَهُۥ مِنۡ أَخِيهِ شَيۡءٞ فَٱتِّبَاعُۢ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَأَدَآءٌ إِلَيۡهِ بِإِحۡسَٰنٖۗ ذَٰلِكَ تَخۡفِيفٞ مِّن رَّبِّكُمۡ وَرَحۡمَةٞۗ فَمَنِ ٱعۡتَدَىٰ بَعۡدَ ذَٰلِكَ فَلَهُۥ عَذَابٌ أَلِيمٞ ١٧٨  
 
178. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. 
 
Sekaligus kalian bisa menjelaskan kapan qishaash dilakukan? Siapa yang harus melakukan? Bukan malah terarus dengan opini Islam kejam. Islam butuh penyesuaian. Islam tak sejalan dengan jaman.  
 
Wahai pemuda hufazh, saatnya kalian membangkitkan umat dengan pemikiran. Al-Qur’an yang kalian hafal, tak boleh berhenti hanya dalam lisan-lisan. Tetapi harus diamalkan dalam setiap sendi kehidupan.  
 
Wahai pemuda hufazh, saatnya belajar tafsir Qur’an. Jangan sampai terjerumus pada penafsiran yang menyesuaiakan dengan akal pikiran. Menyesuaikan dengan banyak kepentingan. Menyesuaikan keinginan para pemilik modal. 
 
Wahai pemuda hufazh, umat membutuhkan kalian. Di saat pemuda lain bergelimpang kehidupan huru-hara, kalian rela berlelah-lelah menghafal Al-Qur’an. Berusaha meraih kedudukan tinggi yang Allah janjikan.

Sedikit lagi ikhtiyar yang harus kalian lakukan, mari berjuang demi kebangiktan Islam, mari berjuang menegakkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan.  
Wahai para orang tua hufazh, kami iri padamu yang memilki kedudukan mulia di hadapan Rabbmu. Mendapatkan mahkota  kelak di surgaNya. Tapi ayah bunda, ingatlah. Hufazh saja tak cukup. Hufazh saja belum menjamin semuanya baik-baik saja. Karena Rasulullah pun mengajarkan kepada kita, tak hanya menghafal saja tetapi juga mempelajari isinya, mengamalkan dan mendakwahkannya.  
 
Wahai ayah bunda, jadikanlah para pemuda hufazh layaknya Abdullah bin Mas’ud, yang dengan hafalannya ia rela mendapat siksa hanya untuk menyampaikan kebenaran. Jadikan pemuda hufazh seperti Mush’ab bin Umair. Yang dengan kefasihannya bisa membuat seluruh Madinah mengenal Islam. 
 
Wahai para pengampu lembaga tahfizh Qur’an, janganlah mencukupkan dengan hafalan. Bimbing Ananda, para pemuda hufazh kita untuk memahami dan mengamalkan Al-Qur’an. Mendakwahkan hingga diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, karena di situlah jaminan rahmatan lil alaminnya Islam. [Ys]

Baca juga:

0 Comments: