Oleh. Amira Ummi Fatih
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Cinta emang perasaan yang istimewa, ya nggak sih? Sebab cinta biasanya lebih mengarah pada kebahagiaan dengan berbagai adegan mesra yang bikin hati tambah riang gembira. Namun, kamu udah sadar juga nggak, Sob? Kalau dalam cinta masih ada amarah yang nggak cuma bikin mulut cemberut? Masih ada rasa sakit hati yang nekat membunuh sang kekasih. Lho, kok bisa? Apa itu artinya dia udah nggak cinta dan nggak takut berbuat dosa? Makanya, yuk kita bahas di sini!
Jembatan Cinta Sekuler
Sobat, sebenarnya kita ini sekarang hidup di zaman sekuler yang konsep utamanya adalah gaya hidup pemisahan agama dari kehidupan sehingga manusia menjadi keberatan untuk melaksanakan perintah-perintah Tuhan. Mereka cuma nurutin keinginan hawa nafsu tanpa menimbang-nimbang dengan petunjuk kebenaran.
Ketika cinta butuh disatukan, tetapi para pasangan belum siap menikah, maka pacaran dipilih menjadi jembatan. Selain itu, ketika gejolak nafsu syahwat juga semakin meningkat, maka tren kumpul kebo yang haram pun tidak malu untuk mereka lakukan.
Sebaliknya, ketika nafsu kemarahan meledak, cinta manusia bisa berubah. Nggak cuma cemberut dan berteriak-teriak kasar, namun juga bisa jadi memukul, mencakar, dan membunuh dengan kejam. Waduh, udah serem banget kan ini, Sob?
Kayak dalam sebuah kasus viral mutilasi pembunuhan terbaru yang dilakukan oleh lelaki berusia 24 tahun terhadap pasangan kumpul kebonya di sebuah rumah kos wilayah Surabaya, Jawa Timur. Dia yang sudah 5 tahun nyewa kos dan berkumpul kebo dengan sang kekasih malah tega banget mencincang kekasihnya menjadi ratusan potongan. Hal itu dilakukan karena dia ngerasa udah nggak tahan sama pacarnya yang selama ini banyak menuntut pemenuhan ekonomi. Padahal, dia sendiri saat ini hanyalah seorang driver ojek online (Tribunnews.com, 8/9/2025).
Parahnya, meski kasus pembunuhan model begitu udah ramai dilakukan, konsep sekuler membuat kontrol masyarakat jadi mati. Masyarakat yang dulu menilai bahwa pacaran itu tercela, sekarang justru menganggapnya menjadi lumrah. Bahkan mereka juga menerima untuk bertetangga dengan pasangan kumpul kebo tanpa menasihati atau mengusirnya.
Nggak cuma itu, tugas negara buat mengendalikan kehidupan rakyatnya juga semakin lemah akibat arus zaman sekuler ini. Negara lebih nurutin ide-ide sekuler sehingga hukum-hukumnya nggak berbau agama yang tegas. Rakyat dibiarin bebas berbuat atas nama hak asasi manusia.
Buktinya, dalam KUHP kasus perzinaan aja ancaman hukuman bagi pelakunya cuma 6 bulan dengan denda maksimal sejumlah 10 juta. Bahkan, pengelolaan kasus tercela itu pun cuma bisa dilakukan jika ada pihak keluarga yang mengadukan. Nah lho, kalau kayak gitu kasihan banget kan para keluarga kebo asli yang nggak bakal bisa lari kencang buat melapor ke kantor polisi? Suaranya cuma “hoam-hoam” keras tanpa dimengerti.
Jembatan Cinta Islam
Kalau zaman sekuler udah asusila, maka ayo kita lirik aja zaman khilafah Islam yang bakal bikin umat manusia selamat sampai tujuan. Di dunia bisa rukun bin romantis, di akhirat nanti juga masih bisa senyum melepas rindu abadi. Masyaallah, seru kan?
Dalam Islam, manusia adalah makhluk yang diberi akal dan perasaan oleh Allah Swt. Dengan dua bekal akal itulah manusia akan saling berhubungan sosial. Ketika kebenaran Islam mereka tanamkan di dalamnya, hubungan akan berjalan dengan baik. Cinta dan amarah bakal bisa dikendalikan.
Dalam kehidupan pribadi, seseorang yang beriman dan berpengetahuan Islam bakalan ngerti kalau mereka dilarang mendekati zina. Akibatnya, mereka nggak bakalan pacaran dan kumpul kebo yang udah jelas haram. Lalu, mereka juga bakal jadi orang yang lemah lembut karena ingin meraih derajat kemuliaan untuk masuk surga. Sesuai firman Allah Swt. di Surah Al-Isra ayat 32–33 yang artinya:
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk. Dan janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecuali dengan suatu (alasan) yang benar...”
Dalam kehidupan bermasyarakat, mereka juga bakal sadar dan mengenal tentang kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar. Dengan begitu, mereka pun nggak bakalan diam saat keburukan itu dilakukan. Rasulullah saw. pernah bersabda:
“Agama adalah nasihat (petunjuk bagi manusia).” Para sahabat bertanya, “Untuk siapa, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Petunjuk manusia untuk berbuat baik kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin-pemimpin kaum Muslimin, dan kepada umat Islam pada umumnya.” (Muttafaqun Alaih)
Dalam kehidupan bernegara, ketika para penguasa juga sadar bahwa Islam adalah agama sempurna yang nggak cuma berisi tentang nilai-nilai spiritual, maka ajaran-ajaran Islam bakal diberlakukan seluruhnya melalui berbagai jembatan kehidupan. Supaya rakyatnya bisa nyebrang dengan selamat sampai tujuan.
Di jembatan pendidikan, kurikulum Islam punya berbagai teknik dan metode yang bagus untuk membentuk karakter bertakwa sehingga mereka bisa mengendalikan diri dari nafsu dan godaan setan. Di jembatan hukum pidana pun, Islam sudah memiliki peraturan yang tegas, hebat, dan berdampak jera untuk berbagai tindakan asusila. Untuk perbuatan zina aja, Islam sudah mewajibkan suatu hukuman cambuk 100 kali di hadapan masyarakat bagi pelaku yang belum pernah menikah. Setelah itu, si pelaku pun diasingkan total selama satu tahun. Wow, kalau kayak begini apa nggak bikin pezina jadi cedera, sekarat, sama malu banget ya, Sob?
Sementara itu, buat para pelaku zina yang udah pernah menikah dan para pelaku pembunuhan yang disengaja, Islam menerapkan hukuman rajam atau hukuman mati. Dengan begitu, masyarakat lainnya pun jadi bisa berpikir panjang untuk segala tindakan di dunia. Supaya nggak asal ikut-ikutan happy sementara, tetapi rugi besar tak terhingga.
Akhirnya, jelas kan, Sob, jembatan mana nih yang emang aman dan halal buat kita pilih? Supaya cinta kita jadi mekar tanpa duri kekejaman. [Hz]
Baca juga:

0 Comments: