
cerpen
Bunda dan Cintanya
Oleh. Iis Nopiah Pasni
Bunda Isna demikian namanya, seorang ibu rumah tangga dengan empat anak. Haikal adalah putra sulungnya, sekarang kelas 10 SMAN 2 Muara Enim. Roihan putra kedua, sudah kelas 9A di pondok pesantren Al Muqoddasah Lithafidil Qur'an Gontor, Jawa Timur. Putra ketiganya, Abidzar sekarang kelas 1 MIN 1 Muara Enim. Si bungsu Hanifa yang biasa dipanggil Dik Hani baru berusia setahun delapan bulan. Tinggal bersamanya di kota Muara Enim, Sumatera Selatan.
Bunda Isna mempunyai hobi membaca dan menulis cerpen, terkadang juga ikut lomba menulis. Kegiatan menulisnya ini merupakan jalan baginya untuk berdakwah, bermodal bismillah dan kenekatannya, semoga lelah menjadi lillah. Ia mengikuti beberapa kelas menulis daring hal ini dilakukannya untuk terus menambah wawasan dan pengetahuan ilmu menulisnya.
Bulan November 2022, Bunda Isna mencoba mengirimkan dua tulisan di media online. Alhamdulillah, satu tayang sedangkan satunya lagi tidak. Hal ini tak menyurutkan semangatnya. Menurutnya menulis itu me time-nya di tengah penatnya mengerjakan urusan rumah tangga.
Ahad ceria. Seperti biasa, setelah sarapan, Pak Riswanto, suami Bunda Isna, langsung ke teras memperbaiki motornya bersama si Sulung Haikal. Sedangkan Abidzar berada di ruang keluarga, dia sedang mengamati lembar demi lembar album foto keluarga.
"Bun, ini foto kapan ya?" tanya Abidzar pada Bundanya yang sedang sibuk membuat susu untuk Dek Hani di dapur.
"Sebentar, Bang, ya," jawab Bunda Isna lalu memberikan sebotol susu ukuran sedang pada si bungsu yang baru berumur setahun delapan bulan itu. Dek Hani sudah merengek sejak tadi minta dibuatkan sebotol susu.
"Dedek saliha, ayo baca doa dulu dong," ajak Bunda pada Dek Hani. Botol ditaruh di depan Dek Hani duduk, tanpa dikomando Dek Hani langsung merapatkan dua tangannya dan dengan suara khas balita membaca doa mau makan dan minum.
"Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma bariklana fiima razak tana waqina adza bannar."
"Aamiin", ucap Dek Hani cepat dengan suara lantang masih dengan suara khas balita yang menggemaskan. Dek Hani langsung memasukkan dot hangat itu ke mulutnya dan menikmatinya dengan rebahan di kasur tipis berwarna merah bergambar mobil di ruang keluarga. Tak begitu lama, Dek Hani sudah tidur dengan lelapnya.
Bunda lalu mendekati Abidzar dan memperhatikan foto yang diberikan anak ketiganya itu. Bunda Isna tersenyum penuh arti saat melihatnya.
"Oh, itu foto bulan kemarin, waktu Bunda lagi presentasi di depan juri, hehe," jawab Bunda Isna sambil tersenyum lebar sehingga giginya yang berbaris rapi itu nampak jelas.
"Ini foto pas acara apa, Bun?" tanya Abidzar penasaran.
"Itu foto pas Bunda lagi lomba menulis cerpen dengan tema budaya," kata Bunda Isna antusias.
"Bun," panggil Abidzar lagi, kali ini seperti ada yang ingin ditanyakan olehnya.
"Hem," jawab Bunda singkat.
"Ada apa, Bang?" tanya Bunda Isna yang sedang memegang foto lalu perlahan mengalihkan pandangannya pada anaknya itu dengan sayang.
"Nah, tadi 'kan Dedek Hani sebelum minum susunya baca doa dulu bareng Bunda, Abang pas sarapan tadi juga berdoa dulu, udah makan juga doa lagi. Kok doa terus, Bun?" tanya Abidzar dengan wajah polos yang membuat Bundanya gemas lalu memegang kedua pipi Abidzar dan mencium keningnya.
"Berdoa itu ajaran Islam, Sayang," jawab Bunda spontan. Abidzar menyimak dengan serius karena ingin tahunya yang besar.
"Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam mengajarkan bahwa setiap hari seorang muslim dianjurkan membaca doa," kata Bunda Isna lagi.
"Apa sih tujuan berdoa, Bun?" tanyanya lagi.
"Masyaallah, anak salih satu ini cerdas banget, pertanyaan bagus ... Masyaallah," puji Bunda Isna pada anaknya itu dan mengacungkan kedua jempol untuk anaknya itu sambil tersenyum manis.
"Abang Abidzar, Berdoa itu kita lakukan karena kita sebagai makhluk Allah SWT, kita ini sangat butuh bantuan dan sangat bergantungan pada pertolongan Allah Sang Khaliq, agar kita selalu dilindungi dan diberkahi oleh Allah SWT," terang Bunda Isna pada putra ketiganya itu.
"Berdoalah kepada Allah dengan harapan akan dikabulkan. Karena Allah tidak akan menerima doa dari hati yang lalai dan kosong dari harapan, itu dalam Hadist Riwayat Tirmidzi, nak," kata Bunda Isna lagi.
"Oh ya, kalo Abidzar mau makan wajib menyebut Bismillah dulu ya nak karena Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya itu sebagai berikut, Wahai Ghulam, sebutlah nama Allah bacalah “BISMILLAH”, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu, ini dalam HR. Bukhari dan Muslim."
"Nah, kalo lupa baca doa mau makan gimana, Bun?" tanya Abidzar makin penasaran.
"Kalo lupa, terus Abidzar ingat setelah makan, maka tetap ucapkan "Bismillah" ya nak. Lalu baca doa "Bismillahi awwalahu wa akhirahu," jawab Bunda Isna menjelaskan pada putranya itu.
"Kalo gitu, Abang Abidzar mulai sekarang mau terus baca doa, Bun," Kata Abidzar penuh semangat.
"Oh iya? Masyaallah kerennya, anak salih ya mengamalkan ajaran Rasulullah dong," jawab Bunda Isna lalu memeluk Abidzar penuh rasa sayang, mencium keningnya sebagai ungkapan betapa kasih sayang pada anaknya.
"Nah, kalo ada yang makan terus nggak baca doa, makannya tangan kiri, terus makannya berdiri, boleh nggak, Bang?" tanya Bunda Isna pada anaknya.
"Ya nggak boleh, Bun!" jawab Abidzar spontan.
"Karena itu temannya setan," mereka berdua hampir bersamaan.
"Bun, kalo baca bismillah terus baca doa makan ... Abidzar sudah terbiasa, nah yang suka lupa doa sesudah makan," kata Abidzar jujur.
"Ya harus dibiasakan mumpung masih kecil, Alah bisa karena biasa ya, Sayang. Supaya disayang Allah dan Rasulullah," jawab Bunda Isna lalu dengan gemas memencet hidung mancung milik Abidzar.
"Sudah, sudah, Bun," jawab Abidzar mengelak karena tak mau dipencet hidungnya.
Bunda Isna menggelitik Abidzar, tentu saja Abidzar kegelian, mereka bercandaan bersama.
"Endaaaa," jerit suara Dek Hani memanggil Bunda, disertai suara tangis khasnya ketika bangun tidur.
Bunda dan Abidzar lalu berhenti tertawa dan menutup mulut lalu tersenyum merasa bersalah karena suara mereka yang berisik Dek Hani jadi terganggu tidurnya.
Bunda Isna dengan sigap menepuk-nepuk pantat Dek Hani dan memberikan sebotol susunya tadi yang belum habis. Alhamdulillah, Dedek Hani tidur kembali. Bunda dan Abidzar tersenyum senang.
"Abidzar ganteng, jangan lupa membaca doa sehari-hari ya," kata Bunda Isna menasihati Abidzar.
"Siap, Insyaallah," jawab Abidzar mantap, lalu mereka berpelukan.
Anak itu harus dekat, akrab, lekat dan melekat dengan bundanya, agar apa yang ingin disampaikan kepada anaknya bisa didengar, dipahami dan diamalkan juga mengajarkan. Tiada ungkapan cinta yang luar biasa, sebening cinta seorang Bunda pada anak-anaknya. Ingin mengisi hari-harinya bersama keluarga, ikut kajian juga ikut menulis, ya ingin bahagia di dunia dan di akhirat bersama.
Muara Enim, 1 Desember 2022
Baca juga:

0 Comments: