Headlines
Loading...
Air Mata dan Doa untuk Rasulullah dan Palestina

Air Mata dan Doa untuk Rasulullah dan Palestina


Oleh. Maya Rohmah 
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Selawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kami, Nabi Muhammad saw., suri teladan sepanjang masa, penyejuk hati para mukmin, dan cahaya penuntun di dunia hingga akhirat.

Ya Rasulullah yang tercinta,
Izinkan hamba menulis surat ini dari hati yang penuh rindu dan harap. Rindu kepada dirimu, penutup para nabi, kekasih Allah yang telah menuntun umat ini dari gelap menuju cahaya. Harap agar kelak Allah berkenan mempertemukan hamba yang hina ini bersamamu, bersama keluargamu, para sahabatmu, juga bersama saudara-saudara kami yang berjuang di Palestina, di dalam surga-Nya yang luas.

Ya Rasulullah,
Aku menulis sebagai seorang ibu dengan dua putra dan dua putri. Mereka adalah amanah Allah yang kupelihara dengan penuh doa dan kasih. Ketika aku mendengar kabar tentang para ibu di Palestina yang harus menyaksikan putra-putri mereka gugur sebagai syuhada, hatiku tergetar hebat. Aku membayangkan, bagaimana jika aku berada di posisi mereka? Bagaimana jika aku yang harus merelakan tubuh mungil anak-anakku terbujur kaku di pangkuanku karena bom dan peluru?

Namun, justru dari sanalah aku belajar tentang arti ketangguhan. Para ibu di Palestina mengajarkanku apa makna sabar yang sesungguhnya. Mereka meneteskan air mata, tapi tidak dengan putus asa. Mereka kehilangan anak-anak mereka, tapi dengan keyakinan bahwa syahid adalah karunia yang dijanjikan Allah. Sebagaimana firman-Nya:

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 169)

Ya Rasulullah,
Di hadapan kisah perjuangan para ibu Palestina, aku merasa kecil. Namun sebagai seorang ibu, aku ingin meneladani mereka. Aku ingin mendidik kedua putra dan dua putriku agar tumbuh dengan jiwa yang tegar, hati yang mencintai agamanya, dan tekad untuk berjuang membela kebenaran. Aku ingin mereka mencintaimu sebagaimana para sahabatmu mencintaimu, mencintai Islam sebagaimana engkau ajarkan, serta mencintai kaum muslimin sebagaimana engkau cintai umatmu.

Aku tahu, cinta kepada Rasulullah bukan hanya dengan lisan, bukan pula dengan sekadar perayaan. Cinta kepada Rasulullah adalah dengan ketaatan. Cinta kepada Rasulullah adalah dengan perjuangan untuk menegakkan kembali syariat Allah di muka bumi. Cinta kepada Rasulullah adalah dengan membela saudara-saudara kami di Palestina, walau dengan keterbatasan.

Ya Rasulullah,
Hari ini, umatmu di Palestina ditindas dengan kezaliman yang luar biasa. Tanah mereka dirampas, rumah mereka dihancurkan, darah mereka ditumpahkan, dan anak-anak mereka dibunuh tanpa rasa iba. Dunia seakan tuli, mata para penguasa muslim seakan buta. Hanya jeritan yang terdengar, hanya doa yang terpanjat, hanya air mata yang mengalir.

Namun aku yakin, perjuangan mereka tidak sia-sia. Karena engkau pernah bersabda:

Perumpamaan kaum mukminin dalam hal saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi adalah seperti satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh turut merasakan sakit dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka setiap dentuman bom di Gaza, aku rasakan di dalam dadaku. Setiap jeritan anak-anak Palestina, aku dengar di telinga anak-anakku. Setiap darah yang tertumpah di tanah Al-Aqsha, aku saksikan seakan darah itu juga mengalir dari tubuhku sendiri.

Ya Rasulullah,
Sebagai seorang ibu dan pengemban dakwah, aku bertekad untuk tidak diam. Aku mungkin tidak bisa mengangkat senjata di medan jihad, tapi aku bisa mengangkat suara, aku bisa menggerakkan pena, aku bisa mendidik generasi, aku bisa menanamkan keberanian kepada putra-putriku, aku bisa membangkitkan kesadaran umat. Karena aku yakin, engkau tidak hanya mengajarkan kami untuk mencintaimu dengan air mata, tapi juga dengan perjuangan menegakkan kebenaran.

Aku ingin anak-anakku kelak tidak hanya bangga menjadi anak dari seorang ibu, tetapi bangga menjadi pejuang Islam yang siap membela agamanya. Aku ingin kedua putraku tumbuh menjadi lelaki yang gagah seperti Usamah bin Zaid, yang di usia belia sudah memimpin pasukan. Aku ingin kedua putriku meneladani Asma’ binti Abu Bakar, yang penuh keberanian dan pengorbanan. Aku ingin mereka semua tumbuh dengan kesadaran bahwa hidup ini hanya berarti jika dipakai untuk memperjuangkan Islam.

Ya Rasulullah,
Pada momentum maulidmu tahun ini, 12 Rabiulawal 1447 H, aku menulis surat ini dengan linangan air mata. Seolah aku sedang bercakap langsung denganmu. Aku ingin engkau tahu bahwa kami tidak akan menyerah. Bahwa meski dunia berusaha memadamkan cahaya Islam, kami akan tetap menjaga cahaya itu tetap menyala. Bahwa meski penguasa muslim diam, kami para ibu akan mendidik generasi yang kelak mengguncang dunia dengan kebangkitan Islam.

Aku yakin, janji Allah adalah pasti. Sebagaimana firman-Nya:

Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik membencinya.” (QS. At-Taubah [9]: 33)

Bahwa kelak Islam akan kembali tegak dengan kekuatan penuh. Bahwa bumi Palestina akan terbebas, dan Al-Aqsha kembali berada di tangan kaum muslimin. Aku ingin menjadi bagian dari barisan itu, meski hanya dengan peran kecilku sebagai seorang ibu.

Ya Rasulullah,
Doakan aku, doakan keluargaku, doakan seluruh kaum muslimin. Agar kami tetap istiqamah di jalan dakwah. Agar kami tidak goyah dengan godaan dunia. Agar kami bisa menjadi bagian dari perjuangan besar ini, meski hanya dengan tetesan doa dan langkah kecil.

Ya Rasulullah,
Andai kelak aku tidak sempat menyaksikan kemenangan itu di dunia, semoga Allah mempertemukanku bersamamu di surga-Nya. Bersama keluarga, bersama anak-anakku, bersama para mujahid Palestina, bersama syuhada yang telah mendahului kami.

Dengan penuh cinta, rindu, dan doa. Salamku untukmu dari hamba Allah yang lemah. Seorang ibu dengan dua putra dan dua putri yang bertekad mengikuti jejakmu.

Pamekasan, 10 September 2025

Baca juga:

0 Comments: