Headlines
Loading...
Umat dan Negara Wajib Mempersiapkan Generasi yang Kuat

Umat dan Negara Wajib Mempersiapkan Generasi yang Kuat

Oleh. Alfisyah Ummu Arifah
(Pegiat Literasi Islam Kota Medan)

SSCQMedia.Com — Makin hari kondisi umat makin parah. Sistem hidup kapitalisme berhasil mencetak generasi rapuh yang sakit. Generasi yang lemah fisik, sakit tubuh, daya pikir lemah, pengendalian naluri rapuh, psikis kacau, mudah marah, mudah emosi, penuh kebencian, hingga tak peduli pada sesamanya.

Keadaan makin bertambah buruk karena hilangnya rasa kemanusiaan. Wajar, pembunuhan dan penganiayaan terjadi dari dan menimpa generasi muda hari ini. Kondisi ini kian memprihatinkan.

Padahal, Allah telah mengingatkan dalam ayat cinta-Nya. Peringatan ini bagi kita yang sudah dewasa, balig, dan berakal, bahwa kita dilarang meninggalkan generasi yang lemah, generasi yang tidak diperhitungkan.

Inilah QS. An-Nisa ayat 9 yang menyinggung kita sebagai mukallaf:

وَلۡيَخۡشَ الَّذِيۡنَ لَوۡ تَرَكُوۡا مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوۡا عَلَيۡهِمۡ ۖفَلۡيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلۡيَقُوۡلُوا قَوۡلًا سَدِيۡدًا‏

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”

Ayat ini turun setelah menjelaskan anjuran berbagi sebagian harta warisan kepada kerabat yang tidak mendapat bagian. Allah memerintahkan kita untuk memerhatikan nasib anak-anak, khususnya jika mereka menjadi yatim. Kita diminta memikirkan anak-anak kita dan anak-anak kaum muslimin sepeninggal kita.

Hendaklah para wali dan pemimpin takut kepada Allah, jangan sampai meninggalkan keturunan yang lemah, tak mampu mandiri, dan khawatir terhadap masa depannya. Mereka haram menerapkan hukum yang membuat anak-anak lemah dari sisi apa pun.

Caranya hanya satu, yakni dengan menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Islam harus diterapkan sebagai sistem hidup. Dengan begitu, sumber daya alam dapat dikelola sendiri dan hasilnya diperuntukkan bagi kemaslahatan seluruh warga negara, termasuk anak-anak.

Para penguasa pun harus berbicara dengan tutur kata yang benar, penuh perhatian dan kasih sayang terhadap anak-anak yatim dan seluruh anak bangsa. Bahkan anak-anak Palestina yang kini menderita di bumi Gaza. Sekat-sekat nasionalisme tidak boleh ada, karena sekat itu menghalangi kita menolong anak-anak dan saudara kita di Palestina.

Orang yang sudah mendekati akhir hayatnya diperingatkan agar tidak meninggalkan anak-anak atau keluarga dalam kondisi lemah, terutama dari segi kesejahteraan hidup. Mereka harus bertakwa dan mendekatkan diri kepada Allah dalam tugasnya sebagai orang tua sekaligus pemimpin.

Persiapan masa anak-anak sangat penting. Seperti yang dahulu dilakukan para khalifah, mereka memersiapkan generasi sekualitas Muhammad Al-Fatih, Imam Syafii, Imam Bukhari, Ar-Razi, Imam Ahmad, serta para ulama dan cendekiawan lain yang dididik oleh orang tua dan negara.

Orang tua saat itu mumpuni secara finansial karena negaranya menjamin kesejahteraan dan lapangan kerja. Ayah dan ibu tidak risau dengan biaya sekolah, karena pendidikan ditanggung negara. Fasilitas umum pun disiapkan negara melalui baitul mal, sehingga pendapatan ayah hanya digunakan untuk memenuhi sandang, pangan, dan papan.

Jadi, yang memersiapkan generasi kuat fisik, psikis, dan ruhani memang orang tua. Namun, orang tua, guru, dan sekolah mendapat dukungan penuh dari negara, baik secara finansial maupun fasilitas. Negara Islam melaksanakan tugas ini dengan prinsip pelayanan, bukan bisnis dan bukan jual beli.

Inilah yang Allah perintahkan: memersiapkan generasi kuat dengan dukungan negara. Negara menjadi tameng ketika ayah, ibu, atau kerabat sudah tiada. Anak yatim pun tetap mendapatkan kehidupan yang layak. Begitu juga anak-anak Palestina, yang kini berjuang sendiri karena ketiadaan negara periayah.

Maka, kebutuhan akan negara yang menerapkan Islam sangat mendesak demi lahirnya generasi kuat. Dakwah hari ini harus memfokuskan pada upaya menyadarkan masyarakat agar mau berjuang mewujudkan institusi periayah itu, bukan sekadar dakwah cabang yang pragmatis.

Tujuan yang tampak baik tetapi tidak menyelesaikan akar masalah adalah keliru. Solusi sesungguhnya adalah hadirnya sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan, agar semua manusia hidup sejahtera.

Itulah maksud Allah dalam ayat ini: jangan biarkan anak-anak tumbuh lemah. Sebab, di masa depan merekalah yang akan memakmurkan bumi, meraih kesejahteraan, dan hidup dengan gemilang.

Wallahualam bissawab. [US]

Baca juga:

0 Comments: