Headlines
Loading...

Oleh. Neni Arini
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.ComBerpuasalah kamu karena melihat hilal (bulan sabit) dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal) 30 hari (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Hilal sudah terlihat kemarin malam.
Otoritas Saudi sudah mengumumkan 1 Syawal 1446 H bertepatan hari ini, Ahad 30 Maret 2025 M.

Selamat Idulfitri, Ibu-ibu salihah.
Semoga Allah menerima seluruh ibadah kita di bulan Ramadan dan mengampuni seluruh dosa dan khilaf kita.

Taqobbalallahu minna wa minkum 
Taqobbal, ya karim
Shiyamana wa shiyamakum 
Kullu amri fi khoir, aamiin.
Mohon maaf lahir batin.

Itu pesan masuk di WhatsApp-ku pada tanggal 30 Maret 2025 pada pukul 02.17 WIB dari sang guru. Beliau menginformasikan bahwa kita telah memasuki bulan Syawal.
Masyaallah waktu begitu cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemarin menunaikan Ramadan. Kini telah sampai di bulan Syawal, pertanda hari kemenangan telah tiba.

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. 
La ilaha illallahu wallahu akbar. 
Allahu akbar wa lillahil hamdu.

Gema takbir berkumandang. Seluruh umat muslim di dunia gembira menyambutnya.  Begitupun dengan keberadaan diri, ucap syukur tak henti-hentinya  dari bibirku. Bergetar dada ini tatkala suara gema takbir terdengar membahana.

Ya Allah, terima kasih atas segala nikmat ini. Engkau pertemukan kami dengan Ramadan. Engkau izinkan kami bersujud di bulan mulia ini. Memohon ampunan atas segala salah dan khilaf. Semoga hadirnya lebaran Idulfitri menjadikan kami jiwa-jiwa yang bersih, putih, taat akan semua yang Engkau perintahkan.

Tak perlu lama untuk menyampaikan kabar ini kepada tim kursusku. Sambil kubangunkan suami bahwa hari kemenangan telah tiba. Mencari informasi salat Id pagi ini berada di mana. Maklum, karena kebetulan perayaan Idulfitri kali ini harus ada perbedaan kembali. Jadi harus lebih sigap dalam mencari tempat salat Id. Tetapi tak perlu menunggu lama, informasi itu segera aku dapatkan. Melihat alamat sambil melihat di Google map kira-kira membutuhkan berapa lama untuk berangkat ke sana.

Kubangunkan anak-anak untuk salat malam. Mereka sempat bertanya, "Kok tidak sahur, Ibu?" 

Aku pun cukup menjawab, "Hilal sudah terlihat, Nak." 
Alhamdulillah mereka sudah mengerti akan jawabanku.

Selepas Subuh segala persiapan menuju tempat salat sudah aku persiapkan. Mulai dari sajadah, dan baju yang akan dikenakan. Sekitar pukul 05.30 WIB berangkatlah suami dan anak-anak menuju tempat salat. Sementara aku melakukannya sendiri di rumah. 

Ya Allah kucoba untuk menata hati, tapi rasanya air mata tak sanggup untuk membendungnya. Ramadan dan Idulfitri kali ini Allah sedang memberikan ujian cinta untukku. Aku terjatuh sepulang salat Tarawih dari musala, sehingga mengakibatkan diriku selama Ramadan tidak bisa beraktivitas keluar rumah. 

Hari-hari yang biasanya sibuk dengan berbagai agenda, kini hanya bisa terpaku di rumah, berpindah antara kamar tidur dan ruang tamu. Kaki terkilir, ada posisi yang tidak pas, sehingga membuatku tidak bisa berjalan normal, tetapi harus menggunakan alat bantu. 

Ya Allah, sedih rasanya tapi harus menerima takdir hidup yang Allah beri. Tetapi aku yakin, pasti akan ada hikmah hidup yang kudapatkan. Semua yang terjadi atas seizin-Nya. Kita sebagai hambanya hanya bisa menerima takdir ini dengan ikhlas dan berikhtiar mencari solusi dari segala ujian ini.

Diriku terpaku dalam diamku. Kubersujud dalam kesendirianku, memohon ampunan pada-Nya. Bersyukur atas segala nikmat yang telah diberi. 

Ya Allah, sakit ini memberikanku pelajaran yang sangat berharga. Bahwa raga ini bila Engkau ambil sedikit saja nikmatnya, semakin menunjukkan bahwa aku hanyalah mahluk yang berbatas, tak berdaya, dan terasa semakin kecil. Maafkan hamba atas segala kekeliruan yang telah diperbuat. Mungkin selama ini masih banyak keluh kesah ketika menjalankannya. Dan saat ini ketika peran itu Engkau ambil sedikit saja dari hidupku, betapa tersiksanya diri ini, ya Allah. Hamba merasa tidak berguna, merasa bersalah karena tidak bisa menjalankan peran itu selama Ramadan kemarin. Suami dan anak yang selama ini harusnya hamba riayah, justru sebaliknya merawat hamba. Maafkan hambamu ini, ya Rabb. Ampuni atas segala kesalahan hamba.

Pintu rumahku pun diketuk, ada suara memanggil, "Assalamualaikum, Ibu!" Suara suami dan anak-anak telah kembali pulang dari salat Ied.

Tradisi lebaran pun kami lakukan. Kami bermaaf-maafan berempat. Tapi mungkin kali ini aku yang lebih terbawa pada perasaanku. Tak henti-hentinya ucapan terima kasih. Aku ucapkan karena mereka telah mengurusku dengan baik, sabar, dan telaten. 

"Terima kasih, suamiku, yang meluangkan banyak waktu untuk mengurusku. Terima kasih, Kakak, atas waktunya dalam merawat dan menjadi pengganti ibu sebagai tim kebersihan. Terima kasih, Mbak Ais, yang sudah merawat dan meluangkan waktunya untuk menjadi chef andalan di rumah. Terima kasih atas semua cinta yang diberi, salihah terus ya, Nak."

Setelah selesai bermaaf-maafan di rumah, kami langsung meluncur ke rumah Mamah. Ini adalah rutinitas wajib untuk berkumpul di sana selepas salat Id. Selain itu, ini adalah momen menikmati hidangan istimewa Ramadan.

Baru saja aku memasuki pintu rumah Mamah, Mamah sudah menyambutku dengan tangisannya. Mamah sedih karena di saat hari lebaran ini harus melihat kondisiku yang sedang tidak sehat. Kupeluk tubuh Mamah yang sudah lama membersamai kami. 

Terima kasih, ya Rabb, aku masih bisa memeluknya di antara tubuhnya yang mulai ringkih. 

"Maaf lahir batin, Mamah, maafkan Neni yang selama ini mungkin belum bisa menjadi anak yang diinginkan, belum bisa buat Mamah bahagia. Tapi satu yang pasti cinta dan sayang ini akan selalu menemani Mamah hingga kapan pun. Mamah yang sehat yah, kumpul bersama anak cucu, kita berdua akan melakukan apa saja untuk kebahagiaan Mamah."

 Tangisannya makin terisak dalam pelukanku. Kupeluk adek semata wayangku, yang selama ini selalu menemani diriku dalam keadaan apa pun. Mau aku sakit, mau aku senang adekku selalu hadir di setiap saat dalam kehidupanku. Terima kasih bunda adekku sayang, maafkan kalau selama ini belum menjadi kakak yang sempurna, tapi raga dan jiwa ini akan selalu ada untuk adekku tercinta. Terima kasih atas semua kasih sayang yang di beri. I love you full. Teteh Bila, mbak Alika ponakanku yang saliha, terimakasih sudah menjadi ponakan yang luar biasa, tetap kompak bersama Mas Rama dan Mbak Ais yah, maafkan kesalahan ibu. Adek iparku yang baik hati, terimakasih untuk semua kebaikannya, maafkan kakaknya kalau merepotkan. Sehat-sehat selalu di sana ya, semoga Allah segera mengizinkan untuk bisa berkumpul kembali. Tetap semangat yah ayah Babam.

Duh suasana lebaran memang membuat air mata ini sulit untuk dibendung. Air mata kebahagiaan, air mata kemenangan. 

Setelah bermaaf-maafan tibalah waktunya kita menyantap masakan hidangan khas lebaran. Opor ayam dan rendang ala Mamah. Hmm ..., makanan yang selalu dirindukan. Tetapi ketika mau masuk ke tempat hidangan, diriku sempat terharu melihat tempat kusus yang telah dipersiapkan Mamah, adekku serta lainnya agar aku bisa duduk dengan nyaman. Kasur empuk beserta bantal dan atributnya sudah dipersiapkan agar aku bisa duduk dengan enak. Ya Allah, beruntungnya diri memiiliki keluarga kecilku, sampai hal yang terkecil pun disiapkan dengan sangat detail. Terharu aku.

Setelah santapan lebaran selesai kita incipi. Mulailah menelpon untuk bersilaturahmi kepada Ayah tercinta dan keluarga besar lainnya. Semoga Allah mengampuni dosa dan khilaf kita semua. Amin.

Tanpa terasa ramadan telah pergi meninggalkan kita semua. Tapi yang pasti Ramadan akan kembali datang. Semoga kita semua diizinkan kembali oleh Allah untuk bertemu Ramadan tahun depan dalan kondisi sehat walafiat, tidak kurang suatu apa pun. 

Wahai Ramadan, walau sedih harus melihatmu pergi meninggalkanku, kenangan bersamamu akan kujadikan pembelajaran. Terima kasih telah memberikan pelajaran menahan diri dari  lapar dan haus, mengajarkan arti sebuah sabar dan menahan hawa nafsu. Terima kasih atas khusyunya ibadah yang engkau ajarkan. Bisa khatam tilawah, terbangun di setiap malam untuk bersujud dihadapan Allah ya Rabbi.

Wahai Ramadan ...
Bimbing langkah di sisa waktuku,  
Agar tak hilang jejak restumu.  
Ya Allah, terimalah sujud dan niat hamba untuk dapat menjadi lebih baik.
Mencintai-Mu dengan sesungguhnya.

Taqabbalallahu minna wa minkum 
Taqabbal ya Karim
Shiyamana wa shiyamakum 
Kullu amri fi khair. Amin. 

Mohon maaf lahir dan batin. [Hz]

Baca juga:

0 Comments: