Eksploitasi Manusia, Keniscayaan dalam Sistem Kapitalisme
Oleh. Resti Ummu Faeyza
(Kontributor SSCQMedia.Com)
SSCQMedia.Com—Pertengahan April 2025, Indonesia digemparkan oleh pemberitaan dugaan adanya eksploitasi manusia (pemain sirkus) oleh Oriental Circus Indonesia (OCI). Tentu saja hal ini mengagetkan masyarakat.
Selama ini pertunjukan sirkus bersifat menghibur para penontonnya. Dengan apresiasi tepuk tangan dan sorak sorai bahagia yang terpancar, membuat kita semua terhenyak saat ada pengakuan dari para pemain sirkus yang justru di balik layar mereka mengalami penyiksaan dan eksploitasi yang menyeramkan.
Sejumlah mantan pemain sirkus OCI mendatangi kantor kementerian HAM pada Selasa, 15 April 2025 dan mengaku mendapat kekerasan hingga dugaan perbudakan selama menjadi pemain OCI. Tindak kekerasan dan eksploitasi anak yang disampaikan para mantan pekerja diduga terjadi sejak tahun 1970-an oleh para pemilik OCI sekaligus Taman Safari Indonesia. Delapan orang perwakilan korban yang hadir, sebagian besar perempuan paruh baya, menceritakan kronologi mereka dipekerjakan sejak masih anak-anak sebagai pemain sirkus di OCI. Mereka mengaku mengalami berbagai bentuk penyiksaan seperti dipukul, disetrum, dipaksa bekerja dalam kondisi sakit, dipisahkan dari anaknya, hingga dipaksa makan kotoran hewan. (Tempo.com, 21/4/2025).
Sungguh tak disangka, pertunjukan yang sejatinya diselenggarakan untuk menghibur para wisatawan, justru memiliki kisah menyedihkan di dalamnya. Eksploitasi manusia menjadi sorotan utama dalam kasus ini. Tak sedikit dari mereka yang belum mengetahui asal-usul dan siapa orangtua mereka dahulu. Meskipun dalam kasus ini, pelaku kekerasan dan eksploitasi belum mendapat kepastian sanksi, namun tindak kekerasan sebagaimana yang disebutkan di atas sangatlah tidak dibenarkan.
Eksploitasi Manusia
Seperti inilah sesungguhnya salah satu kerusakan yang disebabkan oleh diterapkannya sistem kapitalisme sekuler. Tujuan hidup manusia berpatokan pada banyaknya materi atau keuntungan yang bisa mereka dapatkan. Dengan cara apa pun. Bagi mereka, kebahagiaan hanya bisa dicapai saat mereka bisa mendapatkan materi sebanyak-banyaknya. Kemuliaan manusia hanya dibatasi oleh status si kaya dan si miskin. Hal ini tentu saja mendorong usaha manusia untuk mendapatkan materi yang berlimpah, tanpa memandang baik buruknya, bahkan halal haramnya.
Eksploitasi manusia menjadi salah satu keniscayaan yang pasti terjadi dalam sistem kapitalisme. Manusia yang lemah dipandang sebagai makhluk yang pantas untuk dijajah. Tak peduli apakah ia anak-anak, wanita maupun lanjut usia.
Standar Perbuatan di Dalam Islam
Hal ini sangat bertolak belakang dengan sistem Islam. Kepemimpinan yang berlangsung dengan dasar syariat islam menjadikan poros aktivitas manusia bukan sekadar untuk mencari keuntungan materi saja, namun juga untuk mencari keridaan Allah Swt.
Segala aktivitas yang disandarkan pada tuntunan wahyu (syariat Islam) memiliki standar kemuliaan yaitu berdasarkan ketakwaan seseorang pada perintah dan larangan Allah. Tentu saja hal ini akan mengakibatkan adanya berbagai pertimbangan-pertimbangan ketika seseorang akan melakukan sebuah aktivitas. Misal, dalam keinginan untuk meraih keuntungan, maka seseorang tidak akan melakukan segala cara termasuk mengeksploitasi manusia lainnya bahkan hingga melakukan penyiksaan. Karena ia menyadari bahwa perbuatannya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Rabb-nya.
Oleh karena itu, alangkah mulia manusia jika kehidupannya senantiasa dijalankan sesuai syariat Allah. Karena hanya dengan tuntunan Sang Penciptalah, hidup manusia akan sesuai dengan fitrah yang dimilikinya dan menghasilkan ketentraman bagi seluruh umat manusia. Namun, tentu saja hal ini tidak dapat diterapkan hanya sebagian-sebagian. Terlaksananya hukum-hukum syarak tentu saja membutuhkan institusi terkuat untuk menerapkannya secara sistemik. Dan ini hanya bisa diwujudkan melalui penyelenggaraan pemerintahan dengan kepemimpinan Islam, yaitu Khilafah. Wallahu'alam. [My]
Baca juga:

0 Comments: