Headlines
Loading...
Oleh. Rochma

Berbagai cara dilakukan untuk mematikan setiap bibit dari perjuangan Islam. Karena musuh-musuh Islam sangat paham bahwa Islam akan menemukan jalan untuk menuju kejayaannya kembali. Isu deradikalisme menjadi satu senjata ampuh untuk membungkam Islam dan semangatnya di tengah umat. 
 
Terbaru, sebuah ledakan yang diduga bom bunuh diri terjadi di Kantor Polsek Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat sekitar pukul 08.30 WIB di hari Rabu (7/12). Bom yang dipakai merupakan bom panci rakitan dan dibawa di ransel oleh pelaku ke lokasi.
Dalam peristiwa tersebut, terdapat satu korban meninggal dunia, yaitu pelaku pembawa bom tersebut, selain 10 orang terluka. Sampai Rabu (7/12), masih ada korban yang dirawat. Sementara sembilan lainnya sudah diperbolehkan pulang.
Pelaku bom bunuh diri disinyalir adalah seorang laki-laki yang langsung tewas di lokasi usai ledakan. (Republika.com, 9/12/2022)

Menurut Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Majelis Ulama Indonesia harus kembali mengaktifkan Tim Penanggulangan Terorisme (TPT) yang sebelumnya dibentuk guna mengurangi benih-benih terorisme. Hal ini bisa dilakukan mulai dari hulu yaitu dengan pendekatan keagamaan khas MUI. Misalnya dengan mengeluarkan fatwa jika terorisme bukan jihad, meluruskan paham-paham radikal dan membuat buku-buku tentang pelurusan jihad.

Menghembuskan Isu Deradikalisme

Meneliti makna deradikalisasi dalam KBBI, deradikalisasi adalah praktik mendorong penganut ideologi agama atau politik radikal untuk mengadopsi pandangan yang lebih moderat. Inilah yang menjadi senjata untuk membungkam atau mematikan sebagian pemahaman Islam kaum muslimin yang dianggap terlalu radikal. Makna radikal sendiri juga dimaknai tidak mau menjadi Islam moderat dan cenderung pada Islam sesuai hakikatnya.

Sebagai seorang muslim, kita harus memahami Islam dengan benar, lalu menerapkannya sesuai kehendak As-Syari' (pembuat syara'/hukum). Bahkan Islam melarang untuk menawar ajarannya atau menimbang-nimbang  pelaksanaannya sesuai kepentingan masing-masing manusia. Yang disukai diambil, yang tidak disukai dibuang. 

Saat ini, Islam beserta ajarannya bukan sumber aturan yang digunakan manusia, khususnya kaum muslimin. Kaum muslimin dipaksa untuk hidup di bawah aturan sekuler kapitalis. Aturan ini mengabaikan agama dan  mengedepankan materi atau dunia sebagai standar utama. 
Di sisi lain, ada sebagian kaum muslimin yang mulai memiliki kesadaran akan pentingnya untuk mengembalikan kehidupan berdasarkan syariat Islam. Upaya ini dibendung musuh-musuh Allah, salah satunya dengan menghembuskan paham deradikalisasi. 
Menurut mereka, 
- Kaum muslimin tak layak bertentangan dengan ide moderat. 
- Islam perlu disesuaikan dengan kondisi zaman dan kehidupan saat ini. 

Mati dalam Islam

Dalam QS.Ali Imran: 102 Allah berfirman, "Wahai orang-orang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim." 

Dalam ayat ini, muslim diperintahkan Allah untuk bertakwa dan meninggal dalam keadaan muslim. Terkait dengan bom bunuh diri, Islam tidak mengajarkannya. Makna jihad pun bukan seperti itu. 
Negara juga seakan-akano tunduk pada skenario global dalam memerangi Islam. Bom bunuh diri yang diidentikkan jihad menjadi sentimen negatif demi merusak citra Islam. Padahal Islam tak mengajarkannya.  

Umat harus cerdas dalam melihat setiap peristiwa yang terjadi. Apa yang menyebabkan dan siapa yang bermain di belakangnya. Terlebih saat ini, walaupun menjadi agama mayoritas, Islam kerap dinistakan. Umat harus melihat bahwa Islam adalah agama penuh rahmat dan tak pernah mengajarkan kerusakan, lebih-lebih bom bunuh diri. 

Wallahu a'lam.

Baca juga:

0 Comments: