Headlines
Loading...
Kelaparan di Gaza: Bukti Dunia Tanpa Pelindung Umat

Kelaparan di Gaza: Bukti Dunia Tanpa Pelindung Umat


Oleh. Novi Ummu Mafa 
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Kebiadaban rezim Zionis Yahudi terhadap rakyat Palestina di Gaza kian mencapai titik nadir kemanusiaan. Kekejaman mereka bukan lagi sekadar invasi militer, tetapi berubah rupa menjadi genosida gaya baru, yakni kelaparan sistematis. 

Sejak gencatan senjata enam pekan yang gagal diperpanjang dan blokade penuh diberlakukan pada 2 Maret 2025, Gaza yang dihuni dua juta jiwa dijadikan penjara terbuka yang perlahan melumpuhkan kehidupan. Truk-truk bantuan hanya diperbolehkan masuk dalam jumlah yang nyaris simbolis, cukup untuk sekadar mempertahankan denyut kehidupan tanpa daya. Akibatnya, ribuan anak meninggal dunia karena kelaparan, saat dunia menyaksikan dengan mata terbuka, tetapi tangan terikat oleh kepentingan.

Amichai Eliyahu, Menteri Warisan Israel, tanpa rasa malu menyatakan secara terbuka bahwa ia tak peduli pada bencana kelaparan yang melanda Gaza. Ia menegaskan hasrat rezimnya untuk menjadikan Gaza sepenuhnya milik Yahudi (Republika.co.id, 26 Juli 2025). Pernyataan kontroversial ini tentu saja memicu kecaman dunia internasional.

Di tengah retorika dingin itu, kenyataan tragis terjadi. Ribuan anak Gaza meninggal dunia akibat kekurangan gizi. Fenomena ini digambarkan sebagai "tsunami kelaparan" oleh media internasional. Tingginya angka kematian anak ini menunjukkan bahwa blokade dan kebijakan tidak berperikemanusiaan Israel semakin memperparah krisis pangan di sana (CnbcIndonesia.com, 23 Juli 2025).

 Hal ini tentu saja mencabik-cabik nurani siapa pun yang masih memiliki hati.
Tragisnya, dunia internasional hanya bisa menyesali dan mencela tanpa daya. Retorika dan resolusi PBB terbukti mandul, dibungkam veto Amerika Serikat yang terus melindungi penjajah. Di saat darah kaum Muslim ditumpahkan dan perut anak-anak mereka dikosongkan, para pemimpin negeri-negeri Muslim tetap saja bungkam. Mereka mati rasa dan abai terhadap seruan Allah dan Rasul-Nya untuk membela saudara seiman. Krisis Gaza hari ini bukan sekadar tragedi kemanusiaan, melainkan lonceng kematian bagi nurani umat yang belum juga bangkit dari keterpurukan politik dan ideologis.

Umat dalam Cengkeraman Propaganda

Di tengah tragedi kemanusiaan Gaza, tak sedikit dari umat Islam justru terjebak dalam narasi kelemahan yang digaungkan oleh propaganda Barat. Umat dibuat merasa tak berdaya, seolah tak memiliki kekuatan untuk melawan penjajahan dan penindasan. Narasi ini sengaja dipelihara oleh para penguasa Muslim yang berkhianat karena mereka lebih takut pada kekuatan Barat daripada pada seruan Allah Swt. dan Rasul-Nya. Maka, jangan heran jika umat Islam hari ini kehilangan orientasi perjuangan, para ulama dibungkam, tentara dipasung, dan rakyat dipaksa percaya bahwa perlawanan adalah sia-sia.

Padahal, semua ini hanyalah ilusi. Propaganda kelemahan itu ditanamkan agar umat terus bergantung pada solusi semu dari dunia internasional, bukan kepada kekuatan sejatinya. Padahal, kekuatan itu nyata dan besar, yakni akidah Islam yang kokoh. Akidah yang menyatukan hati dan langkah lebih dari satu miliar kaum muslim di seluruh dunia. Akidah yang jika diwujudkan dalam institusi negara, akan melahirkan kembali kekuatan adidaya sebagaimana sejarah panjang Khilafah Islamiah telah membuktikannya.

Hari ini umat Islam tidak kekurangan jumlah, tidak kekurangan sumber daya, dan tidak kekurangan potensi. Yang hilang hanyalah satu, yakni kesadaran politik untuk kembali menjadikan Islam sebagai ideologi yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Kesadaran bahwa Islam bukan hanya agama ritual, tetapi sistem kehidupan yang mampu mengakhiri kezaliman, membela yang tertindas, dan mengembalikan kemuliaan umat.

Kebangkitan Umat, Jalan Menuju Solusi Hakiki Palestina

Tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung di Gaza harus menjadi momentum kebangkitan umat, bukan sekadar bahan ratapan dan empati kosong. Fakta demi fakta kejahatan Zionis, mulai dari pembantaian fisik hingga genosida melalui kelaparan, semakin menyingkap kebusukan tatanan dunia sekuler kapitalistik yang melindungi penjajah dan menelantarkan korban. Oleh karena itu, umat Islam harus disadarkan bahwa solusi hakiki bagi Palestina bukan terletak pada diplomasi semu atau bantuan kemanusiaan simbolis, melainkan pada jihad dan tegaknya Khilafah Islamiah sebagai institusi pelindung dan pelaksana syariat kafah.

Allah SWT telah memperingatkan:
"Dan mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah di antara laki-laki, wanita-wanita dan anak-anak yang berdoa: 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi-Mu dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.'"
(QS An-Nisa: 75)

Kesadaran ini tidak akan tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus terus ditanam dan disemai dalam benak umat melalui dakwah yang ideologis. Jemaah dakwah yang memegang teguh manhaj Rasulullah saw. harus berada di garis depan perjuangan ini, memimpin umat agar kembali pada kemuliaannya. Kemenangan tidak akan datang melalui jalan kompromistis yang justru memperpanjang penderitaan kaum Muslim.
Rasulullah saw. bersabda:
"Sesungguhnya Imam (Khalifah) adalah perisai; orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya."
(HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan dengan tegas bahwa perlindungan hakiki umat hanya bisa terwujud dalam keberadaan seorang Khalifah yang memimpin dan membela mereka.

Kebangkitan pemikiran umat mutlak diwujudkan agar setiap Muslim tergerak untuk berjuang menegakkan Islam secara totalitas. Tarikah dakwah Rasulullah saw. yang menekankan perubahan pemikiran, perasaan, dan sistem yang berasal dari Ilahiah (Al-Qur'an dan As-Sunah) harus menjadi rujukan utama. Sehingga para pengemban dakwah mesti melatih dirinya untuk mahir berinteraksi dengan umat, menyentuh hati mereka, membangunkan cara berpikir dan bersikap sesuai syariat, dan menguatkan keyakinan mereka akan janji Allah dan pertolongan-Nya.
"Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkan kamu..."
(QS Ali Imran: 160)

Di saat yang sama, kedekatan spiritual kepada Allah pun harus senantiasa dijaga. Hanya mereka yang melayakkan diri sebagai hamba Allah sejati, yang ikhlas dan istikamah di jalan dakwah, yang akan layak menjadi penjemput pertolongan Allah. Karena kemenangan bukan hasil dari kekuatan materi, tetapi dari keimanan yang tak tergoyahkan dan perjuangan yang mengikuti jalan kenabian. Dan inilah saatnya umat Islam bangkit, bersatu, dan kembali menegakkan Khilafah yang akan membebaskan Palestina dan seluruh umat manusia dari penjajahan dan kezaliman. [My]

Baca juga:

0 Comments: