Oleh. Ratty S Leman
Bullying adalah kata yang familiar yang sering Ning dengar akhir-akhir ini. Tak dipungkiri hal ini mengenai putranya, Faiz.
Saat SD dulu jika dibully dia mencakar yang membully dia. Ning berkali-kali menasehati. Sabar mengingatkan terus, jika ada yang meledek sebaiknya menghindar. Tapi siapa sangka itu bully itu melukai fisiknya.
Sore itu ketika hendak mandi, Faiz tunjukkan luka di pipinya. Panas katanya. Ning kaget, diperiksanya pipi anaknya yang agak kehitaman, "Kenapa ini Mas?" Faiz menjawab, "Tidak tahu, tangan teman mengoles apa di pipi, jawab Faiz.
"Mengapa temannya sentuh pipi Faiz?" tanya Ning lagi.
"Tidak tahu. Saya lewat di tangga mau masuk kelas, tiba-tiba ada yang mengoles sesuatu di pipi," jelas Faiz lagi.
Ya Allah, bingung mau diobati apa. "Sabar ya Mas", kata Ning lagi menyuruh anaknya bersabar.
"Besok Ibu ke sekolah, mau lapor", lanjut Ning lagi.
***
Keesokan harinya, Ning berangkat ke sekolah saat jam mau pulang sekolah. Segera Ning melapor ke guru BP dan bagian kesiswaan. Alhamdulillah keluhan didengar dengan baik. Pihak sekolah bersedia menyelidiki dan memproses siapa yang berani usil yang berbahaya.
Sengaja memilih jam pulang sekolah, Ning memanfaatkan waktu dengan baik. Begitu bel berbunyi, anak-anak berhamburan keluar.
Anak-anak berkelompok untuk jajan dan ngobrol-ngobrol sebentar sebelum pulang. Dimanfaatkan momentum itu dengan baik oleh Ning.
"Mohon maaf, teteh-teteh dan Aa-Aa. Perkenalkan, saya Ibunya Faiz. Faiz kemarin mengeluh jika pipinya sakit, diolesi sesuatu sama temannya saat mau naik tangga ke kelas. Menurut Ayahnya Faiz, ini seperti air keras hingga kulit menjadi gosong. Adakah yang tahu kira-kira siapa ya berbuat?" tanya Ning nerocos.
Mereka saling memandang satu sama lain antar teman. "Wah kurang tahu Bu", jawab mereka kompak.
Ning berjalan ke kelompok yang lain, kelompok anak laki-laki yang banyak berjaket hitam. Menurut Faiz yang mengolesi dia anak laki-laki berjaket hitam. Dengan kalimat yang sama dengan kelompok sebelumnya Ning mengutarakan maksudnya ditambah kata-kata, "Menurut Faiz, yang mengolesi cairan keras ke pipi anak laki-laki berjaket hitam. Ayah Faiz wartawan lho. Bila ada yang mengaku, Ibu maafkan jika berjanji tidak akan mengulangi lagi. Jika tidak mengaku dan ketahuan sekolah maka Ibu tidak segan-segan membawa ke ranah hukum".
"O tidak tahu Bu," kata mereka bubar. Suasana pun makin sepi karena sudah banyak yang pulang. Tiba-tiba ada seorang anak perempuan yang mendekatinya, "Ibu maaf, saya tahu siapa yang berbuat. Namanya X, mohon ibu tidak usah tahu nama saya ya. Saya juga takut diancam".
Alhamdulillah, akhirnya ketemu titik terang, nama pelaku. Segera Ning masuk lagi ke sekolah. Izin menyampaikan bahwa ada info dari seorang siswi, bahwa yang melakukan adalah X. Alhamdulillah sekolah menanggapi dengan baik. Ning pun pamit pulang.
Bully menjadi problem besar di sistem pendidikan saat ini yang tidak mengedepankan akhlak karena visi misi pendidikan di sistem kapitalis sangat berbeda dengan visi misi dan tujuan pendidikan di dalam Islam.
Baca juga:

0 Comments: