
OPINI
Ibu, Haruskah Berdaya Ekonomi?
Oleh. Ni’mah Fadeli (Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menetapkan tema hari ibu 2022 adalah “Perempuan Berdaya Indonesia Maju”. Adapun sub temanya ada empat, yaitu 1) kewirausahaan perempuan: mempercepat kesetaraan, mempercepat pemulihan, 2) perempuan dan digital economy, 3) perempuan dan kepemimpinan, 4) perempuan terlindungi, perempuan berdaya (tirto.id, 13/12/2022).
Senada dengan tema hari ibu 2022, pakar ekonomi dari Fakutas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada, Poppy Ismalina Ph.D menyebut bahwa perempuan memiliki peran besar dalam perekonomian. Karena itu sudah seharusnya perempuan menjadi faktor penting dalam penyusunan dan penerapan kebijakan terkait krisis yang terjadi.
Meski perempuan terdampak cukup tinggi oleh krisis ekonomi dan perubahan iklim namun perempuan memiliki mekanisme kebertahanan hidup yang cukup kuat. Menurut Poppy, hal ini tidak bisa diabaikan oleh pemerintah. Diperlukan suatu kebijakan nasional yang responsif gender dan perubahan gender. Koordinasi kuat antara kelompok kerja perubahan iklim dan kelompok kerja gender dalam setiap kementerian juga sangat diperlukan (www.voaindonesia.com, 17/12/2022)
Pemberdayaan perempuan adalah upaya perempuan untuk memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber daya, ekonomi, politik, sosial, budaya agar perempuan dapat mengatur diri dan meningkatkan rasa percaya diri untuk mampu membangun kemampuan dan konsep diri. Setidaknya dalam lima tahun terakhir, tema hari ibu berfokus pada pemberdayaan ekonomi kaum ibu. Untuk tahun ini, program yang diaruskan adalah tentang kewirausahaan perempuan melalui Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan ekonomi digital.
Dalam dunia yang dikuasai sistem kapitalis seperti hari ini, perempuan memang digiring untuk berdaya secara ekonomi. Perempuan harus memiliki penghasilan sendiri dan mandiri secara finansial. Jika tak keluar rumah untuk bekerja maka tetap dapat berkontribusi aktif secara ekonomi dengan berbisnis online dan seterusnya. Perempuan harus berdaya agar tak terjadi kesenjangan gender, demikian yang digaungkan feminisme.
Feminisme yang merupakan buah dari kapitalisme senantiasa menyuarakan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam segala hal. Perempuan harus produktif yang artinya menghasilaan materi. Seorang ibu yang setiap hari bangun paling awal dan tidur paling akhir tak bernilai apapun jika tak menghasilkan materi. Maka adalah harus bagi perempuan untuk berdaya ekonomi agar tercipta keadilan gender.
Sementara pemikiran itu sangatlah jauh dari Islam. Perempuan, yaitu ibu adalah manusia berdaya meski tak memiliki kontribusi ekonomi dalam keluarga. Dalam tubuh perempuan telah Allah amanahkan rahim, dimana bayi tumbuh. Maka tugas pengasuhan anak yang telah dilahirkan menjadi hal yang wajib bagi seorang ibu.
Perempuan dalam Islam juga berfungsi sebagai pengatur rumah tangga, artinya kondisi rumah yang nyaman dan membuat penghuninya betah adalah tugas ibu untuk menciptakannya dengan segala kasih sayang dan kesabarannya pada seluruh anggota keluarga. Ibu juga merupakan sekolah pertama bagi anak-anaknya. Sosok dimana anak-anak menemukan jawaban atas pertanyaan yang timbul dalam pikiran anak yang terus bertumbuh sehingga ibu diharapkan melakukan transfer ilmu tanpa henti.
Sebagai bagian umat, perempuan juga memiliki tanggung jawab sosial seperti halnya laki-laki. Maka Islam mengatur tanggung jawab ibu bukan hanya kepada anak-anaknya sendiri saja. Sabda Rasulullah Shallahahu Alaihi Wassalam,
“Barangsiapa bangun di pagi hari tidak memikirkan urusan kaum muslimin maka dia bukan golonganku.” (H.R. Ath-Thabrani).
Maka seorang ibu juga harus peduli kepada seluruh anak muslim sebagai penerus generasi. Dengan Islam, setiap ibu akan berdaya meski tidak berkontribusi dalam ekonomi. Namun juga tidak ada larangan apabila seorang perempuan berdaya secara ekonomi selama sejalan dengan syariat Islam yang penuh dengan kemaslahatan. Aturan dalam Islam tak akan mengekang namun melindungi, tak akan merugikan dan justru selalu memberdayakan. Standarnya bukan hasil materi namun rida Ilahi. Hanya Islam memang yang sejatinya mampu membawa rahmat bagi seluruh alam
Wallahu alam bishawwab
Baca juga:

0 Comments: