Headlines
Loading...

Oleh: Lilik Yani
(Kontributor SSCQMedia.Com)

SSCQMedia.Com — Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad, wa ‘ala ali Muhammad.

Duhai Rasul, bagaimana kabar? Insyaallah engkau senantiasa dalam penjagaan Allah. Ya Rasul, maafkan umatmu yang baru bisa berselawat kepadamu, belum sungguh-sungguh menjadikan engkau teladan kebaikan. Padahal, sungguh betapa bangganya kami menjadi umatmu karena mendapat fasilitas luar biasa dari Allah.

Ada Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, hingga kami bisa menjalankan semua aktivitas dengan yakin, tanpa waswas atau khawatir salah. Ada engkau, sang uswatun hasanah, teladan terbaik dalam kehidupan.

“Sungguh, pada (diri) Rasulullah itu terdapat suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Duhai Rasul, malu rasanya melihat kondisi negeri ini yang carut-marut. Kezaliman semakin menjadi-jadi. Jurang pemisah antara kaya dan miskin semakin menganga. Anak-anak di luar pulau memiliki semangat belajar tinggi, tetapi fasilitas sekolah rusak dan akses menuju sekolah sangat memprihatinkan. Mereka menyeberangi jembatan tali sambil bergelantungan. Bagaimana dengan seragam, sepatu, dan buku mereka, apakah aman?

Sementara itu, anak-anak kota menikmati fasilitas sekolah lengkap, gedung ber-AC, akses mudah dan nyaman. Namun, banyak yang tawuran hanya karena masalah kecil, bullying sering terjadi. Fokus belajar hilang, justru sibuk menata penampilan.

Lain lagi dengan para pejabat tinggi, korupsi merajalela di semua lini, termasuk di bidang kesehatan. Program makan bergizi gratis untuk balita dan ibu hamil demi mencegah stunting, justru dananya dikorupsi. Bagaimana bisa? Masih kurangkah hasil korupsi dari proyek-proyek lain? Sungguh tak habis pikir. Bagaimana dengan generasi berikutnya? Mana mungkin tumbuh generasi cerdas dan tangguh jika gizinya tidak terpenuhi, pendidikan rendah, kesehatan mahal, keamanan miris, sementara pergaulan bebas makin membahayakan.

Duhai Rasul, itu baru sekilas kondisi negeriku, belum lagi kezaliman yang menimpa saudara-saudara muslim di Palestina. Astaghfirullah, maafkan kami, ya Rasul, belum bisa berbuat banyak untuk mereka. Zionis begitu kejam, genosida terhadap muslim Palestina tidak cukup dengan bom dan rudal, bahkan dengan melaparkan seluruh warga. Bantuan kemanusiaan dari berbagai negara terhalang, truk bantuan tidak dapat masuk ke Gaza karena blokade.

Duhai Rasul, bisa dibayangkan tersiksanya saudara kami di Palestina. Tidak makan berhari-hari hingga tubuh tinggal kulit dan tulang. Zionis membunuh perlahan-lahan dengan cara yang kejam. Membayangkan saat berpuasa saja kita masih ada waktu berbuka, sementara mereka tidak ada makanan, tidak ada air bersih, tidak ada rumah untuk berteduh. Astaghfirullah, astaghfirullah.

Allahku, sampai kapan kondisi ini akan terus terjadi? Engkaulah Pemilik seluruh makhluk. Engkau berhak berbuat apa saja dengan ciptaan-Mu. Namun, ya Allah, kezaliman ini sudah di luar nalar. Umat Palestina begitu taat dan tetap bertahan meski negeri mereka mencekam. Mereka ingin menjaga tanah mulia para nabi dan Masjid Al-Aqsa.

Allahku, maafkan hamba jika terlintas pikiran, mengapa Engkau tidak segera menolong Palestina, mengapa Engkau tidak segera membinasakan Zionis yang begitu kejam? Maafkan hamba yang kurang sabar. Sungguh tak tega melihat saudara kami di Palestina dibantai, hingga mati kelaparan.

Duhai Rasul, andai engkau bersama kami. Doamu akan cepat didengar dan dikabulkan Allah. Pertolongan akan segera datang. Umat Palestina akan bahagia karena tercukupi kebutuhannya.

Ya Rasul, mohon sampaikan kepada Rabb-Mu, apa yang harus kami lakukan. Kami berjuang, berdakwah membangkitkan pemikiran. Islam harus bersatu agar kuat dan sulit dipatahkan lawan. Tidak seperti sekarang, para pemimpin sibuk mengejar kepentingan pribadi dan kelompok. Rakyat yang dahulu memilih mereka kini diperlakukan seperti pepatah “habis manis sepah dibuang.”

Ya Rasul, maafkan kami, umatmu, yang belum maksimal berjuang sehingga umat Islam belum bersatu. Meski jumlahnya mayoritas, kami lemah bagaikan buih di lautan. Umat Islam mayoritas tetapi justru menjadi bancakan negara-negara berkepentingan.

Ya Rasul, apa yang harus kami lakukan? Kami akan terus berjuang, berdakwah menyampaikan indahnya Islam, menguatkan akidah umat agar hanya bergantung kepada Allah, Sang Pemilik kehidupan dan alam semesta.

Kami terus berjuang, ya Rasul, sambil tetap husnuzan kepada Allah. Allah hanya menghendaki kebaikan. Dia tidak mungkin menzalimi hamba-Nya. Allah memberi peluang agar kita terus berjuang, menambah amal kebaikan, meninggalkan jejak di bumi sebagai hujjah kelak bahwa kita adalah pejuang Islam kaffah. Semoga kita tergolong umat terbaik yang terus menegakkan amar makruf nahi mungkar.

Duhai Rasul, mohon izinkan hamba sekeluarga, juga semua sahabat SSCQ, bisa bertemu dan memandang wajah indahmu di surga Allah. Bisa bertemu keluargamu, sahabat-sahabatmu dengan hati gembira penuh bahagia.

Masyaallah, indah membayangkan hal itu. Bismillah, semoga Allah mengampuni semua dosa dan khilaf, baik yang disengaja maupun tidak. Jika amal kami kurang, semoga Allah berkenan memberikan berkah dan rahmat-Nya hingga kami dapat bersama dalam barisanmu, ya Rasul mulia. Mohon izinkan dan akuilah kami sebagai umatmu, umat yang engkau banggakan.

Duhai Rasulullah tercinta, terima kasih sudah mau mendengar ceritaku. Cerita tentang negeriku, cerita tentang saudara muslim Palestina. Terima kasih, ya Rasulullah mulia. Salam untuk keluarga dan para sahabat tercinta.

Wallahualam bissawab. [Hz]

Surabaya, 10 September 2025

Baca juga:

0 Comments: