
Oleh. Iis Nopiah Pasni
Sekitar pukul empat sore, Bunda Isna menerima vc dari Syahnaz, seorang remaja putri kelas tiga SMA yang sedang menangis. Bunda Isna yang bingung melihat Syahnaz menangis.
Syahnaz menghapus air mata yang jatuh di pipinya.
"Assalamualaikum, Bun. Maaf Syahnaz vc Bunda," katanya mengucap salam dan memulai ceritanya.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Iya Syahnaz nggak apa-apa.
Yuk cerita sama Bunda," kata Bunda menjawab salam Shanaz tadi.
"Kok nangis, cerita yuk," kata Bunda Isna agar Syahnaz mau membagi ceritanya.
"Syahnaz cuma mau nangis," rengeknya manja pada Bunda Isna yang sedang memperhatikannya.
"Ya udah, menangislah," kata Bunda Isna lagi, Kali ini Syahnaz menangis tak bersuara tapi air matanya mengalir perlahan. Nampaknya Syahnaz begitu terluka.
Ya Allah, sebenarnya ada apa dengan Syahnaz? batin Bunda Isna pada dirinya sendiri. Tentu saja Bunda Isna jadi bingung sendiri. Akan tetapi Ia tak mau memaksa Syahnaz cerita lebih lanjut.
"Bun, terima kasih ya," kata Syahnaz sambil menyeka kembali air matanya.
"Iya, Sama-sama," jawab Singkat Bunda Isna.
"Bun, boleh nggak, kalau sudah lebih nyaman, Syahnaz mau curhat," kata Syahnaz lagi.
"Iya, boleh. Kapan saja Syahnaz mau cerita, Insyaallah Bunda siap mendengarkan," kata Bunda Isna sambil tersenyum melihat kearah remaja putri berkerudung merah jambu itu.
"Udah dulu ya Bun, Assalamualaikum," ucap Syahnaz menutup pembicaraannya.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, da ... da, Syahnaz," jawab Bunda Isna sambil melambaikan tangannya.
Sambungan telepon pun terputus, Bunda Isna langsung ke teras rumahnya mengangkat jemuran pakaian dan perlahan melipat pakaian tersebut.
"Bun, siapa yang nelpon Bunda tadi?" tanya Abidzar penasaran.
"Itu, Kak Syahnaz, Bang," jawab Bunda sambil membalikkan baju kemeja panjang berwarna hitam milik suaminya.
"Kak Syahnaz itu yang rajin ikut kajian Ahad ya Bun?" tanya Abidzar lagi.
"Iya, Bang," jawab Bunda sambil melihat ke arah anaknya itu.
"Kenapa Kak Syahnaz tadi nelpon Bunda?" tanya Abidzar lagi.
"Nggak apa-apa Bang, Kak Syahnaz cuma pengen nelpon aja," jawab Bunda Isna pada putra ketiganya itu.
"Jadi, Bunda itu jadi teman curhatnya Kak Syahnaz," tanya Abidzar lagi kali ini Abidzar tersenyum sumringah.
"Iya, Bang," jawab Bunda Isna singkat.
Tiba-tiba hpnya berbunyi lagi, Nampak nama Syahnaz tertera di sana.
"Assalamualaikum, Bun," kata suara Syahnaz di seberang sana.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, gimana, Naz?" tanya Bunda pada Syahnaz.
"Bun, Syahnaz mau cerita nih," kata Syahnaz lagi.
"Iya, Bunda dengerin," jawab Bunda Isna lagi.
"Sebenarnya, Syahnaz nangis itu karena diputusin pacar Syahnaz, Syahnaz jadi sedih, Bun" kata Syahnaz jujur.
"Trus," kata Bunda Isna singkat.
"Ternyata benar ya kata Bunda waktu itu lebih baik fokus belajar, Syahnaz bener salah, Bun. Udah tahu nggak boleh dalam Islam masih saja pacaran,"akunya lagi.
"Nah sekarang Syahnaz mau gimana?" tanya Bunda Isna ingin tahu jawabannya Syahnaz.
"Syahnaz menyesal Bun, dan mau belajar yang giat, Bun. Semester 1 ini saja prestasi Syahnaz jadi turun gara-gara sering berantem sama dia," kata Syahnaz penuh penyesalan.
"Waktu jadi terbuang percuma," kata Syahnaz.
"Syahnaz ingin fokus belajar dan lulus dengan nilai bagus agar bisa masuk perguruan tinggi negeri," kata Syahnaz lagi.
"Nah gitu, dong anak saleha. Ketika ilmu sudah sampai pada kita, ya sebaiknya segera lakukan, Pas tahu pacaran itu dilarang agama ya harus segera menjauhinya, Ya Nak," jawab Bunda Isna pada Syahnaz.
"Pacaran itu dilarang agama karena mendekati zina, berkhalwat pada yang bukan mahram tentu yang ketiganya ya setan," Kata Bunda lagi.
Bunda Isna baru mengenal Syahnaz, baru beberapa Minggu, ketika Syahnaz dan teman-temannya ikut kajian remaja setiap Ahad di Taman Adipura Muara Enim.
Syahnaz rajin hadir dan selalu aktif bertanya bila tak mengerti. Syahnaz langsung akrab dengan Bunda Isna, sering curhat apa saja pada Bunda Isna.
Bunda Isna berusaha menempatkan diri sebagai seorang sahabat bagi Syahnaz dan teman-temannya itu.
"Syahnaz ... Ayo mulai sekarang No Pacaran ya nak, fokuslah belajar dan gali potensi diri. 'Kan katanya Syahnaz ingin jadi Penulis, Jadi harus rajin nulis dan ikut kelas menulis ya," kata Bunda Isna memberikan wejangan.
"Iya, Bunda. Syahnaz janji tak pacaran lagi. Mau fokus sekolah," katanya dengan suara ceria.
Pada masa pubertas anak-anak harus dibersamai, sehingga bisa mengarahkan sesuai koridor Agama Islam. Berusaha menjadi bermanfaat bagi agama dimulai dari diri sendiri, keluarga lalu lingkungan sekitar. Seperti juga Bunda Isna berusaha menempatkan diri sebagai seorang sahabat bagi lingkungan sekitarnya.
"Sudah ya Bun, terima kasih sudah mau dengan curhatan Syahnaz, mau jadi sahabat Syahnaz," kata Syahnaz pada Bunda Isna.
"Syahnaz sudah lega sekarang, Assalamualaikum Bunda," kata Syahnaz mengakhiri pembicaraannya dengan Bunda Isna.
"Sama-sama, Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Bunda Isna sambil tersenyum mendengar Syahnaz sudah baik-baik saja.
Muara Enim, 21 Desember 2021
Baca juga:

0 Comments: