Headlines
Loading...
Oleh. Epi Lisnawati

Kondisi ekonomi kian terpuruk. Para pelaku ekonomi mulai tumbang satu persatu, perusahaan banyak yang gulung tikar. Dampaknya adalah PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) masal menjadi sebuah keniscayaan. Hal ini tentu akan membuat kehidupan masyarakat semakin sulit. Beban hidup kian berat ditambah dengan harga-harga kebutuhan pokok pun semakin melangit.

Belakangan ini PHK banyak terjadi di pabrik sepatu dan tekstil dalam negeri. Hal ini terjadi akibat perlambatan ekonomi dan lonjakan inflasi di negara tujuan ekspor. Perlambatan ekonomi memang terjadi di sejumlah negara maju, seperti Amerika Serikat, Eropa, dan China. Hal ini tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI). Penundaan dan pembatalan ekspor pun dilaporkan terus terjadi, bahkan sudah ada yang mengalami pembatalan sampai 50%.

"PMI Manufaktur global bulan September 2022 yang masuk kontraksi 49,8," sebut Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan, Sri Mulyani dalam konferensi pers, dikutip Minggu (6/11/2022). Dijelaskan bahwa perlambatan ekonomi negara maju dipengaruhi oleh geopolitik dan perang di kawasan Ukraina yang memicu tekanan inflasi yang tinggi. Selain itu, kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) diperkirakan lebih tinggi dengan siklus lebih panjang. Dalam kesempatan yang sama, Sri Mulyani juga mengomentari persoalan PHK yang terjadi di sejumlah pabrik tekstil hingga alas kaki. Disebutkan, pemerintah akan terus memonitor fenomena yang terjadi.
(CNBC Indonesia News, 6 November 2022)

Saat ini lonceng kematian pabrik berbunyi nyaring. Ancaman PHK pun terus menghantui para pekerja. PHK ini berdampak pada hilangnya mata pencaharian dan nafkah yang berujung pada ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya.

PHK terjadi karena perlambatan ekonomi dan inflasi. Perlambatan ekonomi ini terjadi pula di negara-negara maju karena geopolitik dan perang di Ukraina yang memicu tekanan ekonomi yang tinggi. Kemudian kenaikan suku bunga di AS diperkirakan lebih tinggi dengan siklus yang lebih panjang.

PHK masal yang terjadi saat ini menunjukan bahwa negara yang menerapkan sistem ekonomi kapitalis tidak memiliki sistem yang menyeluruh untuk menyerap tenaga kerja. Strategi yang dilakukan untuk menyerap tenaga kerja hanya mengandalkan dari investasi swasta. Maka jika terjadi perlambatan ekonomi, perusahaan akan mengantisipasinya dengan mengurangi biaya operasional. Pilihan yang paling  memungkinkan untuk mengurangi biaya operasional yaitu memangkas jumlah pekerja.

Hal ini tentu berbeda jika Islam diterapkan di tengah-tengah kehidupan. Sistem Islam akan menyediakan usaha yang kondusif dan menjaga kestabilan ekonomi. Upaya yang dilakukan negara dalam Islam yaitu adanya larangan praktik ribawi dan menerapkan moneter atau sistem keuangan yang berbasis emas dan perak serta kebijakan fiskal yang berbasis syariah.

Dunia usaha akan berkembang dengan baik, hal ini akan berefek pada serapan tenaga kerja yang berjalan masif. Negara memiliki aturan yang bisa menyerap seluruh tenaga kerja. Dalam Islam pun laki-laki dilarang menganggur, apalagi bermalas-malasan. Maka negara akan turun tangan langsung dan memastikan setiap laki-laki dewasa bisa bekerja dan memenuhi kebutuhan keluarga.

Negara juga memiliki proyek-proyek pengelolaan kekayaan umum, antara lain pengelolaan sumber daya alam yang akan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Dalam sistem Islam SDA merupakan milik umum haram hukumnya dikelola oleh swasta. SDA yang berlimpah ruah ini dikelola oleh negara kemudian keuntungannya diberikan kepada seluruh rakyat. Negara memiliki perusahaan yang banyak dan besar sehingga mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak.

Negara juga menerapkan sinergi sistem pendidikan dengan potensi ekonomi di berbagai wilayah. Negara akan memastikan bahwa setiap warga negara akan mampu mengakses pendidikan. Maka hasil dari pendidikan ini akan melahirkan sosok yang berkepribadian Islam dan memiliki kemampuan untuk bekerja, baik sebagai tenaga teknis maupun tenaga ahli. Mekanisme ini yang membuat serapan lulusan pendidikan sejalan dengan kebutuhan masyarakat bukan kebutuhan korporasi. Strategi ini yang akan lebih jitu menyerap tenaga kerja. 

Rasulullah Saw. sebagai kepala negara Islam di Madinah telah mencontohkan hal tersebut. Rasulullah tidak menyerahkan kepada pihak swasta dalam menyediakan lapangan kerja agar mampu menyerap tenaga kerja. Apalagi memberi kartu-kartu yang bisa dicairkan dalam jumlah yang tidak seberapa. Kondisi sekarang pun diperparah dengan pencabutan berbagai subsidi yang menjadi hak rakyat termasuk pendidikan yang sangat dibutuhkan oleh para pencari kerja.

Kemudian terkait dengan modal bagi yang mau membuka usaha, negara akan memberi bantuan modal tanpa riba atau bahkan memberi hibah kepada individu usia produktif. Maka individu tersebut memiliki kemampuan untuk melakukan gerak ekonomi. Alhasil, Islam solusi tuntas untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan.

Islam telah terbukti berhasil menyelesaikan masalah ketenagakerjaan, meniadakan pengangguran. Seluruh usia produktif bisa bekerja untuk mencukupi nafkah keluarga sesuai dengan bidangnya masing-masing. Hanya Islam yang mampu membawa kebaikan dan kesejahteraan bagi semua. Wallohu A'lam Bishowwab.

Baca juga:

0 Comments: