Headlines
Loading...
Kenaikan Tarif Impor, Bagaimana Islam Memberikan Solusi?

Kenaikan Tarif Impor, Bagaimana Islam Memberikan Solusi?

Oleh. Putri Uranus
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com—Donald Trump pada tanggal 2 April mengumumkan tarif impor baru, pemberlakuan tarif impor ini membuat negara lain turut cenat-cenut. Kebijakan ini diambil guna untuk memperbaiki kondisi ekonomi Amerika, disebut oleh Trump sebagai new golden era. 

Tidak ada satu pun negara yang bebas dari kenaikan tarif Impor, termasuk rivalnya yaitu China, perang dagang China vs Amerika sebenarnya tidak terjadi saat ini saja namun telah terjadi lama. Ekonomi China yang menguat dan hampir menguasai perekonomian dunia tidak takut dengan ancaman kenaikan impor dari Amerika bahkan China menyerang balik Amerika. Dan bisa kita tebak, Amerika semakin meradang dan brutal menaikan lagi tarifnya menjadi 245 persen.

Kenaikan ini tidak membuat Xi Jinping, Presiden China, "memohon" untuk diturunkan. Namun China malah mengeluarkan kartu AS-nya yaitu memboikot pesawat jet perusahaan AS, Boeing. Selain itu, memutus rantai pasokan logam tanah jarang, logam ini sangat langka dan bernilai strategi tinggi. Bukan China namanya jika tidak membalas dengan balasan yang lebih sadis.

Sayangnya sikap China ini tidak diikuti oleh negara lain. Seperti yang ramai diberitakan di media, Trump melakukan pidato yang isinya menyatakan bahwa, negara lain sibuk melakukan negoisasi dengannya, bahkan Trump menyebutkan "mereka mencium p*ntat saya".

Bisa kita lihat bahwa kenaikan tarif ini bukan semata-mata hanya untuk ekonomi namun sebagai bentuk penegasan secara politik luar negeri bahwa Amerika negara yang kuat, berideologi, yang tidak ada yang berani mengusik kepentingannya.

Dampak Ekonomi Indonesia Setelah Tarif Impor Naik

Sangat menarik melihat kondisi ekonomi nasional hingga dunia, dan tentu kedua saling keterkaitan. Lesunya ekonomi dunia sangat berpengaruh pada ekonomi nasional dan sebaliknya. Banyak produk Indonesia yang diekspor ke Amerika tentu akan terkena tarif impor yang baru. Kenaikan tarif impor akan membuat produk Indonesia menjadi mahal di pasar Amerika dan itu akan berakibat menurunnya permintaan. Menurunnya permintaan akan membuat turunnya jumlah produksi dan itu akan berpengaruh pada operasional perusahaan yang ada di Indonesia. Perusahaan akan mengurangi produksi, sudah tentu akan mengurangi bahan baku dan tenaga kerja, maka gelombang PHK akan makin mengerikan.

Gelombang PHK ini akan menjadi bumerang bagi perekonomian, daya beli masyarakat sebelum ada kenaikan tarif sudah turun maka akan semakin turun. Masyarakat cenderung menahan konsumsinya dan mengalihkan uangnya untuk kebutuhan yang lebih urgen.

Kelas menengah terjungkal menjadi miskin, sedangkan rakyat miskin semakin terperosok dalam kubangan kemiskinan. Pinjol dan judol akan semakin merajalela, kasus perceraian, kriminalitas akan semakin tinggi. Kemiskinan sistemik ini akan terus berlangsung, ketika hanya disolusi dengan bansos yang sangat jelas tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi malah akan menjadi alat kepentingan penguasa di kemudian hari. 


Pemerintah sibuk menetapkan garis kemiskinan dengan aturan pengeluaran per hari di atas Rp21.000 dianggap tidak miskin. Penetapan garis kemiskinan bertentangan dengan Bank Dunia yang menetapkan kemiskinan ekstrem sebesar US$ 2,15 per orang per hari (tanggal 17 April kurs mencapai Rp16.836 per dolar Amerika).

Indonesia Negara Kaya

Indonesia oleh Allah diciptakan memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Secara logika yang membutuhkan SDA Indonesia adalah negara lain, seharusnya Indonesia bisa menggunakannya di percaturan politik. Namun, sayangnya SDA yang melimpah ruah dikuasai oleh negara-negara kapitalis-imperialis. Maka, pendapatan terbesar negara berasal dari pajak bukan Migas. Akibatnya dalam kasus perang tarif sulit untuk tidak menjadi korban.

Islam Membuat Negara Kuat dan Independen

Di dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa, "Sekali-kali Allah tidak akan memberikan jalan kepada kaum kafir untuk menguasai kaum Mukmin" (TQS an-Nisa’ [4]: 141).

Ayat di atas menegaskan bahwa sebagai muslim tidak boleh lemah atau bahkan dikuasai. Oleh sebab itu, Islam memberikan petunjuk untuk memiliki independensi termasuk kemandirian ekonomi. Di dalam sejarah keemasan Islam yaitu di zaman Khil4f4h, independensi ekonomi dibentuk dengan tiga cara yaitu:

Pertama: Sistem moneter Islam, menggunakan emas dan perak sebagai mata uang. Penggunaan mata uang yang ditopang oleh emas dan perak membuat mata uang stabil, tidak mudah terkena inflasi dan devaluasi (nilai mata uang turun).

Kedua: Perdagangan berfokus pada sektor riil, sedangkan riba, pajak dan sektor non riil seperti bursa saham dan sebagainya yang rentan sekali terhadap krisis. Mengoptimalkan produk dalam negeri.

Ketiga: Pengelolaan SDA dilakukan oleh negara tidak boleh dikuasai swasta baik asing maupun aseng dan hasilnya untuk kepentingan masyarakat karena SDA merupakan milik umum (masyarakat).

Dengan tiga konsep di atas Khil4f4h menjadi negara independent secara ekonomi. Sehingga jika dikenakan tarif seperti yang dilakukan oleh Amerika, maka Khil4f4h bisa melakukan perlawanan yang seimbang dengan memberlakukan hal yang sama tanpa takut memukul ekonomi dalam negeri. [MA]

Baca juga:

0 Comments: