
OPINI
Miris, Pernikahan Mewah di tengah Kesusahan Rakyat
Oleh. Ratna Kurniawati, SAB
Pernikahan putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) Kaesang Pangarep dan Erina Gudono yang di gelar secara mewah, megah dan elit pada tanggal 11 Desember 2022 menuai kontroversi disebabkan penerapan protokol kesehatan yang longgar. Hal ini seolah-olah menyiratkan bahwa Indonesia sudah terbebas dari pandemi Covid-19. Aturan terkait protokol kesehatan diabaikan. Sementara penerapan aturan protokol kesehatan tetap diberlakukan pada rakyat. Pemegang kebijakan melanggar aturan yang dibuatnya sendiri.
Ironis. Acara pernikahan mewah digelar di tengah penderitaan rakyat karena bencana alam gempa, tingginya angka PHK, angka stunting, dan lain-lain. Apalagi penggunaan fasilitas kenegaraan untuk pengamanan prosesi pernikahan dan banyak kalangan penjabat negara yang terlibat serta sibuk mengurus acara pernikahan tersebut dikhawatirkan melalaikan tugas utama mereka sebagai abdi negara.
Maka sungguh sangat disayangkan. Ketika di tengah banyak kasus yang mendera rakyat Indonesia, acara pernikahan megah nan mewah tetap saja digelar.
Pernikahan memang sunnah rasul. Akan tetapi, jangan sampai hal tersebut membuat pejabat publik abai terhadap tugas besarnya untuk mengurusi dan menyejahterahkan rakyat.
Di era kapitalis, biasa kita temui kondisi penguasa atau pejabat yang abai dari melayani urusan rakyatnya.
Rakyat harus berpikir sendiri bagaimana untuk bertahan hidup, karena tidak ada jaminan yang layak dari negara. Rakyat semakin menderita dan kesusahan di tengah penerapan aturan hidup kapitalis.
Lain lagi dengan sistem Islam. Kondisi hidup yang berbeda akan kita temui. Dikisahkan pada suatu malam, di saat Khalifah Umar bin Abdul Aziz melakukan tugasnya di istananya, tiba-tiba putranya hendak membicarakan persoalan keluarganya bersama ayahnya. Lalu dipadamkanlah lampu penerangan di atas meja, karena lampu penerangan yang dipakai di istana adalah milik negara. Sementara, persoalan yang dibicarakan adalah persoalan keluarga bukan negara. Sebaliknya, jika urusan tamu itu berkaitan dengan urusan negara, khalifah akan menggunakan cahaya lampu untuk kepentingan negara, bukan kepentingan pribadi.
Demikianlah kepribadian Umar bin Abdul Aziz. Ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang adil dan tegas dalam melaksanakan hukum Allah, tidak memanfaatkan fasilitas kenegaraan demi kepentingan pribadi. Puncak kejayaan di berbagai bidang tak lantas membuat Umar bin Abdul Aziz terperdaya meskipun prestasinya menuai banyak pujian. Pemimpin bergelar khalifah kelima ini tetap bersahaja, amanah, dan sangat berhati-hati dalam mengelola aset dan fasilitas kenegaraan.
Demikianlah, sosok terbaik dalam sejarah Islam mencontohkan berbagai cara untuk menutup celah korupsi. Bermula dari sikap wara' para elit pemimpin, penegakkan hukum tanpa tebang pilih, hingga pelaksanaan hukuman yang tegas di depan publik. Semua ini adalah sebagian jalan yang dapat ditempuh untuk menunjukkan keteladanan pemimpin dalam menjalani kehidupan.
Wallahu a'lam bishawwab.
Baca juga:

0 Comments: