Gaji DPR Melangit, Ekonomi Rakyat Terimpit
Oleh. Audina Putri
(Aktivis Dakwah Muslimah)
SSCQMedia.Com — Pendapatan anggota DPR kembali menjadi sorotan. Ketika rakyat harus berjuang melawan inflasi, menghadapi subsidi terbatas yang sering kali salah sasaran, serta harga kebutuhan pokok yang semakin mengikis harapan, para wakil rakyat justru menikmati gaji dan tunjangan fantastis.
Data menyebutkan, gaji ditambah tunjangan perumahan mereka bisa mencapai sekitar Rp100 juta per bulan. Ironi kian terasa, rakyat sibuk berebut bantuan murah, sementara sebagian anggota dewan pamer gaya hidup mewah.
Sebenarnya, apa yang mereka rapatkan? Padahal suara rakyat jarang benar-benar didengarkan. Kebijakan yang diambil untuk siapa jika rakyat justru semakin menderita?
Demokrasi memang memberi ruang bagi rakyat bersuara, tetapi itu biasanya hanya saat musim pemilu. Setelahnya, suara rakyat kembali tenggelam dalam hiruk-pikuk kepentingan politik dunia.
Ahmad Nur Hidayat, pakar kebijakan publik dari UPN Veteran Jakarta, menilai kondisi ini bertolak belakang dengan realitas masyarakat. Saat rakyat menghadapi pemutusan hubungan kerja massal dan kenaikan tarif PBB, anggota dewan justru menerima tambahan fasilitas. Menurutnya, kebijakan ini menyakiti hati publik karena menunjukkan ketidakpekaan terhadap krisis ekonomi (beritasatu.com, 25/8/2025).
Fenomena ini bukan sekadar persoalan gaya hidup elite penguasa. Masalahnya jauh lebih dalam, karena bersumber dari sistem demokrasi kapitalis sekuler yang menempatkan uang dan kekuasaan di atas kepentingan rakyat. Dalam sistem ini, janji manis saat pemilu hanyalah angan-angan semu, sementara kebijakan setelah berkuasa bisa diperdagangkan layaknya jajanan pasar. Integritas terkubur, keadilan dilelang, dan jabatan dijadikan ajang perayaan, bukan amanah dan tanggung jawab.
Islam Menawarkan Solusi
Berbeda dengan kapitalisme, Islam memandang kekuasaan sebagai amanah untuk melayani umat, bukan sarana memperkaya diri. Rasulullah saw. telah mengingatkan bahwa setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Teladan nyata terlihat pada masa Khalifah Umar bin Khattab ra. Beliau menolak hidup mewah saat rakyatnya kesulitan. Umar berkeliling malam hari tanpa pencitraan, memastikan rakyat tidur dalam keadaan kenyang dan aman. Di masanya, keadilan dan kesejahteraan benar-benar dirasakan, bahkan hingga hampir tidak ada lagi penerima zakat karena semua sudah berkecukupan.
Saat ini, negeri kita sedang sakit parah. Perubahan harus dilakukan, tetapi yang dibutuhkan bukan sekadar pergantian wajah di kursi pemerintahan, melainkan pergantian sistem yang menjadi dasar pengelolaan negara. Demokrasi kapitalis sekuler telah terbukti melahirkan kesenjangan, kerakusan, dan pengkhianatan terhadap rakyat.
Islam menawarkan solusi dengan kepemimpinan yang amanah, adil, dan mengutamakan kesejahteraan rakyat. Sudah cukup rakyat dipermainkan janji-janji busuk setiap tahunnya. Saatnya membuka mata, menyaksikan segala kerusakan dan penderitaan rakyat, lalu mencampakkan sistem zalim yang hanya menguntungkan segelintir pihak.
Dengan Islam, pemimpin adalah pelayan, bukan penguasa. Rakyat adalah tuan, bukan hamba sahaya yang bisa diperas keringatnya dan diperlakukan sesukanya.
Islam sangat memanusiakan manusia, karena syariat yang berasal dari Allah Swt. akan menghadirkan kesejahteraan dan kedamaian. Bukan sekadar ucapan, melainkan kenyataan yang telah terbukti sepanjang sejarah. [MA]
Baca juga:

0 Comments: