Headlines
Loading...
Oleh. Enny Ummu Almira

Suasana syahdu, sakral dan mengharukan telah selesai. Kini Naura dan Rizal telah sah  dan halal menjadi suami istri. Kisah mereka memang terbilang singkat hanya butuh waktu kurang lebih tiga minggu dari pertama kali bertemu untuk ta'aruf sampai akhirnya menikah. Mereka dipertemukan sama-sama di kota perantauan yaitu kota Bandung. 

Namun karena niat mereka ta'aruf adalah untuk menghindari fitnah, apalagi usia mereka yang masih terbilang muda dimana rizal belum genap berumur 22 tahun dan Naura belum genap berumur 23 tahun tapi dengan mengucap bismillah mereka memutuskan untuk menikah dimana masing-masing masih menempuh kuliah dan juga bekerja. Tapi mereka yakin akan bisa menjalani kehidupan rumah tangga dengan mengharap pertolongan Allah. 

Sehari setelah menikah, Naura dan Rizal memutuskan untuk ke kampung halaman Rizal untuk berkenalan dengan keluarga besarnya. Maklum, sebelum menikah baik Naura maupun Rizal belum pernah bertemu apalagi berkunjung ke kota keluarga besar masing-masing. Hanya melalui perwakilan keluarga kandung yang sama-sama tinggal di kota perantauan yaitu Bandung. Jadi saat hari pernikahan adalah benar-benar hari pertama pertemuan kedua keluarga besar bahkan Naura dan Rizal pun sama-sama baru pertama bertemu dengan mertua. 

Di kampung halaman Rizal, Naura diajak bersilaturahmi ke keluarga Rizal untuk berkenalan. Sebagian memang merasa kaget karena tidak pernah mendengar kalau Rizal dekat dengan perempuan bahkan dengan Naura yang sekarang menjadi istrinya. Semoga hal ini menjadi bagian dari dakwah bahwa untuk menikah tidak harus berpacaran terlebih dahulu. 

Di kampung halaman Rizal, mereka hanya 3 hari, karena masa cuti mereka hanya seminggu, itupun sudah diambil sebelum hari H menikah dan saat hari pernikahan, sehingga masih ada sisa waktu 2 hari untuk mengkondisikan tempat tinggal baru untuk mereka berdua memulai hidup baru yaitu berumahtangga. 

Sesampainya di Bandung, mereka masih menempati kamar kos Naura. Semua penghuninya adalah wanita yang rata-rata mahasiswi, tapi itu hanya sehari karena sebelum menikah Naura dan Rizal sudah mencari kontrakan baru yang lebih layak dan nyaman untuk tempat tinggal sementara selama belum mempunyai rumah sendiri. 

Keesokan harinya barulah mereka pindah ke kontrakan baru, sambil membeli peralatan atau perlengkapan yang dibutuhkan sementara, seperti alat masak dan tempat tidur. Benar-benar hari yang menyibukkan bagi mereka berdua sebagai pasangan baru sebelum akhirnya beraktivitas kembali yaitu kuliah dan bekerja. Tapi mereka jalani dengan bahagia dan semangat, maklum pengantin baru. Seperti layaknya pacaran setelah menikahi. 

Keesokan harinya sudah hari Senin, aktifitas pun dimulai. Rizal mengantar Naura ke kantor yang kebetulan berjarak tidak jauh dari kontrakan mereka. Kemudian Rizal langsung menuju kantor tempat ia bekerja yang jaraknya lumayan jauh dari kontrakan mereka. Tapi hal itu sudah mereka sepakati sebelum menikah memlih tempat tinggal dekat dengan tempat kerja Naura dan tidak begitu jauh pula dari kampus Naura. Sedangkan Rizal mengalah untuk menyesuaikan. 

Pada sore hari, Naura bisa pulang sendiri dengan cukup jalan kaki karena dekat. Sedangkan Rizal pulang kerja harus ke kampus dulu, maklum Rizal mengambil kuliah ekstension dan pulang setelah Isya. Sehingga saat pulang ke kosan tidak banyak waktu yang mereka miliki untuk berlama-lama ngobrol karena sudah malam dan sama-sama capek, seperlunya saja, tapi itulah yang membuat mereka selalu seperti pacaran di bulan-bulan awal pernikahan mereka. Karena merasa selalu merasa rindu saat mereka terpisah untuk bekerja dan kuliah. 

Mereka juga sepakat untuk tidak menunda memiliki momongan, dengan tidak memakai alat kontrasepsi. Terutama Rizal yang sangat ingin segera memiliki momongan, hingga tidak heran tiap bulan selalu menanyakan sudah positif belum? Naura sendiri cenderung santai karena antara ingin dan masih ragu apa dirinya sudah siap menjadi seorang ibu nantinya. 

Begitupun seperti pasangan muda lainnya, setelah beberapa bulan menikah yang ditanya oleh teman atau saudara adalah sudah isi atau belum? Pertanyaan yang cukup membosankan karena memang sampai di usia pernikahan 8 bulan Naura belum juga positif hamil. Sempat khawatir ada masalah kesuburan diantara mereka, atau mungkin karena kelelahan dengan aktifitas masing-masing. Tapi kembali lagi masalah rezeki ( anak) mah urusan Allah, dan mereka pasrah dan tawakal yang penting sudah berikhtiar. 

Dan saat yang dinanti pun tiba. Di usia perkawinan yang ke 9, Naura positif hamil. Jangan ditanya bagaimana kebahagiaan Rizal mengetahui hal ini, Naura saja yang tadinya santai menjadi antusias saat mengetahui dirinya hamil sekaligus bingung harus bagaimana menjalaninya karena khawatir tidak bisa menjaga kehamilannya. Kemudian mereka mengabarkan ke keluarga masing-masing kabar gembira ini. Dan keluarga mereka pun ikut lega dan bahagia karena pertanyaan mereka akhirnya terjawab.

Hari-hari mereka berdua lalui dengan suasana baru yaitu merasa sudah ada makhluk baru meski masih di dalam perut. Naura mulai rajin membaca buku tentang kehamilan dan bertanya kepada tan yang sudah terlebih dahulu hilang atau bahkan punya anak. Sedangkan Rizal tidak kalah ikut menjaga dengan lebih memperhatikan Naura untuk mengingatkan masalah makanan dan vitamin atau apa saja yang harus dikonsumsi oleh wanita yang sedang hamil. Jadi apapun yang Naura minta selama Rizal mampu pasti akan dituruti. Seperti membeli suplemen ibu hamil, vitamin, susu hamil, juz, nasi padang, martabak, capcay bahkan membeli air kelapa murni setiap pagi karena mendengar itu bagus buat janin. 

Kondisi Naura sendiri mulai merasakan perbedaan yaitu masa-masa nyidam susah makan, lemas dan lemah meski tidak mengalami muntah seperti pada umumnya dialami wanita hamil. Namun, kondisi tubuh yang lemah cukup mengganggu aktivitasnya saat bekerja, sehingga tak jarang Naura sering ijin tidak masuk kerja karena sempat mengalami flek karena kelelahan dan kurang asupan makanan. 

Alhamdulillah masa-masa nyidam sudah terlewati di trimester pertama. Selanjutnya adalah masa-masa mamayu kata orang Sunda mah, yaitu kondisi ingin makan terus meski tidak semua makanan bisa masuk alias masih pilih-pilih, tapi itu tidak jadi masalah yang terpenting adalah janin nya sehat dan tercukupi gizinya. Di masa ini juga mereka mulai USG saat kontrol rutin ke bidan, saat untuk pertama kalinya mereka merasa excited karena melihat janin yang didalam perut bisa dilihat dilayar monitor, apalagi saat mengetahui jenis kelaminnya adalah laki-laki seperti yang mereka inginkan. Mereka tambah semangat menjaga calon anak yang ada didalam kandungan Naura. 

Memasuki trimester ketiga, Naura sudah mulai doyan makan apa saja hal ini membuat timbangan berat badan semakin bertambah dan membuat badan mulai terasa pegal-pegal. Tak jarang Rizal selalu memberikan pijitan ringan saat Naura mengeluh pegal, kemudian posisi tidur mulai sudah tidak nyaman, miring ke kiri salah kekanan salah seiring bertambahnya usia kandungnya dan semakin membesar. Selain itu juga, mereka sudah mulai menyiapkan dan memikirkan dimana akan melahirkan, di kampung halaman atau tetap di kota perantauan, mengingat ini adalah pengalaman pertama mereka. Namun setelah dibicarakan akhirnya disepakati untuk tetap di kota perantauan dengan ditemani ibu mertua dari Rizal untuk membantu di awal-awal mengurus anak. Mereka pun harus segera mencari tempat tinggal yang lebih layak lagi yaitu rumah, agar tidak tinggal di kontrakan berupa kamar karena ada mertua juga nantinya. Merekapun sudah menyiapkan semua yang dibutuhkan. 

Tibalah saat yang dinanti-nanti yaitu hari persalinan. Naura merasakan ada flek saat buang air kecil dan memberitahu kepada Rizal suaminya dan mertua, segera saja mereka menuju rumah bersalin untuk mengecek apa benar sudah ada tanda-tanda mau melahirkan atau pembukaan. Dan benar saja saat di cek sudah pembukaan, tapi masih bukaan 1 dan menurut pengalaman biasanya masih lama dan disarankan untuk pulang dulu sampai menunggu durasi mulas yang lebih sering. Tapi karena ini adalah pengalaman pertama mereka antara bingung dan takut saat mulas terasa, mereka memilih untuk tetap di rumah bersalin. 

Naura benar-benar merasakan sakitnya mulas setiap kali kontraksi, sehingga Rizal yang setia menemani tidak boleh beranjak dari sisi Naura kecuali kekamar kecil ataupun sholat itupun hanya sebentar, karena setip Naura kontraksi, Rizal membantu memijit pinggang Naura yang sakit. Peristiwa ini berlangsung lumayan lama yaitu 2 hari, mungkin karena anak pertama. 

Sudah pembukaan 10 untuk jalan lahir, dan segera dilakukan proses persalinan. Naura benar-benar merasakan bagaimana pengalaman melahirkan yang sakitnya antara sadar dan tidak sadar, sementara Rizal masih setia menemani dan memberi semangat meski dia sendiri juga khawatir dan ikut cemas akan keadaan istri dan calon anaknya. Dan Alhamdulillah akhirnya keluar juga janin yang didalam kandungan bertepatan dengan adzan shubuh, perasaan haru dirasakan Naura dan Rizal yang kini sudah menjadi orang tua, merekapun tak kuasa meneteskan airmata bahagia bahkan Naura sudah tidak merasakan sakit yang selama 2 hari sebelumnya dirasakan. 

Hari-hari pertama dengan hadirnya anggota baru dijalani dengan bahagia meski harus bergadang bergantian antara menyusui dan mengganti popok saat bayi pipis atau pup di malam hari. Pagi hari menjemur, meski Naura belum bisa memandikan sendiri bayinya dibantu mertua dan saudara dari keluarga Rizal. Kemudian pada hari ke-7 seperti biasa diadakan sunnah memberi nama, mengaqiqahi (memotong 2 ekor kambing untuk anak laki-laki) mereka memakai 1 jasa catering untuk di bagi di kota perantauan dan satu lagi di kampung halaman Naura sebagai bentuk kabar gembira atas lahirnya anak pertama mereka. Saat itulah tanggung jawab mereka bertambah menjadi orang tua yaitu Naura sebagai ibu dan Rizal sebagai ayah. Barakallah. 

Cilacap, 01 Desember 2022

Baca juga:

0 Comments: