Headlines
Loading...
Menjawab Makar Zionis dengan Jalan Nubuwwah

Menjawab Makar Zionis dengan Jalan Nubuwwah

Oleh. Pudji Ariyanti
(Pegiat Literasi untuk Peradaban)

SSCQMedia.Com — Situasi di Gaza kembali memanas setelah jaringan internet dan telepon terputus total pada Kamis, 18 September 2025. Pemadaman ini bukan sekadar masalah teknis, melainkan strategi militer Israel yang sengaja menargetkan infrastruktur komunikasi. Bersamaan dengan itu, tank-tank Israel masuk ke jantung Kota Gaza, menandai manuver darat untuk melumpuhkan koordinasi warga, rumah sakit, dan lembaga kemanusiaan. Jalur Salah al-Din dibuka sebagai satu-satunya rute evakuasi, seakan memberi jalan keluar, padahal sesungguhnya bagian dari strategi mengosongkan Gaza.

Akibatnya, warga kehilangan akses komunikasi dengan keluarga dan sulit menjangkau bantuan. Rumah sakit kesulitan mengevakuasi pasien, relawan tidak dapat memantau kondisi korban, sementara sebagian warga berusaha mencari sinyal e-SIM dari tempat tinggi demi sekadar mengirim pesan darurat. Pemutusan komunikasi ini, menurut kesaksian warga, sering menjadi tanda akan adanya serangan besar-besaran.
(Tribunnews.com, 19/9/2025)

Meski dunia internasional mengecam keras agresi ini, Israel tetap tidak bergeming. Belgia menghentikan impor dari Israel, Spanyol melarang ekspor senjata dan akses kapal pembawa senjata, Norwegia bersiap melakukan divestasi, dan Uni Eropa tengah mempertimbangkan sanksi terhadap pejabat Israel. Di luar pemerintahan, lebih dari 4.000 tokoh Hollywood menyerukan boikot, dunia olahraga ikut menolak keterlibatan Israel, bahkan Sekjen PBB mengingatkan dunia agar tidak tunduk pada intimidasi Zionis. Namun, Israel tetap melanjutkan agresinya tanpa rasa gentar.

Strategi Sistematis Israel

Sejak awal, Israel menjalankan strategi sistematis untuk melumpuhkan Gaza. Pertama, dengan menutup total akses komunikasi sehingga warga terisolasi, tidak bisa saling berkoordinasi, apalagi menyampaikan fakta ke dunia luar. Kedua, mereka menggiring warga sipil menuju migrasi massal melalui Jalur Salah al-Din, sembari terus membombardir wilayah padat penduduk. Semua ini menunjukkan adanya rencana jangka panjang yang bukan sekadar operasi militer, tetapi bagian dari proyek kolonial untuk mengosongkan Gaza.

Dalam skala global, dukungan terhadap Israel begitu nyata. Amerika Serikat tampil sebagai sponsor utama, bukan hanya dalam suplai senjata, tetapi juga dalam politik dan ekonomi. Sistem kapitalisme global yang menguntungkan elite Zionis menjadikan embargo dan boikot internasional tidak lebih dari simbol semata. Meski tampak keras di permukaan, pada kenyataannya kerja sama di balik layar tetap berlangsung selama ada keuntungan.

Dengan demikian, seruan embargo dan boikot, betapapun penting, tidak cukup untuk menghentikan agresi Israel. Zionisme tidak hanya mengincar tanah Palestina, tetapi memiliki visi besar sebagaimana tertuang dalam protokol mereka: membangun Israel Raya sebagai pusat kekuasaan global Yahudi.

Jalan Islam, Jalan Nubuwwah

Fakta ini menegaskan bahwa penjajahan Zionis tidak akan berhenti hanya karena kecaman moral atau tekanan diplomasi. Dunia Islam membutuhkan langkah nyata yang melampaui sekadar suara. Dalam sejarah, kaum muslimin pernah memiliki perisai yang melindungi mereka dari penjajahan, yaitu Khilafah Islamiah. Hanya melalui kekuatan politik dan militer yang terorganisasi berdasarkan akidah Islam, agresi semacam ini bisa dihentikan.

Allah Swt. sendiri telah menegaskan permusuhan kaum Yahudi terhadap Islam dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.”
(QS Al-Maidah: 82)

Ayat ini menjadi peringatan sekaligus penegasan bahwa umat Islam tidak boleh naif. Persoalan Gaza tidak bisa selesai dengan boikot produk atau embargo ekonomi saja. Solusi sejati hanya bisa hadir bila umat Islam bersatu, mengembalikan institusi Khilafah ala minhajin nubuwwah yang mampu menyatukan potensi negeri-negeri Muslim, menggerakkan pasukan, dan menghadirkan kepemimpinan global alternatif.

Khilafah bukan sekadar kisah romantisme, melainkan warisan sejarah yang pernah membebaskan wilayah tertindas, melindungi kaum muslimin dari serangan, dan bahkan menjadi pusat keadilan dunia. Dengan tegaknya Khilafah, kekuatan politik dan militer umat Islam akan mampu menghadapi Zionisme, membebaskan Palestina, dan pada akhirnya menumbangkan hegemoni kapitalisme global yang menjadi induk dari seluruh penindasan.

Tragedi Gaza hari ini kembali membuka mata dunia tentang kebrutalan Zionis. Namun, ia juga menjadi peringatan bagi umat Islam, sampai kapan kita hanya berdiam dan berharap pada kecaman internasional yang terbukti tak bergigi? Saatnya umat kembali menapaki jalan nubuwwah dengan menegakkan Khilafah sebagai junnah, perisai yang nyata. Hanya dengan itulah makar Zionis dapat dijawab secara tuntas, dan Palestina benar-benar merdeka.

Wallahualam bissawab. [My]

Baca juga:

0 Comments: