Headlines
Loading...
Oleh. Maya A. 
(Muslimah Gresik)

Narasi kebangkitan Khil4fah kembali lalu lalang di media sosial, bersamaan dengan peringatan 100 tahun runtuhnya Khil4fah Utsmaniyah di Turki. Menanggapi hal tersebut, pengajar di Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr. Mohammad Iqbal Ahnaf, M.A. memberi alarm waspada atas potensi ancaman dari ideologi transnasional ini.

Ia mengatakan bahwa gagasan Khil4fah yang ditawarkan menjadi semacam panacea atau obat segala penyakit dan mampu menyembuhkan kekecewaan, ketidakadilan, dan emosi negatif lainnya. Namun sejauh ini, narasi tersebut cenderung masih bersifat teoritis dan tidak menunjukkan indikasi keberhasilan karena mayoritas rakyat masih percaya pada pemerintahan demokrasi.

Lebih lanjut, Mohammad Iqbal juga menekankan dibandingkan dengan Khil4fah yang tidak jelas wujudnya, demokrasi di Indonesia merupakan upaya yang nyata untuk mengamalkan syariah. Sehingga ia mengimbau agar masyarakat dapat berpartisipasi untuk menumbuhkan nasionalisme dan budaya berpikir kritis agar tidak mudah terprovokasi oleh narasi kembalinya Khil4fah (tribunnews.com, 10/01/2024).

Khil4fah nampaknya masih menjadi momok mengerikan bagi sebagian besar kaum muslimin di tanah air. Terlalu mengerikan hingga dianggap sebagai sebuah ancaman. Seolah keberadaannya pernah menorehkan luka menganga sepanjang perjalanan bangsa ini berdiri sehingga layak untuk diwaspadai. Padahal, tidak ada fakta historis yang menunjukkan hal demikian. Yang ada justru uluran tangan tangan oleh Khil4fah yang kala itu berpusat di Turki untuk mengusir komplotan penjajah. Ironisnya, narasi negatif tersebut justru keluar dengan lancar dari lisan orang Islam sendiri dengan gelar pendidikan yang tinggi. 

Sungguh, bukan kali pertama Khil4fah mendapat stigma negatif seperti ini. Arus serupa akan terus digulirkan oleh pembenci dan musuh-musuh Islam semata untuk mencegah kembalinya kebangkitan Islam. Sekaligus tameng untuk menutupi kegagalan demi kegagalan rezim dalam mengatasi carut marut problematika buah penerapan kapitalisme.

Namun tak perlu kaget. Hal ini merupakan perkara lumrah yang akan terus diterima oleh Islam dan kaum muslimin tatkala hidup di tempat yang bukan habitatnya. Serangan akan terus berdatangan. Tidak akan membiarkan geliat dan gelora keislaman hadir untuk mengganggu langgengnya dinasti kapitalis.

Terlepas dari alasan di balik gencarnya stigmatisasi tak berdasar tersebut, pemahaman yang benar akan esensi Khil4fah dan kewajiban penegakannya haruslah terus disampaikan. Agar segala kesalahpahaman bisa segera diakhiri, agar kebangkitan umat bisa segera terwujud kembali.

Sejatinya, Khil4fah bukanlah istilah buatan manusia, melainkan istilah syar'i yang bersumber dari wahyu. Istilah Khil4fah ini digunakan dalam hadis Nabi saw. sebagaimana yang diriwayatkan Ahmad bin Hanbal. 
Ada era kenabian di antara kalian, dengan izin Allah akan tetap ada, kemudian ia akan diangkat oleh Allah, jika Allah berkehendak untuk mengangkatnya. Setelah itu, akan ada era Khil4fah yang mengikuti Manhaj Kenabian.” [HR. Ahmad]

Adapun secara definisi, menurut Imam al-Mawardi dalam kitabnya, al-Ahkam as-Sulthaniyyah wa al-Wilayat ad-Diniyyah, “Imamah [Khil4fah] dibuat untuk menggantikan kenabian dalam menjaga agama dan mengurus dunia.” [al-Mawardi, al-Ahkam as-Sulthaniyyah wa al-Wilayat ad-Diniyyah, hal. 3].

Sedangkan menurut Mahmud al-Khalidi, dalam disertasinya di Universitas al-Azhar, Mesir, menyatakan bahwa Khil4fah adalah kepemimpinan umum atas seluruh kaum muslim di dunia untuk menerapkan syariah dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.” [Al-Khalidi, Qawâ’id Nizhâm al-Hukm fî al-Islâm, hlm. 226].

Dari sini jelas bahwa Khil4fah merupakan bagian dari ajaran Islam sebagaimana salat, puasa, zakat, haji, dan lainnya. Sehingga, sungguhlah jahil bila masih ada pihak yang terus berupaya menstigma buruk Khil4fah sebagai ancaman setelah diberikan padanya bukti-bukti yang nyata. Dan adalah jahil pula mereka yang ‘keukeuh’ mengatakan tidak ada kefarduan atas penegakan Khil4fah. Karena sejatinya Khil4fah adalah mahkota kewajiban, di mana tanpanya sebagian besar syariah Islam di bidang politik, ekonomi, pendidikan, sosial, dan politik pemerintahan tidak bisa diterapkan.

Seperti diketahui, sekalipun mayoritas penduduk negeri ini adalah muslim, namun faktanya sekularisme kapitalis lebih banyak diminati dan dijadikan poros dalam berkehidupan. Maka tak heran jika kemudian segala problematika terus-menerus mengintai bangsa ini. Hadirnya solusi yang disuguhkan pun tak lebih dari solusi pragmatis, penuh tambal sulam, dan tak jarang melahirkan masalah baru.

Di posisi inilah umat mestinya paham bahwa selain karena tuntutan syar'i, kembalinya Khil4fah juga merupakan suatu kebutuhan paten akan masalah bangsa. Karena esensi daripada Khil4fah adalah menerapkan syariah Islam secara kafah dalam seluruh aspek kehidupan. Dan implikasi dari penerapan ini tak lain adalah kebaikan bagi manusia dan rahmat bagi alam semesta.

Ibarat ikan tawar dipaksa hidup di air asin, tak akan ada yang didapati selain mati. Demikian juga umat ketika dipaksa hidup dalam kungkungan sekuler kapitalisme, tidak ada yang didapati selain kesengsaraan bahkan ancaman kematian. Sehingga tak ada jalan lain selain bersegera keluar dari jeratan ini dan kembali ke habitat asli di bawah naungan sistem Islam. Dan tidak ada cara lain, selain turut serta dalam memperjuangkan hingga titik darah penghabisan. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: