Headlines
Loading...
Api Perjuangan Tetap Menyala

Api Perjuangan Tetap Menyala

Challenge Motivasi 

Oleh. Nirwana Sadili (Si Penoreh Tinta Bugis)

Saat ini sering kali melihat perselingkuhan terjadi di sekitar kita, terutama melalui layar kaca dan media sosial. Parahnya hal itu dianggap sesuatu yang biasa, bukan lagi merupakan dosa. Bahkan terang-terangan tanpa punya rasa malu. Na’udzubillahi min dzalik.

Penyebab Perselingkuhan

Perselingkuhan itu perbuatan keji,  jalan yang  buruk, dan dosa besar, namun pertanyaannya mengapa perselingkuhan masih sering terjadi di tengah masyarakat? Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya perselingkuhan. Di antaranya;
Pertama, pemahaman sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) yang diterapkan menjadikan perilaku dalam kehidupannya tidak berdasarkan syariat. Individu-individu ketika melakukan perbuatan tidak disertai rasa takut dan taat kepada Allah Swt., sehingga tidak bisa menjaga dirinya dari perbuatan zina, tidak menjaga pandangannya, tidak menjauhi khalwat, dan bertabaruj yang mengundang perhatian.

Ikatan pernikahan menjadi rapuh, karena syariat yang mengatur pernikahan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Ikatan yang dibangun tidak berlandaskan takwa yang memunculkan rasa takut kepada Allah. Suami sebagai qowwam tidak menjalankan fungsinya dengan baik sehingga hak-hak istri tidak terpenuhi. Begitu juga sebaliknya, istri tidak menjalankan fungsinya sebagai ummu warabbatul bait, pelayanan dan ketaatan kepada suami diminimalisasi. Akhirnya pernikahan yang merupakan ibadah untuk menggapai kebahagiaan yang sakinah mawadah jauh dari harapan.

Kedua, asas kebebasan berperilaku bawaan dari sekularisme menjadikan individu-individu hilang rasa malunya.  Atas nama kebebasan semua sah dilakukan, bila tidak puas dengan pasangannya, masing-masing mencari kepuasan di luar rumah. Dalam melakukan perbuatan tidak menjadikan syariat Allah Swt. sebagai timbangan. Demi mencari kepuasan dan kebahagiaan halal haram pun ditabrak.

Ketiga, tidak adanya sanksi tegas bagi pelaku, sehingga tidak ada efek jera bagi pelaku perselingkuhan dan zina. Di dalam sekularisme liberal, perselingkuhan yang dilakukan bukan suatu pelanggaran yang harus diberi sanksi, apalagi kalau dilakukan landasan suka sama suka. Ini menjadikan selingkuh bukannya makin berkurang malah tiap hari semakin marak terjadi.

Perselingkuhan dalam Pandangan Islam

Dalam Islam perselingkuhan merupakan bencana dalam kehidupan berumah tangga, sebab perbuatan tersebut memicu terjadinya perzinaan. Sementara zina  adalah perbuatan keji yang sangat buruk di mata Allah Swt.. Zina  merupakan salah satu dosa besar, dan terkategori perbuatan haram. Sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Al-Isra’ ayat 3, yang artinya,“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”

Pada ayat tersebut menjelaskan bahwa mendekatinya saja Allah tidak membolehkan apalagi melakukan. Karena mendekati zina sama saja menempuh jalan yang buruk dan merupakan perbuatan yang keji. Pelaku zina dikategorikan dosa besar sesudah dosa mempersekutukan Allah. 

Rasulullah saw. bersabda,“Tiada suatu dosa pun sesudah mempesekutukan Allah yang lebih besar di sisi Allah daripada nutfah (air mani) seorang lelaki yang diletakkannya di dalam rahim yang tidak halal baginya.” (Ibnu Abu  Dunya)

Terjadinya perselingkuhan berdampak buruk dalam kehidupan khususnya kehidupan berumah tangga, hal ini bisa berdampak terhadap hancurnya pernikahan, dan dampak terburuknya  adalah merusak keturunan. Meski demikian perselingkuhan makin marak terjadi ditengah-tengah masyarakat, bukan hanya pada selebritas dan pejabat, tetapi juga terjadi pada masyarakat luas baik perkotaan maupun pedesaan.

Islam Menghilangkan Perselingkuhan

Islam adalah agama yang diturunkan Allah sudah sangat sempurna mengatur kehidupan manusia, termasuk dalam mencegah dan menghilangkan perselingkuhan. Islam memiliki langkah-langkah jitu dalam mengatasi perselingkuhan di antaranya:
Pertama, menjalankan kehidupan rumah tangga secara islami.
Sebagai sebuah ibadah, pernikahan memiliki sejumlah tujuan mulia. Memahami tujuan itu sangatlah penting guna menghindarkan pernikahan bergerak tak tentu arah yang akan membuatnya sia-sia tak bermakna.

Tujuan-tujuan itu adalah untuk mewujudkan mawadah dan rahmah, yakni terjalinnya cinta kasih dan tergapainya ketenteraman hati (sakinah) (QS. Ar-Rum: 21); melanjutkan keturunan dan menghindarkan dosa; mempererat tali silaturahmi; sebagai sarana dakwah; dan menggapai mardatillah.

Jika tujuan pernikahan yang sebenarnya dipahami dengan benar, insyaallah akan lebih mudah bagi suami-istri meraih keluarga sakinah dan terhindar dari konflik-konflik yang berkepanjangan. Sebab, kesepahaman tentang tujuan pernikahan sesungguhnya akan menjadi perekat kokoh sebuah pernikahan.

Kedua, menjaga pergaulan dengan lawan jenis di tengah-tengah masyarakat.
Dalam pandangan Islam hubungan antara pria dan wanita merupakan pandangan yang terkait dengan tujuan untuk melestarikan keturunan, bukan semata-mata pandangan yang bersifat seksual.

Dalam konteks itulah, Islam menganggap berkembangnya pikiran-pikiran yang mengundang hasrat seksual pada sekelompok orang merupakan keadaan yang membahayakan.

Oleh karena itu, Islam memerintahkan pria dan wanita untuk menutup aurat, menahan pandangannya terhadap lawan jenis, melarang pria dan wanita berkhalwat, melarang wanita bersolek dan berhias di hadapan laki-laki asing (nonmahram).

Ketiga, memberikan hukuman bagi para pelaku perselingkuhan.
Pada hakikatnya perselingkuhan sama dengan perzinaan. Dalam pandangan Islam seorang yang berselingkuh/berzina mendapatkan hukuman yang sangat berat. Jika belum menikah, pelakunya harus dicambuk 100 kali, dan untuk yang sudah menikah harus dirajam sampai mati.

Hukuman yang berat ini akan menjadi pelajaran bagi pelakunya hingga menimbulkan jera sekaligus sebagai penebus dosa atas perbuatan yang dilakukan. Jika hukuman ini diterapkan, seseorang akan berpikir panjang sebelum melakukan perselingkuhan.

Namun semua itu bisa dilaksanakan  ketika Islam diterapkan dalam kehidupan bernegara. Di mana dalam negara yang diterapkan hanya hukum-hukum Allah bukan hukum manusia, termasuk dalam mengatasi perselingkuhan. Jadi pertama dan utama yang harus dilakukan adalah mengadakan negara yang akan menerapkan Islam. Untuk itu api perjuangan harus tetap menyala dalam diri kaum muslimin untuk mengembalikan kemuliaan Islam. [Ni]

Magetan, 06 Agustus 2024

Baca juga:

2 komentar

  1. MaasyaaAllah tulisan saya dimuat.jazakillah khair SSCQ, semoga yang kecil ini bisa bermanfaat dan mencerahkan umat

    BalasHapus
  2. Menyala 🔥🔥🔥

    BalasHapus