Kriminalitas Meningkat, Sistem Sekuler Bikin Rakyat Sekarat

Kriminalitas Meningkat, Sistem Sekuler Bikin Rakyat Sekarat

Oleh. Fitria Syafi'i, M. Pd
(Kontributor SSCQMedia.Com dan Aktivis Dakwah)


SSCQMedia.Com-Hari ini, semua perkara berujung penganiayaan dan pembunuhan. Mulai dari perkara sepele hingga yang berat, ujungnya sama. Salah paham, cemburu, utang, hamil di luar nikah, judol, dsb., bisa berujung hilangnya nyawa. Tidak sekadar dibunuh, tak jarang jasad korban dimutilasi dengan sadis seolah-olah pelakunya bukan manusia. Pun tidak jarang pelakunya masih remaja, bahkan di bawah umur.

Kali ini, kabar mengejutkan datang dari Kecamatan Tangaran Kabupaten Sambas, bahwa ditemukan mayat bayi berjenis kelamin laki-laki di dalam parit (anak sungai) pada Jumat, 7 Februari 2025. Polisi berhasil mengungkap kasus tersebut dan mengamankan ibu sang bayi yang diketahui merupakan anak di bawah umur. Dugaan sementara, anak tersebut nekat membuang bayinya karena takut ketahuan jika sudah melahirkan (kumparan.com, 9-2-2025).

Selain itu, kasus berikutnya datang dari Kelurahan Selagit, Kabupaten Musi Rawas. Pria bernama Ismail (40 tahun), ditangkap polisi usai menganiaya ibu kandungnya berinisial SA (80 tahun). Peristiwa penganiayaan ini berawal saat Ismail kesal karena kalah main judi online. Pelaku yang kesal awalnya membanting HP miliknya, lalu ia meminta uang kepada korban. Tapi karena tidak diberi membuat pelaku semakin emosi dengan membanting dan mencekik leher korban (kumparan.com, 9-2-2025).


Penyebab Maraknya Kriminalitas 

Lengkap sudah, dari yang muda hingga tua, semua kalangan tak luput menjadi pelaku kriminalitas. Sungguh fakta yang mencabik nurani kita sebagai manusia. Dari berbagai motif para tersangka, sejatinya salah satu motif terbesar adalah lemahnya keimanan dan ketakwaan pada individu. Sekularisasi dalam kehidupan saat ini membuat orang enteng melakukan tindak kriminal, bahkan hingga menghilangkan nyawa orang lain.

Hidup dalam sistem sekuler membuat orang tidak takut dosa dan azab neraka. Mereka tidak takut murka Allah Swt. ketika melakukan kemaksiatan, bahkan dosa besar sekalipun semisal pembunuhan. Mereka lebih takut dipenjara daripada siksa neraka. Inilah akibat kehidupan sekuler, jauh dari aturan agama. Tidak ada fungsi pencegahan pada diri individu dari berbuat kriminal karena lemahnya keimanan dalam hatinya.

Selain itu, penerapan kapitalisme di negara ini telah menghasilkan kemiskinan yang meluas. Banyak dari masyarakat yang tidak mampu membeli beras dan kebutuhan pokok lainnya. Alhasil, banyak orang gelap mata. Mereka memilih untuk berbuat kejahatan dengan mencuri, merampas, dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan, ada pula yang menggugurkan kandungan sebab kecemasan ekonomi keluarga.

Namun, satu hal yang juga menjadi penyebab maraknya kriminalitas adalah lemahnya penegakan hukum. Banyak kasus kriminalitas yang lenyap begitu saja karena masyarakat enggan melapor. Sudah menjadi rahasia umum di negeri ini bahwa berurusan dengan aparat keamanan akan membutuhkan biaya besar dan proses yang berbelit, sedangkan urusan belum tentu selesai.

Selain itu, hukum yang ada tidak menjerakan pelaku kriminalitas. Pernah mendengar istilah “penjahat kambuhan”? Hukuman terhadap pelaku kriminalitas tidak membuat mereka jera.  Mereka bisa beraksi lagi selepas dipenjara. Bahkan, mereka bisa makin lihai berbuat kejahatan karena berguru dengan penjahat lainnya di penjara.

Sistem sanksi sekuler tidak akan pernah berhasil menghentikan kriminalitas karena tidak mampu mewujudkan efek jera terhadap pelaku. Lemahnya sanksi dan  banyaknya oknum aparat yang “mudah dibeli” agar pelaku bisa lepas dari jerat hukum semakin memperparah penegakan hukum di negeri ini.

Akibatnya, masyarakat tidak mendapatkan rasa aman dalam kehidupannya. Warga selalu waswas terhadap keselamatannya karena para pelaku kriminalitas berkeliaran siap memangsa harta dan nyawa. Dengan demikian, terbukti bahwa sistem hukum sekuler gagal memenuhi kebutuhan dasar manusia berupa keamanan.


Islam Wujudkan Rasa Aman

Islam sebagai ideologi sempurna yang mengatur segala urusan hidup telah memiliki lapisan-lapisan yang bekerja efektif untuk mewujudkan rasa aman bagi masyarakat.

Pada tataran individu, negara (Khilafah) akan membina kepribadian individu sehingga menjadi sosok yang bertakwa. Negara menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam, juga mengutus para dai ke berbagai penjuru negeri untuk mengajarkan akidah dan syariat Islam di tengah masyarakat. Ketakwaan menjadi pencegah individu berbuat kriminal.

Pada tataran masyarakat, negara menyejahterakan penduduknya dengan memenuhi kebutuhan dasarnya berupa sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Dengan demikian, dorongan berbuat kriminal tidak akan ditemukan.

Dua hal tersebut adalah solusi dalam menyelesaikan kriminalitas pada aspek preventif. Adapun pada aspek kuratif, negara menerapkan sistem sanksi yang tegas dan adil. Sanksi dalam sistem Islam berfungsi sebagai jawabir (penebus dosa pelaku) dan zawajir (pencegah orang lain berbuat yang serupa).

Sanksi bagi pelaku kriminal tidak selalu penjara sebagaimana dalam sistem sekuler, melainkan disesuaikan dengan jenis kejahatannya. Misalnya, kisas adalah hukuman untuk pembunuhan yang disengaja.

 

Dalam Khilafah memang tetap ada penjara, tetapi realitasnya berbeda dengan penjara dalam sistem sekuler. Penjara dalam sistem Islam, selain memberikan hukuman untuk mewujudkan efek jera, juga berisi pembinaan kepribadian dengan pemahaman Islam sehingga orang yang ada di dalamnya terdorong untuk bertaubat. Hal ini mencegah pelaku mengulangi kejahatannya.

Wallahu a'lam. []

Baca juga:

Related Articles

0 Comments: