
motivasi
Ibu Sesekali Butuh Healing
Oleh. Ummu Faiha Hasna
Aktivitas healing seolah-olah menjadi kebutuhan. Dulu, sesuatu itu tidak dibutuhkan, sesuatu itu belum bisa dilakukan, namun hari ini banyak yang menjadi kebutuhan, diupayakan untuk dilakukan, diraih, bahkan boleh jadi menjadi sebuah cita-cita, fokus yang memang harus dilakukan sekalipun mungkin menyita waktu dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sekalipun sibuk, sekalipun dalam kesulitan masalah finansial tetapi tetap berkomitmen untuk melakukan healing.
Lalu apa itu healing? Kenapa harus dibahas? Sebab, Ibu cerdas harus memahami bahwa di dalam Islam setiap perbuatan manusia, setiap aktivitas yang dilakukan sehari-hari itu terikat dengan hukum syara (attaqoyyud bi hukmi syar'i) termasuk aktivitas healing.
Istilah “healing” itu berasal dari kata dasar “heal” yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti menyembuhkan, membuat sembuh, dan menjadi waras. Dilihat dari sisi bahasa berasal dari bahasa Inggris, yaitu semacam proses penyembuhan atau refresh dari hal-hal negatif dan ini biasanya dalam hal sisi perasaan, baik itu marah, kesal, kecewa, khawatir yang kalau berlarut-larut terjadi pada diri seseorang akan berdampak pada tidak fokus untuk melakukan aktivitas.
Maka healing sejatinya suatu proses yang berupaya untuk meringankan dan memulihkan beban mental dari seorang individu.
Adapun menurut ilmu psikologi, self healing adalah proses penyembuhan yang hanya melibatkan diri sendiri untuk bangkit dari penderitaan yang pernah dialami dan memulihkan diri dari luka batin. Tujuannya tidak lain untuk memahami diri sendiri, menerima ketidaksempurnaan, dan membentuk pikiran positif dari apa yang telah terjadi. Ketika berhasil melakukan self healing, maka kita akan menjadi pribadi yang lebih tegar dalam menghadapi kesulitan, kegagalan, dan trauma di masa lalu.
Apakah Ibu pernah memiliki luka batin yang dalam? pernah trauma atau pernah diposisi mengalami gangguan psikologis? atau mengalami kelelahan emosional yang mendalam? Jika tidak, maka Ibu tidak memerlukan healing. Ibu hanya butuh refreshing.
Seorang butuh penyegaran pikiran. Seorang ibu mungkin dia ketika stres, dia tidak baik dalam meriayah, tidak baik dalam mengurusi putra putrinya. Seorang istri jika kadang abai terhadap fungsinya sebagai istri dalam melayani suami. Seorang anak pun apabila birul walidainnya terganggu dan begitu pun dengan seorang pengemban dakwah, yang tidak kalah pentingnya dimana amanahnya yang luar biasa memikirkan bagaimana menyampaikan risalah Islam ke tengah-tengah umat supaya Islam dipahami, diyakini oleh umat dan Islam itu diterapkan oleh umat, dalam arti pengemban dakwah mengalami "luka batin", ada yang menganggap solusinya healing. Bentuknya bermacam - macam hingga bernuansa lain. Itulah realitanya.
Dampaknya? Dunia kapitalis itu sensitif terhadap apapun yang bisa menghasilkan uang. Karena mereka konsisten dengan pemikiran yang mendasari. Kacamata kapitalis menilai, setiap apapun yang mendatangkan keuntungan materi, mereka akan melakukan apapun demi uang. Realitas kehidupan manusia ini ditangkap oleh kapitalis, pemilik modal sehingga mereka berlomba-lomba menginvestasikan dananya untuk membangun kafe, membangun tempat-tempat wisata yang memang sebelumnya itu sudah ada dan ketika datang investor itu dipercantik, diperluas sehingga menarik hati orang untuk berkunjung dan pasti di sana mereka dapat keuntungan paling tidak ada makanan yang dijual, ada tiket masuk yang harus dibeli, penginapan sewa, ada transportasi dan lain sebagainya. Sehingga para pengusaha ini kecipratan keuntungannya.
Dampak kehidupan bisa dilihat dari sisi konsumennya dan juga dari sisi finansialnya.
Dari sisi konsumennya ini menjadi arus sebagai perangsang agar orang-orang tertentu, termasuk umat Islam yang sebenarnya tidak butuh aktivitas itu. Tapi kemudian "terprovokasi" , terangsang, seolah-olah mereka butuh melakukan itu. Masalahnya, ketika ini dibenturkan dengan aktivitas lain yang lebih urgen 'kewajibannya', lebih memilih kuliner, lebih memilih jalan-jalan, lebih memilih nonton, dibanding aktivitas belajar, menuntut ilmu, amanah melakukan dakwah atau mungkin kehidupan sehari-hari di rumah yang justru itu terbengkalai.
Demikian pula dari sisi finansialnya, menyuburkan adanya butuh pinjaman online, terjerat riba, padahal bukan untuk kebutuhan urgen sekali tapi hanya sekedar makan-makan atau hanya sekedar jalan-jalan. Ini pun berdampak besar yang luar biasa, karena ujungnya menimbulkan masalah baru dan banyak orang yang melakukan pelanggaran. Pelanggaran meninggalkan menuntut ilmu, mengabaikan dakwah atau terjerat pinjaman riba demi healing tadi.
Healing dalam Islam adakah?
Keyakinan manusia pasti semua aktivitas ada aturannya dalam Islam. Syariat menetapkannya, karena Islam itu bukan hanya keyakinan, tapi Islam itu keyakinan disertai aturan yang harus diterapkan termasuk dalam mengelola healing.
Orang perlu refresh, jalan-jalan atau kuliner, ini ada dua masalah. Pertama masalah mindset. Masalah pemikiran pada masyarakat sekarang. Masyarakat didominasi oleh mindset sekularisme tidak kembali ke agama. Mereka jauh dari nilai-nilai agama, hanya sekedar tren, hanya mengikuti mindset sekuler tentang kehidupan. Masalah kedua, yaitu tekanan hidup yang luar biasa akibat diterapkannya kapitalisme.
Ketika negara tidak hadir sebagai pengayom rakyatnya, maka dampaknya rakyat harus membiayai dirinya sendiri berjual beli atau bertransaksi bukan dengan negara tapi bertransaksi dengan pengusaha. Dalam hal ini, di saat pendidikan mahal, jaminan kesehatan mahal, kebutuhan hidup naik, sehingga para ibu, merasa tekanan kehidupan semakin berat, belum dari masalah interaksi sosial, liberalisme yang sekarang begitu menyerang kehidupan, pergaulan bebas, seks bebas dan menyerang anak anak muda hingga orang tua, suami, istri sehingga terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Maka seorang ibu, wajar merasa khawatir terhadap nasib anaknya, pergaulan bebas, khawatir terhadap kesehariannya, sehingga muncullah kebutuhan untuk sekedar refreshing.
Allah SWT memerintahkan Muslim untuk selalu berdzikir setiap saat dalam kondisi apapun. Sebagaimana pesan CintaNya dalam surat an Nisa ayat 103. Faidza qodhotumussolata fadqyrulloha qiyaman waqu'udan wa'ala junubikum, faidath- maantum faaqiimussolata, innassolata kanat 'alalmu'miniina kitaban mauquutan.
Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring. Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sungguh, shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS An-Nisa': 103).
Pada ayat ini Allah mengingatkan kaum Muslimin untuk melakukan zikir sesuai dengan kondisi mereka, berdiri, duduk, atau berbaring setelah selesai melakukan sholat.
Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan shalat yang dilakukan dalam keadaan takut tersebut, ingatlah Allah sebanyak-banyaknya sesuai dengan kondisi dan kemampuan kamu, ketika kamu berdiri, pada waktu duduk, dan ketika berbaring, dan semoga dengan memperbanyak zikir itu kamu mendapat pertolongan dari Allah.
Dzikir atau mengingat Allah bukan hanya jalan-jalan tetapi disaat kita sedang aktivitas. Saat sakit ingat Allah, beraktivitas dengan penuh kesadaran dan keyakinan bahwa kalau kita iltizam dengan hukum Allah, maka kita akan mendapatkan balasan di sisi Allah. Akan ada kebaikan di dunia (ziyadatul khair) dan pasti di akhirat itu akan meraih pahala.
Sebaliknya ketika kita berani melanggar aturan Allah tersebut, maka bukan kebaikan dan bukan keberkahan yang kita peroleh tapi itu akan berujung kepada kesulitan hidup seperti yang sekarang terjadi dan akan berujung di akhirat itu mendapatkan nerakanya Allah. Naudzubillahimindzalik.
Jadi, healing tidak mesti seperti itu, healing yang sebenarnya adalah tafakur, berzikir kepada Allah, kita memahami ayat ayat Allah baik kauniyyah (yang terjadi di alam) maupun qouliyah.
Oleh karena itu, maka, Ibu sesekali boleh healing tanpa berpaling dari- Nya, selama ibu mampu dan tidak melalaikan kewajibannya yang lain. Wallahu a'lam bis shawab.
Baca juga:

0 Comments: