Headlines
Loading...

Oleh. Lifa Witd
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Assalamu’alaika, ya Rasulullah.

Berapa ribu pun kata yang akan aku tulis untuk mengungkapkan kerinduan ini. Tidak akan pernah bisa mengungkapkan dengan sempurna. Rasulullah, engkau adalah manusia yang belum pernah aku temui, tetapi engkau adalah manusia yang paling aku rindu. Tidak ada seorang pun yang lebih mencintai kami, selain engkau, ya Rasulullah. 

Air mata tidak terbendung ketika kupijakkan kakiku, di tanah engkau berjuang pertama kali menegakkan agama Allah. Makkah, tanah yang gersang dan tandus. Namun menyimpan berjuta makna arti sebuah perjuangan dan pengorbanan. 

Aku teringat sangat akan perjuangan dan pengorbananmu, ya Rasulullah. Pengorbanan harta, air mata, luka, keluarga, dan banyak lagi yang harus engkau terima. Namun, perjuanganmu tidak pernah surut. Jikalau engkau  menyerah kala itu, mungkin kami sekarang tidak pernah mengenal tuhan kami. 

Manusia yang paling mulia yang pernah ada di muka bumi. Manusia yang dijadikan uswatun hasanah untuk seluruh umat manusia. Manusia yang telah disucikan hati dan raganya oleh Allah. Tiada cela dalam dirimu, ya Rasulullah, dan tidak pernah ada banding. Allah memuliakan engkau beserta keluargamu. Manusia yang paling mencintai umatnya melebihi dirinya sendiri.

Rasulullah, kerinduan ini membuncah dalam dada dan hati kami.

Rasulullah, aku ingin mengadu padamu. Umatmu yang mengaku mencintai dan merinduimu tidak lagi taat akan risalahmu. Kami banyak meninggalkan pesan yang engkau berikan. Kami sudah kehilangan ikatan, ya Rasulullah. Umatmu kini tercerai-berai, dipisahkan oleh bendera-bendera yang diciptakan oleh tangan kami sendiri. Masih pantaskah kami disebut sebagai umatmu?  Lantas kalau tidak pantas, kepada siapa nanti kami meminta syafaat ketika di padang Mahsyar?

Umatmu kini telah meninggalkan saudaranya yang terusir dari tanahnya. Ada umatmu Rohingya, ada umatmu Palestina. Namun kami bagaikan mati suri, tidak ada daya dan kekuatan untuk melawan musuh yang membunuh saudara kami. Entah jawaban apa yang bisa kami berikan kelak, ketika engkau bertanya tentang saudara kami. Kenapa kalian tidak membela, kenapa kalian tidak peduli, dan kenapa kalian tidak berusaha menolong mereka? Saat ini kami lemah, ya Rasulallah, kami bagaikan buih di atas lautan. Jumlah kami banyak, namun kami terombang-ambing tiada daya.

Umatmu telah meninggalkan syariat agama yang engkau bawa. Telah banyak yang kami tinggalkan, malah yang terjadi kami bangga dengan aturan yang dibuat oleh manusia. Hidup kami semakin jauh dari sunahmu. Namun hanya sedikit yang sadar akan hal itu, dan semakin tenggelam teramat dalam. Permasalahan umatmu tidak ada yang terselesaikan dengan tuntas, karena solusi yang tidak tepat. Masihkah kami pantas untuk engkau cintai tanpa batas? Malu, sungguh kami malu, sekadar ingin mengaku-ngaku saja sebenarnya kami malu.

Begitu banyak ayat Al-Qur’an, ketika Allah selalu memperingatkan engkau, bahwa engkau hanyalah seseorang yang diutus hanya untuk memperingatkan, wahai Muhammad. Keimanan dan kekufuran mereka bukan urusanmu lagi, ketika engkau telah memberikan peringatan. Karena engkau selalu menangisi umatmu, ya Rasulallah. Engkau selalu memikirkan nasib umat di akhirat kelak. Engkau sangat khawatir umatmu tertimpa siksa Allah. Engkau selalu mendoakan umatmu, tanpa terkecuali.  Begitulah kecintaanmu pada kami, ya Habiballah.

Ketika engkau disakiti, ditolak, bahkan dilempari batu, engkau balas dengan doa terbaik. Bukan ancaman, bukan caci maki, bukan permintaan azab Allah. Begitu mulianya engkau, wahai Abi Az-Zahra. Dan kini engkau hanya diingat sebagian oleh umatmu, dan dilupakan sebagian. 

Islam yang engkau bawa begitu sempurna, aturan yang engkau bawa tiada cela. Namun kini umatmu banyak meninggalkan itu. Mungkin sekarang engkau akan lebih menangis kencang ketika melihat kondisi umatmu, ya Rasulullah. Maafkan kami, kami lemah dan sungguh tiada daya upaya.

Mungkin kalau kami ini bukan umatmu, telah lama Allah menimpakan azab kepada kami. Kesesatan dan kesombongan pada kaum Nabi Nuh, ada juga di umat ini.  Kedurhakaan kaum Tsamud terjadi pula di umat ini. Kezaliman yang terjadi pada kaum Ad terjadi juga di umat ini. Penyimpangan yang dilakukan oleh kaum Sodom, dilakukan juga oleh umat sekarang ini. Namun, Allah menangguhkan azab-Nya untuk umat Rasulullah Muhammad. Allah selalu menunggu pertobatan dan persyahadatan kaumnya Nabi Muhammad. Begitu sayang dan cintanya Allah terhadap umatmu, ya Rasulullah, karena betapa Allah begitu mengistimewakanmu.

Rasulullah, telah jauh umat ini meninggalkan syariat yang engkau bawa. Lantas bagaimana kami bisa membebaskan Baitulmaqdis yang engkau amanahkan pada kami? Jangan engkau bertanya ke mana para pemimpin umat ini. Para pemimpin umat ini telah dilalaikan oleh dunia yang tidak seberapa ini. Mereka sibuk berebut kekuasaan, mereka sibuk mengumpulkan kekayaan. Mereka lebih takut berjumpa dengan pemimpin kafir, alih-alih takut ketika berjumpa dengan engkau, berjumpa dengan Allah. 

Umatmu di Gaza untuk sekadar mencari air minum satu jeriken saja, sampai harus meregang nyawa. Hingga mereka mengutuk agar kami tidak memperoleh syafaat darimu, ya Rasulullah. Sedih, sungguh tiada terkira. Namun kami bisa apa? Seolah kaum muslim dan pemimpinnya tidak melihat, tidak mendengar rintihan dan panggilan saudaranya di Gaza. Darah dan nyawa yang setiap hari melayang di Gaza dianggap tiada artinya, dan seolah itu bukan kehormatan bagi kaum muslim lagi. Umatmu telah merelakan tanah yang diberkahi dan tanah para nabi diinjak- injak dan dinodai oleh zi0nis laknatullah. 

Rasulullah yang cintanya tidak terbatas, semoga Allah mengampuni kami. Semoga Allah segera menurunkan pertolongan-Nya pada umatmu yang berada di Gaza. Semoga umatmu yang lain segera mendapatkan hidayah, kekuatan, dan persatuan. Khilafah yang engkau janjikan segera tegak di muka bumi ini kembali. Agar sekularisme dan kapitalisme yang mencengkeram kaum muslim saat ini segera bisa terlepas. Kaum muslim kembali berjaya dan menggapai kembali masa-masa keemasannya. 

Sungguh, kami rindu Khilafah, kami rindu syariat Allah dan Rasul-Nya kembali tegak di muka bumi ini. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: