Kisah Inspiratif
Oleh. Annisa Yuliasih
Kala itu ... sekitar dua puluh tahun yang lalu, entah tepatnya tahun berapa, mungkin sekitar tahun 2002 - 2003, ada seorang gadis berdiri di depan sebuah mading masjid di sebuah kampus swasta di Kota Surabaya. Seperti yang selalu menjadi kebiasaannya, selepas sholat Dhuha ia akan mampir sebentar untuk membaca artikel-artikel yang terpasang di mading masjid. Setelah itu, ia kembali ke ruang kelas untuk mengikuti jadwal perkuliahan berikutnya.
Tiba-tiba terbaca olehnya sebuah pamflet undangan terbuka tentang Kajian Ramadhan yang dilaksanakan pada setiap ahad selama bulan Ramadan. Melihat tempat diadakannya acara, batinnya berucap: "Oh ... ternyata tempat acaranya dekat dengan kosku, masih dalam satu perumahan. Baiklah, aku akan datang untuk mengisi waktu Ramadanku. Toh kalau hari Ahad kegiatanku hanya mencuci baju dan rebahan saja."
Tibalah hari itu. Jam 9 pagi ia berangkat sendirian ke masjid tempat kajian akan dilangsungkan. Sesampainya di masjid, ia sempat tertegun, ternyata tak ada yang ia kenal di sana. Sebenarnya ada seorang teman kampus tapi ia tak terlalu mengenalnya, jadi mereka hanya saling melempar senyum.
Segera ia mengambil tempat untuk duduk karena acara akan segera dimulai. Setelah beberapa waktu berlalu, ia pun mulai mengamati orang-orang yang berada di sekitarnya. Tersadarlah ia, bahwa ia yang berbeda sendiri dalam penampilan. Ternyata mereka semua yang ada memakai baju jubah dan kerudung lebar, sementara ia mengenakan celana panjang dan berkerudung kecil.
Sejenak, ia merasa asing dan tak enak hati karena merasa berbeda. Namun, tak ada ujaran ataupun tatapan sinis yang mengarah padanya, tak ada juga yang mengomentari tentang model berpakaiannya. Yang ada hanyalah senyuman manis yang tersungging, terutama senyum manis dan tulus dari pemateri yang masih terus terbayang hingga kini, walaupun ia tak lagi ingat nama beliau.
Ya, gadis itu adalah aku. Inilah awal kisah hijrahku. Allah mengantarku menjemput hidayah saat berada di kampus yang tadinya aku enggan menuntut ilmu disitu, tapi keadaanlah yang memaksaku berada di situ.
Tapi itulah hikmahnya, di kampus itulah Allah menuntunku mengenal Islam lebih dalam.
Berawal dari kajian Ramadan tersebut, aku mulai sering diundang untuk mengikuti kajian-kajian berikutnya. Alhamdulillah, aku selalu mendapatkan pencerahan dari setiap kajian. Banyak sekali pertanyaan yang selama ini tidak mendapatkan jawaban yang pas di hati, tetapi dapat terjawab melalui kajian-kajian ini. Terutama pertanyaan tentang jilbab dan kerudung yang selama ini belum ada yang bisa menjawab dengan memuaskan hati. Ya, pertanyaan yang muncul semenjak duduk di bangku SMA,tentang QS Al Ahzab: 59.
يٰۤـاَيُّهَا النَّبِىُّ قُلْ لِّاَزۡوَاجِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَآءِ الۡمُؤۡمِنِيۡنَ يُدۡنِيۡنَ عَلَيۡهِنَّ مِنۡ جَلَابِيۡبِهِنَّ ؕ ذٰ لِكَ اَدۡنٰٓى اَنۡ يُّعۡرَفۡنَ فَلَا يُؤۡذَيۡنَ ؕ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوۡرًا رَّحِيۡمًا ٥٩
Artinya :
"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya1 ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Pertanyaanku kala itu: "Kenapa perintahnya jilbab harus diulurkan ke seluruh tubuh, padahal jilbab itu kan kerudung yang menutupi kepala?", "Apa bedanya kerudung dan jilbab?", "Kenapa harus berjilbab?"
Pemahamanku kala itu memang masih pada jilbab itu sama dengan kerudung.
Sehingga pada akhirnya aku bisa memahami bahwa ternyata jilbab itu berbeda dengan kerudung. Jilbab itu adalah baju yang lurus panjang tanpa potongan, sementara kerudung adalah kain yang menutupi kepala hingga dada.
Penjelasan istilah jilbab pun semakin jelas kini seperti yang terdapat pada wikipedia, sebagai berikut: Jilbāb (Arab: جلباب) adalah busana muslim terusan panjang menutupi seluruh badan kecuali tangan, kaki, dan wajah yang biasa dikenakan oleh para wanita muslim. Penggunaan jenis pakaian ini terkait dengan tuntunan syariat Islam untuk menggunakan pakaian yang menutup aurat atau dikenal dengan istilah hijab.
Sementara kerudung sendiri di dalam Al-Qur'an disebut dengan istilah khumur, sebagaimana terdapat pada QS An Nuur ayat 31 sebagai berikut: “Hendaklah mereka menutupkan khumur (kerudung-nya) ke dadanya. (An Nuur :31)
Tidak hanya sampai di sini, aku pun terpuaskan kembali terkait pertanyaanku: "Sebenarnya untuk apa sih kita hidup, coba lihat: manusia lahir, besar, sekolah, kerja, menikah, punya anak, punya cucu, lalu mati. Siklusnya selalu begitu, lalu apa istimewanya hidup ini?"
Aku pernah mencoba berdiskusi dengan teman terkait hal ini, tapi tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Akhirnya, kesimpulan yang kami ambil kala itu hanyala "jalani saja hidup ini bagaikan air mengalir".
Maasyaa allah ... ternyata Allah tidak membiarkan aku untuk menjalani hidup bagaikan air mengalir, Allah tunjukkan aku pada jalan-Nya setelah melalui berbàgai kajian dalam waktu yang cukup panjang. Allah memberikan lagi jalan untuk semakin mendalami Islam dengan mengikuti perhalaqahan di suatu syarikah. Dari situlah pemahamanku tentang tujuan hidup mulai terbayang, yakni pada konsep 3 pertanyaan besar: Dari mana, untuk apa dan mau ke mana.
Dan jawabannya adalah kita dari Allah, hidup dalam rangka ibadah kepada Allah dan akan kembali lagi pada Allah. Walau terlihat sebagai pertanyaan yang sepele, tetapi ternyata membutuhkan pengkajian yang sangat dalam dan pada akhirnya aku bisa mengetahui tujuan hidupku, bisa menentukan sikap dan keputusan dalam menghadapi berbagai persoalan.
Alhamdulillah ... aku sangat bersyukur karena Allah mengumpulkanku bersama jemaah yang menambah keimanan dan ketaatan kepada-Nya. Walaupun seiring waktu jemaah tersebut mendapatkan fitnahan, termasuk aku sendiri yang sering mendapat komentar sinis, tatapan sinis, omongan yang kurang menyenangkan di belakangku, tapi ini tidak menyurutkan langkahku. Keimanan memang akan selalu mendapatkan cobaan, bukankan Allah berfirman:
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ
Artinya :
"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman," dan mereka tidak diuji?"
(QS Al-'Ankabut: Ayat 2)
Oleh karena hidup adalah ujian, maka cukuplah dijalani sesuai dengan petunjuk Allah. Keimanan memang akan selalu mengalami pasang surut karena setan tidak akan membiarkan kita dalam ketaatan, karena itu tetap bertahan dalam jemaah menjadi pilihan walau apapun yang terjadi, itu memang sudah menjadi ketetapan Ilahi.
Bersama jemaah maka kita akan kuat, sebagaimana dalam hadis :
"Sesungguhnya setan bersama orang yang sendirian dan menjauh dari dua orang.” (HR Ahmad).
Semoga Allah selalu menanamkan keimanan, ketaatan dan memberikan keistikamahan pada diri ini. Amin.
Sidoarjo, 2 April 2024
Baca juga:

0 Comments: