Oleh. Ratty S Leman
Sore menjelang berbuka Faiz belum pulang juga. Tentu saja sebagai seorang Ibu, Ning cemas memikirkan anaknya. Kemana anak ini, sudah hampir maghrib belum pulang juga. Dinantinya anaknya dengan harap cemas. Alhamdulillah ketika waktu berbuka tiba, Faiz juga sudah muncul di depan pintu.
"Assalamu'alaikum," sapa Faiz
"Wa'alaikumsalam," jawab Ning lega
"Kok mepet maghrib Mas pulangnya? tanya Ning lebih lanjut.
"Iya, gak bawa uang. Lupa. Jadi jalan kaki," katanya menjelaskan.
Terbelalak mata Ning, "Hah, jalan kaki?"
"Ayo udah minun dulu. Batalin dulu puasanya," ajak Ning
Setelah cukup minum sekedar membatalkan puasa Ning menyuruh Faiz sholat maghrib dulu. Setelah sholat maghrib, sambil beebuka puasa Ning bertanya lagi karena penasaran,
"Uangnya ke mana?"
Dijawab Faiz, "Ketinggalan."
Faiz segera masuk kamar dan membuka lemari bajunya. Diambilnya seragam hari Kamis. Ia merogoh saku bajunya, "Ini dia".
Astaghfirullah. Ning baru sadar. Jika tadi pagi dia memasukkan uang saku di kantong baju hari Kamis yang Faiz pakai.
Faiz menyadari jika hari Kamis itu besok, maka begitu dia ingat ini hari Rabu maka ditukarlah bajunya dengan baju hari Rabu. Namun uang sakunya lupa diambil.
Ya Allah, ampuni kami, istighfarlah Ning. Ia tidak menyadari dan memperhatikan jika Faiz ganti baju.
"Tidak bawa uang, lalu bagaimana tadi naik angkotnya," selidik Ning
Faiz menjelaskan, "Tadi, sewaktu mau bayar angkot, saya kebingungan. Lalu ada Ibu-ibu yang bertanya apakah ada masalah, Dik?"
Faiz jawab, "Ada. Uang saya ketinggalan di rumah".
Kata ibu-ibu tadi, "O tidak masalah, nanti Ibu yang membayar ongkosnya."
Meleleh air mata Ning, Alhamdulillah, ada orang baik, malaikat tak bersayap yang dikirim Allah untuk menolong Faiz.
"Kamu sudah mengucapkan terimakasih?" selidik Ning.
"Iya, sudah. Terimakasih ya Bu," Faiz menperagakan ucapannya..
"Iya. Alhamdulillah ada yang menolong
Kamu harus berterimakasih kepada orang yang sudah menolong kamu. Dan yang terpenting berterimakasih kepada Allah karena sudah mengirim ibu-ibu baik hati menolongmu," nasehat Ning panjang lebar.
"Iya Bu" jawab Faiz.
Ning bersyukur kepada Allah dan ingin berterimakasih kepada ibu-ibu yang telah menolong Faiz tadi pagi. Cuma karena tidak mungkin bertemu akhirnya Ning berdoa, semoga ibu-ibu yang menolong Faiz tadi pagi dilapangkan rezekinya.
"Lalu, pulangnya. Mengapa harus jalan kaki Mas? Kan bisa naik ojek nanti dibayar di rumah. Jarak sekolah dan rumah ini jauh lho, kira-kira 8 kilometer. Coba lihat kakinya bengkak tidak?" tanya Ning nerocos.
"Takut dimarahi. Kan saya yang salah sendiri. Ganti baju dan lupa mengambil uangnya," bela Faiz.
Ya Allah terharu Ning mendengarnya. Faiz bertanggungjawab atas sikapnya. Dia lalai, lalu dengan ikhlas pulang jalan kaki karena tidak bawa uang.
Sebenarnya jika Faiz pulang dengan naik ojek dan ongkos dibayar di rumah pun, Ning tidak akan marah.
Ah, anakku. Kamu takut Ibumu marah sehingga kamu rela jalan kali sepanjang 8 kilometer saat puasa Ramadan.
"Robbi habli minashoihiin", doa Ning sepenuh hati.
Baca juga:

0 Comments: