Headlines
Loading...

Oleh. Neni Arini
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Ramadan baru saja meninggalkan kita semua. Tak ada lagi ramainya orang bertarawih, tak ada lagi suara tadarusan, tak ada lagi buka puasa bersama keluarga, teman, dan lainnya, serta tak ada lagi itikaf di sepuluh hari terakhir Ramadan.

Suasana inilah yang membuat berat hati ketika harus berpisah dengannya di antara keistimewaan Ramadan lainnya. Ruh ibadah yang sangat kental terasa di bulan Ramadan. Bahkan orang tidak perlu disuruh untuk melaksanakan salat, tilawah, dan amalan lainnya. Semua tergerak untuk beribadah maksimal di hadapan Allah Swt.. 

Semua berlomba dalam kebaikan. Berbagi takjil, sedekah subuh, bahkan jumlahnya pun bisa lebih dari biasanya. Masyaallah begitu istimewanya Ramadan, sehingga orang berebut untuk memberikan cintanya padamu. 

Bulan mulia, bulan penuh berkah, bulan dilipatgandakannya semua amalan. Bahkan menjadi bulan pengampunan. Masyaallah betapa banyak keistimewaan yang engkau miliki, Ramadan. Hingga semua berharap selalu ingin bersamamu. Semua tak menginginkan engkau pergi.

Tetapi perpisahan itu haruslah terjadi. Walau engkau berjanji akan datang kembali di tahun berikutnya. Tapi tidak semua orang bisa bertemu denganmu. Semoga aku menjadi hamba yang dipilih Allah untuk berjumpa denganmu di tahun mendatang dalam keadaan sehat walafiat, tidak kurang suatu apa pun sehingga aku bisa beribadah penuh kekhusyukan untukmu.

Terima kasih, Ramadan, engkau telah mengajarkanku istikamah tilawah di setiap harinya. Terima kasih engkau telah mengajarkanku bangun di tengah malam untuk mengetuk pintu langit dengan sujud dan doaku. Terima kasih engkau telah mengajarkanku sabar dalam menerima ujian sakit yang Allah berikan. Terima kasih engkau telah mengajarkanku berbagi, semakin menyadarkanku akan hakikat kehidupan.

Sesungguhnya ujianku tak sebanding dengan saudara kami di Palestina. Aku di sini masih bisa makan enak dengan suasana yang tenang, tetapi mereka di sana harus menahan rasa lapar bahkan lebih panjang waktunya karena pasokan makanan yang sulit masuk ke jalur Gaza. Belum lagi mereka harus menjalankan puasa di antara dentuman bom yang kapan saja bisa datang. Ya Allah, semua ini menambah rasa syukur diri. Menjadi malu di saat diri masih banyak mengeluh, masih belum maksimal menjalankan peranku sebagai seorang anak, seorang istri, seorang ibu, dan seorang hamilud dakwah.

Sakit yang Allah berikan di bulan Ramadan mungkin juga Allah ingin aku bisa lebih banyak bersyukur atas hidup yang aku miliki, dan bisa lebih baik untuk menjalankan peran yang aku miliki. Ampuni segala dosa dan khilaf hamba, ya Rab. Sungguh, ketika kaki ini tidak bisa dipakai untuk berjalan, aku bisa mengambil pelajaran berharga akan hikmah hidup. Sehatkan kembali, ya Rab, izinkan diri untuk bisa memperbaiki semuanya. Bimbinglah hamba untuk selalu berada di jalan-Mu.

Allah berfirman dalam surat Al-Fatihah ayat 6:
"Ihdinâ ash-shirâthal mustaqîm,"

Ayat ini menekankan pentingnya meminta hidayah atau petunjuk dari Allah Swt. dalam menjalani kehidupan. Hidayah ini bukan hanya sekadar pengetahuan, tetapi juga kemampuan untuk mengamalkan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 

Jalan yang lurus, tidak hanya merujuk pada jalan fisik, tetapi juga pada jalan hidup yang benar, yaitu jalan yang sesuai dengan ajaran agama, akhlak yang baik, dan norma-norma yang berlaku. 

Karena ketika kita mendapatkan hidayah, ditunjukkan dengan dilapangkan dadanya untuk berbuat baik dan senantiasa berusaha untuk mengikuti jalan yang lurus. Hidayah juga bisa berupa kemampuan untuk membedakan antara kebenaran dan kebatilan, antara yang baik dan yang buruk.

Semoga hamba senantiasa menjadi orang-orang yang diberikan hidayah oleh Allah dan diberikan kemampuan untuk menjalankan semua perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.

Dan kini kita sudah berada di bulan Syawal, harapannya ibadah yang sudah terlatih di Ramadan kemarin, tetap istikamah aku jalankan. Apalagi setelah kita merayakan hari raya Idulfitri, semoga menjadi kelanjutan tonggak estafet dalam beribadah yang terus lebih baik lagi dengan dimulainya berpuasa Syawal.

Jangan sampai kepergian Ramadan membuat pergi juga ibadah kita. Na'udzubillah. Justru kepergian Ramadan menjadikan kita pribadi-pribadi yang senantiasa taat akan syariat-Nya. Taat tanpa tapi dan tanpa nanti.

Bergabungnya diri ini di SSCQ juga merupakan ikhtiar diri dalam rangka taat pada-Nya. Karena dengan berada di sebuah komunitas, kita memiliki pengingat diri ketika sedang futur, menjadi motivasi ketika ada sahabat yang bisa melesat jauh. Dan alhamdulillah dengan bergabung di SSCQ khatam Al-Qur'an menjadi sebuah aktifitas yang bisa diistikamahi. Belum lagi bisa belajar akan ilmu-lainnya. Terima kasih, SSCQ. Bersamamu aku terus bertumbuh.

Ramadan telah beranjak pergi
Tersisa jejak sujud dan doa
Semoga hati ini tetap suci
Menjaga diri terus bertakwa

Ya Allah, kuatkan langkahku
Agar kebaikan tak hanya sesaat
Jadikan Ramadan kemarin sebagai cahayaku
Yang selalu menerangi sepanjang hayat

Ramadan telah meninggalkanku
Doa-doa terus terucap lirih dari bibir ini
Semoga hati tetap dalam kebaikan islami
Ya Allah, terimalah amalku dan ampunilah dosa-dosaku. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: