Headlines
Loading...
Oleh. Rosi Arlina 

Dalam melakukan perjalanan menuju Allah akan terasa berat apabila kita sendirian, namun akan menjadi ringan jika kita melangkah bersama mereka yang satu tujuan. Analoginya, ketika kita melakukan perjalanan ke suatu tempat seorang diri, perjalanan jauh itu bakal terasa lama dan menjenuhkan.

Dalam perjalananpun tak selalu mulus, adakalanya kita akan menemukan hambatan. Ibaratkan saja bisa jadi kendaraan yang kita gunakan mengalami kendala, kehabisan bensin, ban bocor misal. Tentu jika sendiri kita pasti kerepotan dan kesulitan.

Sebaliknya apabila kita melakukan perjalanan bersama sahabat, tentu perjalanan akan terasa ringan karena diselingi dengan obrolan dan canda tawa hingga tak membosankan. Masalah yang kita temukan tetap sama, hanya bedanya kita punya sahabat yang membantu untuk menyelesaikan dan memudahkan.

Maka itu Allah memerintahkan kita untuk saling bersaudara dan saling mencintai karena Allah. Sejatinya untuk bisa istiqamah berada dijalan Allah, kita butuh orang-orang yang mensupport langkah kita agar lebih ringan. Kehadiran mereka senantiasa membackup kita dalam kebaikan.

Yang bersamanya memiliki frekuensi tema obrolan yang sama, saling membicarakan tentang kerinduan kita pada Allah dan pada akhirat, serta memiliki tujuan yang sama dalam konsep memperbaiki hidup.

Perjalanan iman tentu akan berat apabila kita sendirian, maka kita butuh cintanya Allah, dan cinta orang-orang yang mencintai-Nya. Hidup akan menjadi lebih indah, apabila kita melangkah bersama mereka yang seiringan, seiya sekata, satu keinginan dan tujuan. Sendiri itu berat sobat, maka kita butuh sahabat taat agar kita kuat.

Selain mencari ilmu, kita juga harus cari sahabat yang taat, karena Insya Allah mereka akan selalu ngingetin kita pada kebaikan. Maksiat dikit, langsung diingatkan. Ya karena rasa cintanya mereka takkan rela bila kita lalai dan terlena dalam kemaksiatan. Nasihatnya pun segera menghujani hati agar kita kembali kejalan ketaatan. Pengen seneng-senang dengan dunia, tinggalkan ngaji dan dan dakwah, langsung di bawelin. Bener sih istikamah itu lelah bestie, kalau pengen gak lelah itu namanya Istirahat.

Cuma Istirahat dari taat itu bikin kita mudah maksiat. karena rasa sayangnya mereka gak ikhlas dong, lihat kita terjerat dalam kemaksiatan. Dengan hati dan jiwanya terus menarik kita tuk kembali menjadikan dakwah poros kehidupan nan penuh keberkahan. Rasanya emang terkekang, gak bebas, setiap gerak-gerik selalu dipantau dan di awasi. Terkesan posesif sih merasa risih jadinya, bahkan kadang bikin tertekan dengan banyak nya nasihat dan aturan atas diri ini.

Namun percayalah, suatu hari saat dunia ini sudah berakhir dan binasa. Saat telah tiba hari penghisaban, dimana hari diminta pertanggung jawaban. Kita akan sangat amat begitu bersyukur dan berterima kasih atas kehadiran mereka. Cinta mereka murni karna Allah semata. Nasihat yang kita anggap memekakkan telinga dan membuat panas hati itu adalah sebab bagi diri kita untuk selamat dari siksa Api Neraka. 

Saat tak menemukan diri kita di Surga, mereka lah yang mencari dan menjadi penolong kita. Mereka berkata dan meminta kepada-Nya : "Ya Allah, kami bersaksi Si Fulanah dulu pernah satu majelis ilmu bersama kami, berada dijalan dakwah ini maka rahmatilah dia ya Allah".

Maka itu, apabila kita saat ini telah memiliki sahabat yang saling mencintai kita karena Allah, peganglah tangannya erat-erat. Jagalah mereka yang selalu membantu kita dalam ketaatan pada Allah.

Tidaklah seseorang diberikan kenikmatan setelah Islam, yang lebih baik daripada kenikmatan memiliki saudara (semuslim) yang saleh. Apabila engkau dapati salah seorang sahabat yang saleh maka pegang lah erat-erat.” [Quutul Qulub 2/17]

Wallahu a'lam bisshawwab. [Ma]

Baca juga:

0 Comments: