Oleh. Nurul Lailiya
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com — Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi program unggulan presiden terpilih, Prabowo, sudah dijalankan di beberapa daerah. Sejak pemberlakuannya, program ini telah menelan korban akibat keracunan. Di antaranya, di Sragen sebanyak 196 siswa dan guru mengalami keracunan setelah menyantap MBG (CNNIndonesia.com, 13/8/2025).
Untuk menangani kejadian tersebut, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, akan meningkatkan Standar Operasional Prosedur (SOP) pengiriman MBG hingga ke sekolah.
Kepala SPPG Gemolong, Arifudin Setiawan, telah meminta maaf atas kejadian tersebut. Arif juga mengatakan bahwa hingga kini masih menunggu hasil laboratorium Dinas Kesehatan Semarang terkait penyebab keracunan tersebut (detikJateng.com, 14/8/2025).
Pemkab Sragen kemudian menyampaikan hasil laboratorium yang menjelaskan bahwa buruknya sanitasi dan higienitas lingkungan SPPG menjadi penyebab utama terjadinya keracunan (RRI.co.id, 26/8/2025).
Setelah mengetahui hasil laboratorium tersebut, Sekretaris Daerah (Sekda), Hargiyanto, segera merenovasi dan memperbaiki fasilitas SPPG Gembolo. Proses renovasi dan perbaikan fasilitas tersebut akan diawasi untuk menjamin standar sanitasi serta higienitas, agar keracunan tidak kembali terjadi.
Dari banyaknya kasus keracunan menu MBG dapat kita simpulkan bahwa pemerintah belum siap. Seharusnya, sebelum program dijalankan, dilakukan terlebih dahulu beberapa persiapan penting, di antaranya penyusunan SOP yang matang serta menyiapkan tenaga dan fasilitas SPPG yang bermutu. Dengan begitu, tujuan peningkatan gizi siswa tercapai, bukan sebaliknya.
Kejadian ini patut menyadarkan kita bahwa serapi apa pun usaha manusia membuat aturan hidup, tetap saja ada celah yang bisa membahayakan keselamatan bahkan mengancam nyawa, serta memaksa dikeluarkannya anggaran baru untuk pelatihan, pengadaan, dan perbaikan sarana prasarana.
Untuk itu, sepatutnya kita kembali pada fitrah kita sebagai manusia, yaitu menjadi hamba Allah Swt., Tuhan seluruh alam. Bukankah Allah Swt. telah menyiapkan aturan hidup yang jelas dan penuh rahmat?
Islam telah menetapkan bahwa pemenuhan gizi generasi adalah tanggung jawab bersama. Allah Swt. berfirman yang artinya:
"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar." (TQS An-Nisa: 9).
Ayat ini dengan jelas mengharuskan seluruh umat Islam bertanggung jawab penuh terhadap kesejahteraan generasi. Tanggung jawab utama terhadap generasi sebenarnya ada di pundak ayah sebagai kepala keluarga. Para ayah wajib bekerja mencari nafkah agar mampu memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Agar peran ini terwujud, perlu ada campur tangan negara.
Dalam Islam, Khilafah akan membuka lapangan kerja yang luas bagi para kepala keluarga dan memastikan mereka bisa bekerja dengan penghasilan yang layak sehingga mampu memenuhi gizi anak-anak mereka. Bila kepala keluarga tidak mampu memenuhi nafkah karena sebab syar’i, maka orang terdekat anak tersebutlah yang berkewajiban menafkahi, seperti paman, kakek, tetangga, dan lain-lain. Namun, bila tidak ada lagi yang mampu memberi nafkah, maka negaralah yang wajib menanggungnya agar tidak ada satu anak pun yang kelaparan.
Khilafah berupaya mewujudkan ketahanan dan keamanan pangan, tidak bergantung pada impor, serta memastikan semua bahan pangan tersebar merata ke seluruh wilayah negara agar harganya murah dan terjangkau oleh semua keluarga.
Sistem ekonomi Islam yang diterapkan dalam Daulah membuat negara menjadi kaya raya dan warga negaranya sejahtera. Hal ini karena harta milik umum, seperti sumber daya alam yang berlimpah, termasuk barang tambang, semua dikelola negara dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat.
Dengan begitu, memberi makan bergizi gratis bagi semua siswa di seluruh pelosok negeri adalah hal yang mudah bagi Khilafah. Tidak hanya itu, biaya pendidikan dan asrama siswa diberikan secara gratis, lengkap dengan pemenuhan kebutuhan makan, minum, bahkan ada jaminan kesehatan juga.
Sejarah mencatat bahwa Sultan Muhammad al-Fatih (1481) menyediakan pendidikan gratis dan memberikan beasiswa bulanan kepada tiap siswa. Sekolah yang dibangun dilengkapi pula dengan asrama yang memiliki ruang makan dan ruang tidur. Bahkan, setiap siswa juga dijamin semua kebutuhan hidupnya di asrama maupun di sekolah, termasuk makan bergizi gratis.
Negara benar-benar bertanggung jawab atas kesehatan dan pendidikan rakyatnya. Berbagai fasilitas gratis diberikan hingga Islam mampu menorehkan tinta emas peradaban dunia.
Wallahu a‘lam bishshawab. [ry]
Baca juga:

0 Comments: