Story Telling
Oleh. Radiyah Ummu Ar-Rafa
Hidup manusia pasti penuh dengan lika liku. Ada saja onak dan duri yang terus menghampiri. Semua itu merupakan hal yang alami terjadi pada diri manusia. Ibarat sedang melewati suatu jalan, tidak selamanya jalan yang dilalui mulus tanpa hambatan. Adakalanya berlubang, ada juga jalan yang penuh batu besar dan kerikil tajam, bahkan ada jurang yang menuntut kita agar lebih berhati-hati saat melalui perjalanan, sehingga bisa sampai ke tujuan dengan selamat.
Begitu juga saat melalui proses hijrah ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ketika niat sudah kuat, tekad juga sudah bulat. Ternyata dalam perjalanan hijrah tak semudah yang dibayangkan, perjalanan yang dilalui tidaklah semulus jalan tol. Itulah sunatullahnya hidup yang ingin terus berproses dan berbenah diri.
Saat memutuskan sesuatu yang besar dalam hidup ini benar-benar harus dipertimbangkan dengan matang, jangan hanya karena hawa nafsu semata atau sekadar mengikuti sesuatu yang lagi trend. Tapi seharusnya dengan proses berpikir yang kita lakukan. Mencari kebenaran akan Islam, mencari jawaban atas pertanyaan dari mana manusia berasal, untuk apa manusia diciptakan dan mau kemana setelah kehidupan dunia ini?
Hijrah ke jalan Allah adalah pilihan hidupku. Aktif dalam dakwah adalah keputusan yang kutetapkan untuk hidupku. Masih banyak yang belum ku ketahui tentang agamaku sendiri, termasuk dalam hal aqidah dan syariah, berbakti pada kedua orang tua, menutup aurat, menjaga pandangan, batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan, pendidikan di dalam Islam, ekonomi Islam dan lain sebagainya. Tak kenal lelah aku terus mengkaji agama Allah.
Aku pun semakin menyadari bahwa semua yang ada di dunia ini, yaitu alam semesta, manusia dan hidup merupakan makhluk (yang diciptakan). Segala sesuatunya tidak mungkin ada dengan sendirinya, pasti ada Al-Khalik (sang pencipta) yang telah menciptakan yaitu Allah Swt.
Tujuan manusia diciptakan tidak lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah Swt. Seperti yang Allah sampaikan dalam QS Adz-dzariyat ayat 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku".
Semua yang dilakukan bisa bernilai ibadah ketika niat saat melakukan sesuatu ikhlas semata-mata karena Allah dan cara yang dilakukan adalah cara yang benar sesuai dengan Al-Qur'an dan hadits Rasulullah saw.
Tahun 2004 merupakan awal mula perjalanan hijrahku. Saat itu aku sedang duduk di bangku kelas 3 SMA. Perjalanan yang penuh onak dan cabaran. Hanya do'a, ikhtiar dan tawakal pada Allah agar tetap kuat dan mampu bertahan.
Terasa berat bagiku ketika ujian dakwah mulai menyapa. Ujian pertama yang kuhadapi dari keluarga dan sahabat. Saat itu aku dihadapkan dengan dua pilihan yang berat, ayah satu-satunya orang tua yang aku punya karena mamak sudah meninggal dunia saat aku masih duduk di bangku kelas 2 SMA marah besar dan memberikan pilihan kepadaku. Apakah memilih sekolah atau dakwah. Jika memilih sekolah, maka aku tidak boleh lagi aktif dalam dakwah. Jika memilih dakwah, maka aku tidak akan disekolahkan lagi. Sungguh pilihan yang sangat sulit bagiku saat itu.
Dengan berurai air mata yang tak mampu dibendung lagi. Aku pun menjawab bahwa aku memilih dua-duanya. Aku memilih sekolah dan dakwah. Aku masih butuh sekolah, karena aku belum lulus SMA. Hanya tinggal 1 semester lagi. Aku juga butuh dakwah, karena di jalan inilah aku menemukan apa itu akidah dan keimanan serta syariah yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Di jalan dakwah aku memahami bahwa Islam adalah agama yang sempurna, mengatur seluruh aspek kehidupan manusia.
Ayah pun meminta janji dan komitmen ketika aku memilih kedua-duanya. Aku berjanji pada ayah dan pada diriku sendiri bahwa aktivitas dakwah tidak akan mengganggu aktivitas sekolah dan harus lebih giat lagi dalam belajar.
Galau, gelisah, gundah gulana yang kurasakan. Berbagai pertanyaan muncul dalam benakku. Mampukah aku? Bisakah aku menepati janji dan komitmen ku pada ayah? Berpikir dan terus berpikir apa yang harus kulakukan. Ikhtiar pun kulakukan dengan lebih serius belajar. Keyakinanku harus kuat bahwa aku pasti bisa karena ada Allah bersamaku. Cukuplah Allah bagiku sebagai pelindung dan penolong.
Atas izin dan pertolongan Allah. Aku mampu melaluinya. Alhamdulillah aku lulus SMA dan mendapatkan rangking 7. Padahal dari kelas 1 SMA aku tidak pernah mendapatkan rangking 10 besar. Selalu dengan rangking yang belasan. Alhamdulillah, Allah memberikan pertolongan pada hamba-Nya yang menolong agama-Nya.
Setelah lulus SMA aku pun melanjutkan kuliah. Alhamdulillah aku lulus di perguruan tinggi negeri. UIN Sumatera Utara adalah kampus tempatku menimba ilmu. Karena keterbatasan keuangan ayah, biaya kuliahku ditanggung oleh abang. Selama kuliah aku juga tinggal bersama abang dan keponakan-keponakan.
Alhamdulillah aku pun semakin aktif dalam kegiatan dakwah, walaupun tubuh terasa sangat lelah karena harus bolak balik setiap hari dari Tanjung Morawa tempat tinggal ku menuju kampus yang letaknya di Medan. Namun, semua itu kujalani dengan senang hati. Aku sangat menikmati pilihan hidupku berada di jalan dakwah.
Ternyata perjuangan belum selesai, Allah kembali memberikan ujian-Nya kepadaku. Melihat kesibukanku selama kuliah, semua keluarga merasa khawatir kuliah ku akan terganggu karena tidak fokus kuliah lagi. Aku yang merupakan anak bungsu sangat dikhawatirkan oleh abang-abang dan kakak-kakak ku. Hal itu karena mereka sangat menyayangiku sebagai adik bungsu.
Perbedaan pendapat sering terjadi antara aku dan abang. Bahkan tak jarang sampai terjadi perdebatan. Mereka juga tidak setuju ketika aku menutup aurat. Bahkan mereka tidak setuju terhadap perjuangan untuk menerapkan aturan Allah secara totalitas. Perlahan ku jelaskan akan kewajiban menutup aurat dan kewajiban untuk menerapkan aturan Allah dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Adab harus selalu dijaga karena aku adalah adik, mereka adalah abang dan kakak yang tetap harus ku hormati.
Namun, Allah tetap mengujiku. Aku disidang dan disuruh memilih. Aku kembali dihadapkan dengan dua pilihan. Memilih dakwah atau kuliah. Jika memilih dakwah, maka kuliahku tidak akan dibiayai lagi dan tidak diberikan uang sepeser pun. Jika aku memilih kuliah, maka tidak boleh lagi berada di jalan dakwah. Amarah yang memuncak tertuju padaku yang berada di jalan dakwah.
Ya Allah...
Sungguh berat saat itu yang kurasakan. Ayah tidak ada karena saat itu ayah sedang tinggal di rumah abang di Pekanbaru dengan waktu yang lama. Mamak sudah tidak ada lagi di dunia ini sejak tahun 2003. Seisi rumah tidak ada yang berani berbicara padaku, mereka semua diam tidak mau berbicara. Aku pun mulai terasing karena sudah tidak ada lagi interaksi. Keluarga besar marah padaku. Hanya ayah yang mendukung tapi jauh di Pekanbaru. Aku sendiri, terasa tidak punya siapa-siapa selain Allah dan sahabat dakwah.
Akupun teringat dengan pembahasan di dalam kitab "Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyyah" bab "Sabar dalam Menghadapi Cobaan". Dalam pembahasan kitab tersebut, kita semua diingatkan dengan firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 155
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
Artinya: "Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar".
Ketakutan masih itulah yang kurasakan. Takut menghadapi marahnya keluarga, takut dicemooh, takut tidak dianggap oleh keluarga besar. Astaghfirullahal'adziim takutlah hanya kepada Allah bukan kepada manusia. Takutlah jika tidak dianggap sama Allah, takutlah jika Allah marah dan menunjukkan kemurkaan-Nya. Astaghfirullahal'adziim.
Padahal masih secuil ujian yang ku hadapi, belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan saudara-saudara kita di Palestina, Suriah, Rohingya, Uighur dan negeri-negeri kaum muslimin yang sedang ditindas dan dizalimi oleh musuh-musuh Allah.
Aku harus bangkit dari rasa takut dan khawatir. Cukuplah Allah bagiku, sebagai penguat dan pelindungku. Allah akan memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang sabar.
Setelah peristiwa itu, yang terlintas di benakku bukan bagaimana nasib kuliahku. Tapi yang kupikirkan adalah bagaimana aku bisa pergi agenda dakwah, sementara aku tidak memiliki uang karena aku juga belum bekerja. Aku masih duduk di bangku kuliah tingkat 1.
Keyakinan yang kuat dalam diriku bahwa Allah pasti akan memberikan pertolongan-Nya pada orang-orang yang menolong agama Allah. Terhujam kuat dalam ingatanku firman Allah dalam QS. Muhammad ayat 7
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu".
Dengan uang seadanya hanya cukup untuk membayar ongkos angkot, aku pun berangkat ke kampus dan bertemu dengan sahabat dakwah guru ngajiku. Berbagi cerita duka yang sedang kurasakan. Alhamdulillah sahabat dakwah meminjamkan uang Rp 100.000 untuk ongkos selama perjalanan Tanjung Morawa ke Medan yang membutuhkan waktu 1 ½ jam perjalanan jika tidak macet.
Untuk pertama kali dalam hidupku meminjam uang kepada orang lain. Selama ini aku tidak pernah meminjam uang kepada siapapun. Namun aku tetap bersyukur masih ada jalan agar bisa hadir agenda dakwah. Aku pun memutuskan untuk tidak lagi tinggal bersama abang, kakak ipar dan keponakan-keponakan.
Allah memberikan pertolongannya kepadaku. Aku diperbolehkan tinggal bersama sahabat-sahabat dakwah di Medan, yang jaraknya tidak jauh dengan kampus. Rumah yang kami tempati sering digunakan untuk aktivitas dakwah. Jadi lebih mudah bagiku.
Aku juga harus berpikir keras, bagaimana caranya agar bisa menyambung hidup di ibu kota. Kuliah baru setahun, belum ada pekerjaan. Aku harus bisa bertahan hidup serta membuktikan pada ayah dan keluarga besar bahwa dakwah tidak akan mengganggu aktivitas kuliah. Dengan dakwah, insya Allah akan membuatku lebih produktif lagi.
Alhamdulillah, kembali Allah memberikan pertolongan-Nya. Atas izin Allah aku mendapatkan pekerjaan sebagai guru privat di dua tempat dekat dengan rumah kontrakan bersama sahabat dakwah yang lainnya.
Aku juga mengajukan proposal beasiswa ke fakultas. Banyak teman kuliah yang pesimis dan menganggap aku tidak akan lulus pengajuan beasiswa, karena saat itu aku masih duduk di semester 3. Sementara syarat kelulusan akan diterima jika sudah berada di semester 5.
Tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak, gampang bagi Allah membolak-balik hati seseorang. Alhamdulillah atas izin Allah aku lulus beasiswa jalur prestasi. Alhamdulillah nilai kuliah ku di tingkat 1 memuaskan. Semua karena pertolongan Allah pada hamba-Nya yang berupaya menolong agama-Nya. Allahu Akbar!
Sembari ngajar les privat di dua tempat, aku juga berjualan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Alhamdulillah ada saja yang membeli daganganku. Tidak ada rasa malu saat berjualan, yang penting halal dan thoyib.
Aku juga mengikuti lomba menulis karya ilmiah yang diadakan kampus serta rutin mengirimkan tulisan ke media kampus. Jika tulisan dimuat di media kampus akan ada uang saku yang didapatkan. Alhamdulillah pertolongan Allah datang kembali. Aku menjadi pemenang ketiga dalam lomba menulis karya ilmiah dan tulisan yang ku kirim di media kampus ditayangkan. Rezeki dari Allah, datang dari arah yang tidak disangka-sangka.
Dengan berjalannya waktu, aku telah membuktikan pada keluarga dan diri sendiri bahwa aktivitas dakwah tidak menghalangi kuliah. Alhamdulillah karena pertolongan Allah aku bisa mandiri, mendapatkan nilai yang bagus, tamat kuliah dengan waktu yang tepat bahkan lebih cepat dari teman-temanku yang lain, memiliki pekerjaan dan tentunya semua itu kulakukan dengan mengoptimalkan diri di dalam dakwah. Berusaha memberikan persembahan yang terbaik untuk agama Allah.
Akhirnya keluarga besar pun menerima aktivitas dakwah yang kulakukan. Mereka sudah terbiasa melihat adik bungsunya mengenakan jilbab dan kerudung lengkap dengan kaus kaki. Mereka juga mulai menerima pemikiran Islam kaffah yang selama ini ku perjuangkan.
Bahkan ayah sangat mendukung perjuangan dakwah Islam kaffah dan aktif mengikuti setiap kajian dan acara yang diadakan. Sampai di usia ayah yang sudah tua, selalu memberikan ridanya pada anak bungsu yang selalu berbagi cerita tentang perjuangan dakwah yang dialaminya. Hingga beberapa jam sebelum ajal menjemput ayah, kata-kata yang keluar dari lisan ayah adalah dakwah dan Islam.
Ya Allah, sungguh ujian kembali menghampiri ketika Allah memanggil ayah untuk selamanya. Ayah yang selama ini selalu mendukung dakwah, selalu menjadi tempat berbagi suka dan duka dalam kehidupan dan perjuangan. Ayah segala-galanya bagiku, tapi Allah lebih menyayangi ayah jauh dari rasa sayangku pada ayah. Kini, cukuplah Allah bagiku untuk menjadi tempat sandaran, tempat mengadu dan memohon perlindungan.
Alhamdulillah satu per satu pertolongan Allah datang kepadaku. Walaupun sebenarnya masih banyak ujian dakwah yang kuhadapi dalam kehidupan selama masa hijrahku. Sesuatu yang alami dalam kehidupan pasti ada saja yang namanya ujian. Namun, semua dihadapi dengan keimanan kepada Allah Swt dan Rasul-Nya, karena sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat.
Masya Allah, begitulah jika Allah sudah memberikan pertolongan-Nya. Akan ada tawa yang indah dibalik tangisan duka. Langit tak selamanya gelap, ada matahari yang memancarkan sinar yang terang benderang, akan ada pelangi setelah derasnya hujan. Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan.
Akidah yang kokoh tak membuat diri goyah. Keimanan yang kuat akan menjadikan pribadi yang tangguh. Yakinlah akan kebenaran yang datangnya dari Allah dan dibawa oleh Rasulullah Muhammad saw. Keyakinan yang kuat akan mengantarkan diri bertahan dan istikamah di jalan dakwah.
Teruslah berproses untuk menjadi lebih baik, lejitkan potensi diri yang sudah Allah berikan dengan segenap kemampuan, teruslah berkarya untuk menyampaikan Islam ke tengah-tengah umat tanpa kenal rasa lelah dan putus asa hingga Allah berkata waktunya untuk pulang. Ikhlas dan bersabarlah setiap ujian datang karena Allah bersama kita.
Diperjalanan dakwah yang sudah 20 tahun dilalui, bukan sesuatu yang mudah. Semoga tetap dalam penjagaan Allah agar istikamah dalam dakwah hingga ajal tiba. Cukuplah Allah bagi orang-orang yang beriman. Insya Allah kemenangan Islam akan segera datang, aamiin ya rabbal 'aalamiin.
Tanjung Morawa, 21 Juli 2024
Baca juga:

0 Comments: