Headlines
Loading...
 
Oleh. Choirin Fitri 

Ribuan rudal meluncur. Bongkahan rumah, jiwa, raga, semuanya hancur. Darah terus mengucur. Akibat tingkah polah mesin penghancur. 

Sayangnya, aku hanya bisa duduk terdiam. Menyaksikan saudara seiman dalam berderet terancam. Hadapi kepongahan penjajah yang beraneka ragam. Gunakan hawa nafsu menghancurkan siang malam.

Mereka, para mujahid berjuang sendiri. Menghapus onak dan duri. Tak sibuk mencari perhatian dari publik kanan kiri. Mereka fokus berjuang lillah dengan muka berseri-seri. Mencetak sebuah histori. Mereka takkan diam saja ketika kemuliaan tanah suci dikebiri.

Meski umat Islam di seluruh belahan dunia sepakat 'tuk mengakhiri penjajahan, namun penguasa mereka malah sibuk basa-basi sebagai bentuk rasa kasihan. Tak ada yang berani berbicara lantang dan menjadikan jabatan sebagai taruhan. Mereka sibuk menyalahi aturan Tuhan. Hanya mampu berucap simpati atau sekadar cemoohan. Nyatanya, mereka berlindung di balik penjajahan. 

Sungguh miris para pemimpin dunia ini. Tak ada secuil pun rasa berani. Mereka pun takut dicopot jabatannya di berbagai lini. Hingga, mereka menggadaikan saudara seiman nanti ataupun kini. 

Ya Allah, Ya Rabbi ampunilah kami. Kami tak mampu melawan penjajah yang tak kenal kompromi. Kami tak sanggup menghalau perilaku mereka yang menzalimi. 

Astaghfirullah, sungguh tak pantas kami disebut saudara. Kami tak bisa menolak berbagai angkara. Malah tersibukkan dengan topeng sandiwara. Atau, malah hanya mampu mengunggah pembelaan lewat aksara. 

Namun, satu hal yang kami yakin. Suatu saat nanti akan enyah para musyrikin. Kita harus berjuang dengan apapun semaksimal mungkin. 

Suatu saat sang pemenang akan lahir. Dia memiliki kemampuan mutakhir. Dialah pembela Islam sampai titik darah terakhir.

Sang pemenang itu tidak lahir dari rahim sekularisme. Dia tidak ikut-ikutan melakukan anarkisme. Atau memiliki pemikiran ateisme. Namun, dia pejuang sejati yang menjadi Allah dan rasul-Nya teladan dalam berbagai ritme. 

Sang pemenang punya motto hidup. Isy kariman au mut syahidan, hidup mulia atau mati syahid agar masa depan tak redup. 

Allah Swt. telah berfirman:

ÙŠٰۤـاَÙŠُّÙ‡َا الَّذِÙŠۡÙ†َ اٰÙ…َÙ†ُÙˆۡۤا اِÙ†ۡ تَـنۡصُرُوا اللّٰÙ‡َ ÙŠَÙ†ۡصُرۡÙƒُÙ…ۡ ÙˆَÙŠُØ«َبِّتۡ اَÙ‚ۡدَامَÙƒُÙ…ۡ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."

Sang pemenang adalah penolong agama Allah yang sejati. Mereka hidup tetapi rela mati. Perjuangannya takkan mau berhenti. Tanpa tapi, tanpa nanti. 

Tak pernah irikah kau pada sikap mereka? Cukupkah kau merasa duka? Cukupkah kau berdoa agar mereka terbebas dari luka? Ataukah kau merasa harus berjuang menghindarkan malapetaka? [Ma]

Baca juga:

0 Comments: