Oleh. Erna Kartika Dewi
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com — Wahai Rasulullah yang sangat kucinta dengan segenap hati …,
dengan hati bergetar dan jemari yang tak kuasa menahan gundah, izinkan aku menulis surat ini. Surat dari seorang hamba yang hina, yang merindu pada kasihmu, yang mendamba tatapan teduhmu, dan yang kini hatinya hancur menyaksikan saudara-saudara seiman di Palestina.
Umat ini sedang tidak baik-baik saja, ya Rasul …
Wahai Rasulullah,
Betapa berat rasanya menuliskan semua ini. Seakan luka mereka adalah luka yang menetes dalam nadiku. Setiap kali kabar duka datang dari tanah suci Palestina, jantung ini seperti diremas dan merasa tersakiti.
Teriakan anak-anak yang kehilangan orang tua, tangisan ibu-ibu yang mendekap jasad kecil tak bernyawa, dan wajah-wajah penuh debu yang masih mencoba tersenyum meski di bawah hujan bom. Semua itu mengiris jiwa kami yang jauh di sini.
Kami di sini hanya bisa menatap layar, membaca berita, dan menahan tangis. Tapi kami tahu, air mata saja tak cukup untuk menghapus pedih. Setiap malam kami menunduk, berdoa, merayu Allah agar Engkau, kekasih Allah, menyampaikan salam rindu kami kepada mereka.
Ya Rasulullah,
Palestina kini seperti bumi yang tak henti-hentinya berdarah. Luka itu tak sembuh, bahkan makin menganga. Rumah demi rumah rata dengan tanah, masjid-masjid porak-poranda, dan tanah yang dulu penuh barokah kini dilumuri darah.
Apakah Engkau mendengar rintihan mereka dari sana, ya Rasulullah?
Mereka bertanya, dengan suara serak bercampur air mata:
“Di mana umat Rasulullah saw.? Di mana saudara-saudara seiman kami?
Di mana tangan yang seharusnya menggenggam kami di saat kami jatuh?”
Pertanyaan itu menusuk kami. Bagaimana kami harus menjawabnya, ya Rasulullah?
Kami malu, karena dunia ini terlalu bising dengan perkara duniawi, tapi terlalu sunyi untuk Palestina. Para pemimpin dunia berkoar tentang perdamaian, tetapi di hadapan genosida mereka bungkam. Lidah mereka kelu, mata mereka tertutup rapat, telinga mereka disumbat agar tidak mendengar jeritan dari Gaza. Dunia menutup mata, sementara langit Palestina tetap memerah oleh ledakan.
Dan yang lebih pedih lagi, umatmu sendiri—yaitu kami—masih sering terjebak dalam diam. Ada yang sibuk dengan urusan masing-masing, ada yang menganggap berita itu hanya tontonan, bahkan ada yang tak peduli.
Wahai Nabiku,
Jika Engkau ada di sini, pasti Engkau akan menggenggam tangan mereka. Pasti Engkau akan meneteskan air mata bersama mereka, seperti dulu Engkau menangis melihat penderitaan umatmu. Kami yakin, Engkau tak akan pernah rela melihat umatmu diperlakukan begini.
Tapi kami? Kami hanya bisa menuliskan surat ini dengan rasa malu. Kami ingin menjerit:
“Ya Rasulullah, lihatlah Palestina! Bukankah itu tanah para nabi? Bukankah Masjidil Aqsa adalah warisan para nabi? Bagaimana mungkin dunia tega membiarkan suaramu dibungkam di sana?”
Ya Rasulullah,
Saat ini aku dan semua sahabat di SSCQ sedang berusaha untuk terus berjuang dengan upaya terbaik kami. SSCQ mungkin hanya sebuah komunitas kecil di tengah lautan umat. Tapi di sini kami berusaha menjaga cinta kepada Al-Qur’an yang Engkau wariskan.
Kami berusaha menjaga keistikamahan dengan tilawah, doa, dan literasi agar jiwa ini tak mati. Dan setiap kali membaca ayat-ayat Allah, dada ini seolah bergetar mengingat bahwa di Palestina, ada saudara kami yang membaca ayat yang sama, di bawah langit yang sama, dengan iman yang sama, meski tubuh mereka berlumur luka.
Wahai Rasulullah,
Engkau pernah bersabda bahwa umatmu itu bagaikan satu tubuh. Jika satu anggota tubuh itu sakit, maka seluruh tubuh akan merasakannya. Tapi, ya Nabiyallah, apakah tubuh ini sudah mati rasa?
Palestina sudah berbulan-bulan menjerit, namun dunia Islam sering kali terdiam dan hanya menatap dari kejauhan. Anak-anak kecil di Gaza tidak lagi bermimpi tentang mainan. Mereka hanya berharap esok masih bisa bernapas.
Mereka tidur dengan doa sederhana:
“Ya Allah, lindungi aku malam ini.”
Sedangkan anak-anak di negeri kami tidur di kasur empuk, dengan mimpi sekolah, jalan-jalan, dan masa depan cerah. Betapa jauhnya perbedaan itu, ya Rasulullah.
Aku malu… aku malu sekali menuliskan semua ini. Karena di saat mereka mengorbankan segalanya untuk mempertahankan iman dan tanah suci, kami di sini masih sering lalai dalam salat, sering menunda tilawah, dan sibuk dengan dunia yang fana.
Doa untuk Palestina
Ya Rasulullah,
Aku ingin Engkau tahu bahwa di dalam hati kami, cinta kepada Palestina tak pernah padam. Meski kami tak bisa ke sana, meski tak bisa berperang bersama mereka, kami ingin Engkau menjadi saksi bahwa kami peduli.
Kami akan terus berdoa di sepertiga malam, menyebut nama Palestina dalam sujud kami. Kami akan terus mengajarkan pada anak-anak kami tentang Masjidil Aqsa, tentang tanah suci yang Engkau cintai.
Ya Rasulullah,
Jika suatu saat aku ditanya:
“Apa yang kau lakukan untuk Palestina?”
Aku ingin menjawab:
“Aku tidak membiarkan hatiku mati. Aku tidak pernah berhenti peduli. Aku terus menyebut Palestina dalam doaku, dan aku berusaha menggugah hati sesama agar tidak melupakan mereka.”
Ya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami datang kepada-Mu dengan hati yang remuk, dengan air mata yang tak terbendung, membawa keluh kesah saudara kami di Palestina.
Ya Allah, lindungilah anak-anak di Palestina dari ketakutan. Jadikan setiap langkah kecil mereka dalam reruntuhan sebagai langkah yang penuh pahala. Jangan biarkan senyum mereka padam, meski dunia mengabaikan.
Ya Allah, kuatkan para ibu yang kehilangan anak-anaknya. Ganti air mata mereka dengan surga-Mu. Jadikan pelukan terakhir mereka sebagai pelukan abadi penuh cinta.
Ya Allah, teguhkan hati para ayah yang menggali kubur untuk keluarganya. Jadikan tangan mereka bercahaya di hadapan-Mu kelak.
Ya Allah, muliakan syuhada Palestina. Angkat derajat mereka bersama para nabi, siddiqin, dan salihin.
Ya Allah, bukakan mata para pemimpin dunia yang kini bungkam. Hancurkan kezaliman yang menutup hati mereka.
Ya Allah, satukan hati umat Nabi-Mu Muhammad Saw. Jangan biarkan kami sibuk dengan dunia hingga melupakan Masjidil Aqsa.
Ya Allah, jika kami tak mampu mengangkat senjata, jadikan doa kami lebih tajam dari peluru. Jika kami tak mampu hadir di tanah suci itu, jadikan hati kami selalu terikat padanya.
Ya Allah, kembalikan Palestina pada kejayaannya. Hadirkan hari ketika anak-anak bisa bermain tanpa takut, ibu-ibu bisa tersenyum tanpa tangis, dan azan berkumandang tanpa terhenti oleh bom.
Ya Allah, demi cinta kami kepada Rasulullah, demi rindu kami pada Masjidil Aqsa, kabulkan doa kami.
Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin. []
Baca juga:

0 Comments: