Headlines
Loading...

Oleh. Eka Suryati
Kontributor SSCQMedia.Com

SSCQMedia.Com — Menceritakan tentang Rasulullah saw. memang tak akan ada habisnya. Beliau adalah sumber inspirasi dan teladan bagi umat Islam. Allah mempersiapkan Rasulullah secara sempurna karena beliau ditakdirkan sebagai Nabi akhir zaman. Allah mengangkatnya sebagai Rasulullah untuk menjadi uswah dan rahmat bagi alam semesta, bukan hanya bagi umat Islam.

Sang rahmatan lil-‘alamin telah lahir. Allah menurunkan rahmat-Nya melalui sosok Muhammad saw., sebagaimana difirmankan dalam QS. Al-Anbiya ayat 107

“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.”

Sejak itu jelaslah bahwa kehadiran Nabi Muhammad saw. bukan sekadar untuk satu kaum, satu masa, atau satu wilayah. Beliau diutus sebagai rahmat, kasih sayang dan kelembutan Ilahi yang menyejukkan seluruh alam semesta.

Rahmat itu hadir dalam setiap sisi hidup beliau, senyum yang menentramkan, doa yang tercurah bahkan bagi mereka yang menyakitinya, keteladanan yang memuliakan manusia, hingga kelembutan terhadap hewan dan alam. Tidak ada satu makhluk pun yang tak tersentuh oleh jejak rahmat Nabi.

Bagi orang beriman, rahmat itu berupa hidayah, ampunan, dan surga. Bagi mereka yang belum beriman, rahmat itu berupa kesempatan mengenal kebenaran, penundaan azab, serta cahaya kebaikan yang tetap bisa mereka nikmati dalam syariat Islam. Bahkan bagi musuh-musuh beliau, rahmat itu hadir dalam bentuk pemaafan dan doa kebaikan.

Makna rahmatan lil-‘alamin mengingatkan kita bahwa Islam bukan agama kekerasan, melainkan agama kasih sayang dan kebaikan yang melampaui batas-batas manusia. Kehadiran Nabi saw. adalah anugerah terbesar, beliau membimbing manusia dari kegelapan menuju cahaya, dari kezaliman menuju keadilan, dari kebencian menuju kasih sayang.

Teladan bagi Keluarga

Tak hanya menjadi contoh bagi umat, Rasulullah juga merupakan teladan bagi keluarganya. Beliau adalah sosok penyayang. Kasih sayangnya sangat dirasakan oleh anak, istri, cucu, dan seluruh keluarganya. Sejak kecil, akhlak Nabi telah mencuri hati kaum kerabatnya.

Selain penyayang, Rasulullah juga pribadi pemaaf. Orang-orang yang bersalah kepadanya tidak pernah dibalas dengan dendam. Pintu maaf beliau begitu luas. Para pembantu rumah tangga pun merasakan kelembutan Sang Rahmatan lil-‘Alamin. Tak pernah beliau membentak atau merendahkan mereka. Bahkan sebelum seseorang meminta maaf, beliau sudah lebih dahulu memaafkan.

Beliau menegaskan, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang terbaik di antara kalian kepada keluargaku.” Dengan demikian, umat Islam tidak perlu mencari teladan lain, karena Rasulullah adalah contoh terbaik dalam menyayangi keluarga.

Rahmat dalam Masyarakat

Rasulullah menjadi rahmat di tengah masyarakat. Dari dakwah secara sembunyi-sembunyi hingga terang-terangan, beliau tetap bersikap lemah lembut dan sabar, tak pernah terpancing amarah meski dihina dan ditolak.

Beliau lahir di tengah tradisi jahiliah, tetapi tidak terpengaruh olehnya. Justru pribadi mulia beliau perlahan-lahan mengubah masyarakat jahiliah menjadi masyarakat berperadaban agung, peradaban Islam.

Itulah sebabnya beliau menjadi rahmat bukan hanya bagi Quraisy, tetapi juga bagi seluruh umat manusia. Dari bangsa yang terbiasa bermusuhan, mereka berubah menjadi umat yang bersatu di bawah kalimat tauhid. Rasulullah saw. menanamkan bahwa kemuliaan bukan pada harta atau keturunan, melainkan pada takwa.

Rahmat bagi Musuh-musuhnya

Menjadi rahmat bagi keluarga dan sahabat adalah wajar. Namun, menjadi rahmat bagi musuh adalah bukti keagungan akhlak Rasulullah. Bagaimana mungkin mereka yang memusuhi, mengusir, dan menyakitinya tetap merasakan kebaikannya.

Rasulullah selalu berusaha sabar dan tidak membalas dengan kekerasan. Beliau beranggapan, musuh-musuh itu berlaku demikian karena belum tahu. Maka, beliau memaafkan dan tetap mendoakan kebaikan.

Contoh paling terkenal adalah ketika beliau berdakwah ke Thaif. Ditolak, dihina, bahkan dilempari batu hingga berdarah-darah, beliau tetap berdoa agar kelak lahir dari keturunan mereka orang-orang yang beriman. Begitu pula saat peristiwa Fathu Makkah. Setelah bertahun-tahun disakiti, Rasulullah justru memaafkan penduduk Quraisy dengan ucapan, “Pergilah, kalian bebas.”

Rahmat hingga Akhir Zaman

Rahmat Rasulullah tidak terbatas pada zamannya. Hingga kini, bahkan sampai hari kiamat, rahmat itu masih dirasakan umatnya. Dalam doa-doanya, beliau selalu menyebut umatnya. Menjelang wafat pun, yang terucap dari bibir beliau adalah, “Ummati, ummati.”

Bahkan di hari kiamat, Rasulullah akan diberikan syafaat agung untuk memohonkan ampunan bagi umatnya yang berdosa. Itulah rahmat terbesar yang membuktikan cinta beliau melampaui ruang dan waktu.

Maka, sempurnalah bahwa Muhammad saw. adalah rahmatan lil-‘alamin. Rahmat yang menjelma dalam sabar, kasih sayang, doa, ampunan, dan syafaat. Rahmat yang bukan hanya menyelamatkan sahabatnya, bukan hanya memuliakan musuhnya, tetapi juga melindungi kita, umat yang belum pernah bertemu dengannya, tetapi terus berharap akan syafaatnya di akhirat kelak.

Kotabumi, 21 September 2025


Baca juga:

0 Comments: