Oleh. Hanif Eka Meiana
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Telah lama saudara-saudara kita di Palestina menanti pertolongan umat Islam sedunia dalam rangka mengusir zionis Yahudi. Lama pula penderitaan yang menimpa mereka yang menguras air mata, kesabaran, dan ketabahan. Ujian yang Allah berikan tak lantas menjadikan mereka lemah dan gentar terhadap musuh. Melainkan membentuk mereka menjadi orang-orang yang tangguh dan percaya akan janji Allah Swt.
Tak perlu adanya agama untuk membuat manusia sadar bahwa hati nurani akan tergerak saat sesamanya tertimpa masalah terlebih lagi soal kemanusiaan. Itulah fitrah yang seharusnya dimiliki oleh setiap insan. Namun, nyatanya dunia modern hari ini menumpulkan hati nurani, mengikis kesadaran otak serta mematikan kepekaan. Sungguh tidak masuk akal, bagaimana ada banyak manusia yang menutup mata dan telinganya mendengar jerit tangis saudara seiman yang sedang terjajah?
Ada yang mencukupkan diri hanya untuk bertahan hidup, berharap rida Allah, beramal untuk pribadinya namun di saat yang sama ia menolak untuk hanya sekadar peduli pada sesamanya. Inikah yang diajarkan oleh Nabi kita? Benarkah Islam hanya diposisikan untuk fokus ibadah mahdah saja tanpa mau bahu membahu menguatkan ukhuah islamiah?
Tidak saudaraku. Allah Swt. dan Nabi kita mengajarkan untuk menjadi sebaik-baik manusia. Menjadi hakikat manusia yang sebenarnya. Bahwa Islam, agama yang sempurna, telah mengatur hubungan manusia tidak hanya dengan dirinya dan Tuhannya melainkan juga dengan sesamanya. Sembilan puluh persen syariat Islam berisi aturan tentang hubungan manusia dengan sesamanya.
Allah Swt. berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. al-Hujurat: 10).
Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ لَمْ يَهْتَمَّ بِأَمْرِ الْمُسْلِمِينَ فَلَيْسَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa tidak peduli dengan urusan kaum muslimin, maka ia bukan bagian dari mereka.” (HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak [4/352], at-Thabrani, dan lainnya; sebagian ulama menilai hadis ini hasan li ghairihi).
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَحْذُلُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Ia tidak menzaliminya, tidak menelantarkannya, dan tidak merendahkannya.” (HR. Muslim [2564]).
Dari ayat Al-Qur'an dan beberapa hadis di atas kita diperintahkan untuk peduli pada saudara seiman. Jika memang benar kita beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka sudah selayaknya cinta itu dibuktikan dengan menjalankan apa yang sudah diperintahkan. Termasuk juga menolong saudara seiman.
Palestina bukanlah tanah biasa. Di sanalah berdiri Masjid Al-Aqsa, kiblat pertama umat Islam sebelum Ka‘bah. Rasulullah saw. melakukan Isra dan Mikraj, menerima perintah salat yang menjadi tiang agama. Bumi Palestina juga menjadi tanah para nabi: Ibrahim, Musa, Daud, Sulaiman, dan Isa ‘alaihimu as-salām. Allah menegaskan keberkahannya dalam firman-Nya:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya...”
(QS. al-Isra’: 1).
Dengan keistimewaan itu, membela Al-Aqsa bukan sekadar isu politik, tetapi bagian dari iman dan bukti cinta pada Islam.
Yang dibutuhkan oleh saudara kita di Palestina bukanlah makanan dan obat-obatan. Bukan normalisasi hubungan Palestina dan Israel, bukan solusi dua negara dan juga bukan dengan mengungsikan mereka negeri-negeri muslim. Sesungguhnya yang paling dibutuhkan adalah persatuan umat Islam sedunia untuk membungkam Barat, mengusir Israel dari bumi Palestina serta menerapkan Islam dalam kehidupan.
Dibutuhkan kesadaran kita bersama untuk mewujudkan hal tersebut. Menyadarkan pemimpin negeri-negeri muslim untuk segera mengirimkan bantuan militernya. Tak mau lagi didikte Barat atau antek asing. Memutuskan hubungan dengan mereka yang pro-zionis serta mewujudkan kepemimpinan tunggal umat Islam sedunia.
Akankah hal itu terwujud? Ya, bila kita mau mengusahakannya. Jika mereka rela berjuang demi diri dan keluarga hingga meraih syahid di sisi Allah, mengapa kita tidak menginginkan hal yang sama? Bukankah syahid adalah kematian paling mulia?
Maka, bukan saatnya kita bersantai dan sibuk memikirkan diri sendiri tetapi hal ini adalah kewajiban kita bersama untuk segera menyelamatkan saudara muslim di Palestina. Masing-masing dari kita akan ditanya kelak, apa yang telah engkau lakukan untuk saudaramu? Jika di dunia kita ditanya, di manakah mereka yang mengaku umat Muhammad?, maka kelak kita juga akan dituntut oleh mereka atas perbuatan kita yang acuh tak acuh pada penderitaan mereka.
Renungkanlah! Dunia hanya sementara, akhiratlah yang abadi. Hidup untuk menggapai rida Allah Swt., tidak ada yang lain. Dunia tempat kita menanam, akhirat tempat memperoleh hasil. Jangan sampai kita menjadi ‘setan bisu’, atau seperti binatang ternak yang buta, tuli, dan bisu terhadap kebenaran. Mengaku mencinta tapi tak mau membuktikan. Berjanji menjadi hamba yang taat namun hanya peduli ada kesalehan dirinya sendiri.
Jangan mau hanya menjadi manusia biasa tapi jadilah manusia sejati, manusia yang sebenar-benarnya manusia. Menjadi manusia yang membawa dan mengukir peradaban. Menjadi yang terdepan dalam membela kebenaran, menjadi yang terdepan dalam menolong sesamanya. Menjadi yang pertama untuk tunduk dan taat pada aturan-Nya serta menjalankan seluruh syariat-Nya. Maka, dengan itulah janjinya pada Rabbnya serta Nabinya dapat terpenuhi. Janji yang akan menyelamatkannya di yaumulakhir nanti.
Oleh karenanya, jangan putus untuk berdoa, jangan lemah oleh dunia. Pelajari Islam mendalam, pelajari sejarahnya. Boikot produk-produk terafiliasi dengan zionis, dan yang lebih utama ialah dakwah kepada Islam kafah. Menyadarkan umat akan pentingnya ukhuah islamiah, pentingnya adanya Khilafah yang akan mempersatukan. Kehadiran Khilafahlah yang akan menumpas habis zionis laknatullah.
Meski jalan perjuangan tampak berat, kita yakin janji Allah adalah pasti. Rasulullah saw. bersabda:
“Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang tegak di atas kebenaran, tidak akan membahayakan mereka orang yang menelantarkan mereka dan orang yang menyelisihi mereka, hingga datang ketetapan Allah dan mereka tetap demikian.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Maka, kita tidak boleh putus asa. Pertolongan Allah pasti datang, asalkan kita bersungguh-sungguh memperjuangkan agama-Nya. Persatuan umat Islam di bawah satu kepemimpinan hanyalah masalah waktu. Saat itu tiba, insyaallah Al-Aqsa akan kembali bebas, dan kaum muslimin muslimin akan menyambut kemenangan yang dijanjikan.
Wallahualam bissawab. [An]
Baca juga:

0 Comments: