Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Faiha Hasna

Wahai Ibu, bagaimana kabarmu? Aku tahu Bu, semarah apapun engkau kepada kami, engkau tetap sayang dan perhatian pada kami. 
Ibuku sayang, saat ini engkau dijadikan sumber permasalahan dunia. Sebagai seorang perempuan engkau dijadikan objek untuk disalahkan, namun bagiku engkaulah rahim peradaban.

Sebagai anakmu, aku sering bertanya-tanya, benarkah Ibu adalah seorang pemimpin Rumah Tangga? Mengapa selalu Ibu terus yang ditanyakan?

Engkau adalah madrasatul utama bagi anak-anakmu. Aktivitasmu sebagai seorang hamba Allah sungguh mulia, sangat istimewa dan luar biasa. Aku yakin Bu, saat engkau memandang kami sebagai anak adalah amanah, maka engkau selalu mewujudkan rasa syukur.

Disaat engkau hamil
Di saat melahirkan
Di saat menyusui
Ada kenikmatan yang tidak bisa dinarasikan dengan kenikmatan manapun
Bagaikan telaga berwarna biru
Anak-anakmu yang ada dalam susuan
Allah paham dan adil bahwa hak pengasuhan jatuh pada perempuan

Ibu, kesabaranmu merawat kami, engkau nikmati atas nama ridho lillahi ta'ala.
Ibuku, Engkau adalah harapan dunia
Harapan masa depan bila peranmu ditunaikan dengan baik, akan tetapi bila ditinggalkan maka rusaknya peradaban.

Aku tahu Ibu, engkau adalah wanita yang memiliki peran ganda. 
Adanya peran wanita selain peran utama juga ada peran-peran yang lain. Engkaulah Ibuku, sebagai Ibu, sebagai pengatur rumah tangga, sebagai anggota masyarakat seperti guru, ketika pokja di PKK atau penimbangan lansia. Bu, 
Sungguh Ibu, peranmu baik domestik maupun publik. Semua peran-peran itu bisa engkau lakukan dengan baik.

Bu, walau banyak orang yang menyesal di luaran sana karena kurang beramal, namun tidak dengan dirimu. Melihat peranmu, terbuka mata ini, mengingatkan akan kisah ibu-ibu yang pejuang hebat, melahirkan seorang putra-putri dengan memegang erat Islam sampai hari ini. Semisal ibunda Imam Malik, Ibunda Imam al Bukhari atau semisal ummu Imarah, sahabiyah Rasulullah, wanita yang sebanding laki-laki. Lalu siapa lagi? Tentu, Ibu- ibu yang saat ini tertekan dengan ekonomi yang lahirkan generasi masa depan.

Namun amat disayangkan Bu, perempuan adalah kunci perekonomian hari ini. Ini adalah kondisi ril ibu hari ini sebagai penghasil uang dan penggerak ekonomi. Saat ini, perempuan yang mencari uang disebut perempuan berdaya, sementara perempuan yang tidak mencari uang disebut perempuan yang tidak berdaya. Nyatanya, ada penderitaan di sana yang tidak diderita banyak orang. Benarkah Bu, bahwa perempuan yang tidak menghasilkan uang dikatakan beban negara? Padahal wanita sekarang yang mencari nafkah itu hanya mencari tambahan saja kan, Bu?

Tak sedikit rumah tangga yang kehilangan ratunya, sang prabu pun merana sehingga mereka melahirkan generasi strawberry. Di saat kena sentuhan sedikit saja sudah hancur karena prabu kehilangan pelukan ratunya. Tak habis pikir Bu, bahkan ada ibu-ibu yang ada di luaran sana yang berubah menjadi tulang punggung keluarga. Sehingga banyak ibu diluaran sana stress di bunuh oleh suaminya sendiri di depan dua anaknya. Apakah mereka tidak tahu bagaimana memperlakukan sang prabu, bagaimana memperlakukan anak, bagaimana memperbaiki ibu agar kembali peran kemuliaannya?

Bersyukur Bu, aku dilahirkan dari rahimmu. Engkau didik aku agar nanti diri ini menjadi generasi yang melahirkan generasi umat. Engkau didik kami bukan hanya sebagai anak, tetapi engkau didik kami menjadi muslimah yang hebat, cerdas dan bukan mencetak generasi anggur ataupun strawberry. Aku sadari bahwa untuk menjadi ibu rahim peradaban memang tidak ada sekolahnya. Ku dapati ilmu ini adanya di sebuah kajian keislaman yang selalu membahas perempuan yang tidak ada habisnya tiap bulan. 

Secara fakta, memang hari ini peran publik didominasi oleh perempuan dan peran domestik didominasi oleh laki-laki. Ini semua karena peran kapitalis. Dimana orientasi hidup adalah harta. Standar kebahagian, kesuksesan, kemuliaan bagi mereka adalah materi. Namun Engkau tak seperti itu Bu, ada kepatuhan dalam dirimu sebagai seorang istri, yaitu patuh pada aturan Allah, dengan senantiasa menerapkan hukum Islam sebagai aturan kehidupan. Inilah yang engkau ajarkan kepada kami, bahwa solusi dan permasalahan hidup adalah bertakwalah.

Ibu, aku baru sadar setelah melahirkan lima anak hingga hari ini, ternyata menjadi istri dan ibu itu adalah karir yang sangat mulia. Aku bangga memiliki ibu sepertimu, Semoga kita adalah wanita berkarir surga. Bahagia menjadi madrasatul ula bagi anak-anak tercinta. Dengan bermodalkan syaksiyah Islamiyah serta akidah yang kuat semoga bisa menjadikan kita menjadi seorang ibu yang cerdas dan tidak gampang putus asa. 

Ibuku, Engkaulah wanita hebat, engkau bimbing kami tiada henti, demi melahirkan kami putra-putrimu untuk menjadi generasi peradaban.Tak ada kata lelah atau banyak alasan. Dalam dirimu aku yakin doamu tidak ada penghalang. Doakan terus kami, Bu, agar kelak jiwa-jiwa kami selalu berada dalam cinta dan kasih sayang-Nya. Selalu berada dalam ridha-Nya, sehingga suatu saat nanti anak-anakmu bisa sukses dunia akhirat dengan terus semangat menuntut ilmu dan bisa mengamalkan ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat dengan sempurna. Aamiin. [Rn]

Ummu Faiha Hasna
Pondok Jeruk, Cilacap, Selasa, 19 Desember 2023

Baca juga:

0 Comments: