Headlines
Loading...
Oleh. Nanik Farida Priatmaja

Miris! Kasus HIV/AIDS meningkat didominasi pasangan sejenis. Solusi yang selama ini dilakukan terbukti tak efektif. Adapun upaya pencegahan memang tak begitu diperhatikan. Bagaimanakah seharusnya penanganan kasus HIV/AIDS?

Dinas Kesehatan Kota Batam mencatat jumlah kenaikan kasus HIV/AIDS di Kota Batam mencapai 446 orang pada 2022. Yang mencengangkan, dari temuan Dinkes itu disebutkan, kasus kenaikan didominasi penyimpangan perilaku pasangan sejenis.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusmardjadi mengatakan, frekuensi peningkatan kasus HIV/AIDS karena pasangan sejenis bukan hanya terjadi di Batam, tapi juga Indonesia secara secara nasional bahkan di negara lain (2/12).

Terjadinya peningkatan HIV/AIDS seolah tak bisa dihindari. Tak hanya di satu daerah namun di berbagai daerah di negeri ini. Mirisnya lagi, penderita HIV/AIDS didominasi pasangan sejenis. Selain pergaulan bebas,  perilaku menyimpang penyuka sesama jenis yang kini mulai banyak di tengah masyarakat nyata-nyata meningkatkan kasus HIV/AIDS. Bahkan akibat perbuatan bejat tersebut menular pada perempuan dan anak-anak yang tak berdosa. 

HIV/AIDS selama ini tergolong penyakit yang tak nampak jika penderita masih dalam kondisi sehat atau memiliki kekebalan tubuh yang baik. Namun terlihat mengerikan jika sudah dalam kondisi parah (disertai penyakit lain) karena imunitas menurun tajam. Adapun obat HIV/AIDS hanya bersifat sementara agar imunitas meningkat atau kondisi penderita HIV/AIDS tak makin memburuk. 

Meski selama ini penderita HIV/AIDS bisa melakukan pengobatan di rumah sakit (adanya program dari pemerintah bagi penderita HIV/AIDS) faktanya angka HIV/AIDS terus meningkat. Hal ini terbukti bahwa kasus HIV/AIDS tidak mampu diselesaikan secara medis saja. Ada faktor lain yang turut memengaruhi maraknya kasus HIV/AIDS.

Munculnya LSM atau organisasi yang bergerak dalam penanggulangan HIV/AIDS juga terbukti tidak berpengaruh terhadap peningkatan kasus HIV/AIDS. Upaya merangkul dan memberi ruang penderita HIV/AIDS di masyarakat atas nama melindungi HAM faktanya tak berkorelasi pada penanggulangan kasus HIV/AIDS. Bahkan malah terkesan melestarikan penyakit menular tersebut. 

Fakta peningkatan kasus HIV/AIDS seharusnya mampu membuka pandangan semua pihak dengan mencarikan solusi terbaik yakni mencari akar permasalahannya. Munculnya HIV/AIDS tak lain akibat dari pergaulan bebas. Pergaulan bebas jelas disebabkan oleh adanya interaksi yang tanpa aturan baik laki-laki dan perempuan, sesama laki-laki ataupun sesama perempuan. Padahal seharusnya terdapat batasan interaksi yang diterapkan di masyarakat agar tidak terjadi penyimpangan. 

Sayangnya kebebasan interaksi di tengah masyarakat dianggap sesuatu yang sudah biasa. Hal ini tak lain akibat pemahaman sekularisme yang bercokol di seluruh dunia termasuk di negeri ini. Paham sekulerisme tak menginginkan pengaturan agama dalam kehidupan mengakibatkan manusia berperilaku bebas sesuai kehendaknya. Wajar tak ada aturan yang benar yang diterapkan dalam kehidupan. Semisal batasan interaksi baik laki-laki dan perempuan, sesama laki-laki ataupun sesama perempuan selama ini begitu bebas dan seolah tak boleh dibatasi atas nama HAM. Padahal kebebasan berinteraksi itulah yang begitu rawan terjadinya penyimpangan (pergaulan bebas laki-laki dan perempuan, pergaulan bebas pasangan sejenis dan penyimpangan-penyimpangan lainnya yang merusak kehidupan).

Tidak adanya sistem yang mengatur interaksi manusia secara benar memang berpotensi memunculkan beragam permasalahan (kerusakan pergaulan, munculnya penyakit menular seksual, penyimpangan perilaku dan sebagainya). Sehingga memang butuh solusi komprehensif dalam menanggulangi permasalahan tersebut.

Pandangan yang benar dalam melihat permasalahan akan memunculkan solusi yang benar pula. Islam memandang interaksi antar manusia baik laki-laki dan perempuan ataupun sesama laki-laki dan sesama perempuan harus ada pengaturan yang jelas.  Islam membolehkan interaksi sosial dalam bidang muamalah (pendidikan, kesehatan,  peradilan, jual beli dan sebagainya) sehingga tak ada celah yang melatarbelakangi munculnya pergaulan bebas ataupun penyimpangan seksual. 

Islam melarang adanya khalwat (berdua-duaan laki-laki dan perempuan yang belum halal) yang berpotensi terjadinya pergaulan bebas. Melalui sistem pendidikan islam, negara akan menguatkan akidah umat dan membentuk karakter umat yang bertakwa. Melalui sistem pergaulan atau sistem sosial, negara akan mengatur interaksi sosial laki-laki dan perempuan atau sesamanya.  

Sistem keamanan negara akan melindungi umat dari pengaruh buruk tontonan atau media yang merusak (pornografi, pornoaksi,  penyimpangan seksual dan sebagainya). Sistem sanksi yang tegas dan adil akan mampu mencegah terjadinya tindak kriminal ataupun perilaku-perilaku buruk lainnya. 

Adapun penanggulangan penyakit seperti HIV/AIDS, maka negara akan melakukan pencegahan da penanganan. Pencegahan melalui penerapan sistem yang menyeluruh di berbagai bidang. Penanganan penyakit melalui penerapan sistem kesehatan yang berkualitas yang ditopang dengan sistem ekonomi Islam sehingga masyarakat bisa menikmati pelayanan kesehatan yang berkualitas dan murah bahkan gratis karena memang tanggung jawab negara dalam meriayah rakyatnya.

Baca juga:

0 Comments: