Opini
Oleh. Yuniarti Dwiningsih
Anak-anak merupakan aset bangsa yang amat penting. Bagaimana anak-anak kita hari ini akan menentukan masa depan bangsa. Sebagai penerus bangsa, anak-anak membutuhkan perhatian yang tepat dari seluruh elemen bangsa.
Setiap tahun, Indonesia memperingati Hari Anak Nasional (HAN) pada tanggal 23 Juli. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, momen HAN selalu diperingati dengan tema tertentu. Tahun ini, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mengangkat tema, “Anak Terlindungi, Indonesia Maju” dengan enam subtema di antaranya adalah Anak Cerdas Berinternet Sehat, Suara Anak Membangun Bangsa, Pancasila di Hati Anak Indonesia, Dare to Lead and Speak Up: Anak Pelopor dan Pelapor, Pengasuhan Layak untuk Anak, Digital Parenting, dan Anak Merdeka dari Kekerasan, Perkawinan Anak, Pekerja Anak, dan Stunting. (nasional.kompas.com, 18/7/2024).
Peringatan HAN yang dirayakan setiap tahun nyatanya hanya seperti acara seremonial rutin tahunan tanpa ada perubahan signifikan pada anak-anak. Hal ini terlihat dari beragam masalah yang masih terus menimpa anak-anak. Bukannya berkurang, masalah justru bermunculan mendera anak negeri ini, mulai dari menjadi korban kekerasan secara verbal maupun nonverbal, terjerat judi online melalui aplikasi-aplikasi game yang ada di smartphone hingga masalah stunting.
Semua permasalahan itu belum mampu ditangani secara tepat. Hal ini dikarenakan permasalahan tidak dilihat dari akarnya. Pemerintah hanya melihat permasalahan dari permukaan atau dari cabangnya.
Permasalahan yang menimpa anak negeri sejatinya saling terkait satu sama lain. Ambil contoh masalah kekerasan pada anak. Masalah ini tidak hanya berkaitan dengan hukum, tetapi juga berkenaan dengan sistem pendidikan yang menghasilkan individu-individu dalam masyarakat.
Masalah ini juga tidak bisa dilepaskan dari kondisi ekonomi yang melingkupi masyarakat. Kekerasan pada anak banyak yang dilatarbelakangi permasalahan ekonomi yang mendera keluarga. Banyak kasus di mana orang tua menjadikan anaknya sebagai pelampiasan atas kesulitan ekonomi yang dihadapi.
Masalah-masalah tersebut juga berkaitan dengan sistem politik yang ternyata tidak mampu menghasilkan aturan dan kebijakan yang tepat. Seluruh permasalahan tersebut bermuara pada sebuah sistem kehidupan yang diterapkan. Jika sistem ini tepat, maka masalah akan bisa dituntaskan, bahkan bisa dicegah.
Sistem Buruk Membuat Terpuruk
Masalah mendasarnya adalah sistem yang diterapkan saat ini justru menjadi sumber masalah. Sistem sekularisme kapitalisme telah menjadikan manusia hanya berfokus pada materi. Ketika diterapkan dalam pendidikan, tujuannya untuk mencetak manusia yang berpikir materialistis. Moral dan agama menjadi tidak penting. Akal dan perilaku mereka diarahkan untuk menjadikan materi sebagai kebahagiaan hidup mereka.
Tidak heran jika masalah-masalah baru terus bermunculan seiring dengan berkembangnya zaman. Anak-anak tidak memiliki pondasi kuat dalam menjalankan kehidupan ini. Ditambah lagi peran orang tua yang kurang memperhatikan kondisi anak-anaknya karena tuntutan pekerjaan demi pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.
Hal ini pun menunjukkan gagalnya sistem ekonomi dalam menjamin kesejahteraan ekonomi keluarga. Tuntutan biaya hidup yang terus melejit dari tahun ke tahun memaksa para ayah untuk jungkir balik mencari nafkah. Tak cukup ayah yang bekerja, ibu pun dipaksa untuk ikut terjun memenuhi kebutuhan keluarga. Banyak waktu yang dihabiskan ibu untuk mencari nafkah. Fokus ibu untuk anak-anaknya menjadi hilang karena kelelahan bekerja. Akibatnya, anak-anak dan keluarga tak terurus dengan baik.
Kondisi ini sangat tidak baik bagi tumbuh kembang anak. Mereka mudah terpapar keadaan buruk yang ada di sekitar. Mereka rentan menjadi sasaran tindakan jahat. Anak-anak ini tak punya perlindungan yang kuat dari segala sisi. Mereka tak hanya menjadi korban kejahatan, tetapi sekaligus juga berpotensi menjadi pelakunya.
Islam Melindungi Generasi
Berbeda dengan sistem Islam yang memandang penting keberadaan anak-anak sebagai generasi penerus peradaban yang saat berharga. Negara akan memperhatikan dan menjamin kebutuhan anak-anak dalam berbagai aspek. Mulai dari pemenuhan kebutuhan sejak masa prabaligh hingga mampu menjadi manusia dewasa yang mandiri. Negara membuat sistem yang mampu menjamin kebutuhan anak-anak, baik sandang, pangan, dan papannya dapat terpenuhi. Dengan asupan gizi yang cukup bagi setiap anak sehingga tidak ada yang mengalami stunting. Berbagai masalah kesehatan juga mampu diatasi atau dicegah.
Pendidikan Islam diterapkan dengan menanamkan akidah secara kuat untuk setiap anak sejak dini. Pendidikan ini tidak hanya di sekolah, tetapi justru dimulai dari rumah. Orang tua mendidik anak-anaknya agar memiliki akidah Islam yang kuat.
Akidah Islam yang tertancap kuat ini menjadi bekal anak saat terjun dalam kancah kehidupan. Mereka mampu menjaga dirinya dalam segala situasi. Mereka paham mana yang benar dan yang salah serta mampu bertindak sesuai dengan tuntunan agama.
Peran negara sangat penting dalam mewujudkan fungsi dan peran keluarga secara optimal. Ayah dan ibu akan menjalankan tugasnya secara baik. masing-masing Ibu berperan sebagai ummu wa rabatul bait yang mengurusi keluarga. Ayah tak hanya sebagai pencari nafkah, tetapi juga mampu menjadi pelindung bagi seluruh keluarganya. Keduanya saling bekerja sama dalam membangun keluarga yang nyaman untuk anak-anak.
Dengan akidah Islam sebagai dasarnya, negara akan mengembangkan pendidikan yang mampu memaksimalkan potensi setiap anak. Negara akan menyediakan berbagai fasilitas yang mampu mewadahi anak-anak untuk berkembang sesuai bakat dan minatnya. Tentu saja itu diarahkan sesuai dengan koridor syariat. Mereka akan disibukkan dengan kegiatan yang bermanfaat dan positif. Mereka menjadi manusia yang berkualitas dan berkepribadian Islam mulia.
Inilah yang kita harapkan untuk anak-anak di negeri ini dan di seluruh dunia. Anak-anak yang mampu menjadi penerus untuk masa depan yang lebih baik. Generasi yang akan membangun peradaban maju dan mulia dengan Islam. Namun, semua itu hanya bisa terwujud kala Islam diterapkan secara menyeluruh dalam kehidupan oleh negara. Tanpanya, maka percuma.
Wallahualam. [Hz]
Baca juga:

0 Comments: