
Oleh. Nur Rahayu
Manusia itu adalah makhluk sosial yang membutuhkan komunitas sosial. Tidak bisa manusia hidup sendiri, karena secara alamiah kehidupannya berada di tengah masyarakat, saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Namun kehidupan tempat tinggal saat ini bukanlah tempat yang aman bagi juga untuk kehidupan kita. Karena kehidupan kini berada dalam sistem rusak kapitalis sekuler, kubangan kerusakan demi kerusakan demikian tampak kasatmata. Tidak ada yang tertutup lagi.
Tak sedikit orang bangga dengan kemaksiatan yang dilakukannya, dibuka sendiri aibnya, seakan telah hilang rasa malu dari dalam dirinya. Orang berbuat benar malah dirundung dan dijauhi, yang berbuat maksiat dianggap kawan dan didekati. Padahal dengan siapa kita berkawan, seperti menunjukkan kualitas diri sendiri.
Itu sebabnya Islam menganjurkan untuk tidak salah dalam memilih teman, karena teman dekat adalah cermin diri sendiri. Rasulullah saw. menyampaikan hadis, “Semisal ada teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Berteman dengan penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan berteman dngan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tempat di mana teman berada membawa pengaruh besar pada teman-teman yang ada di sekelilingnya. Jika berteman dengan para tukang gibah, maka sedikit demi sedikit akan ikut dalam suasananya dan lama kelamaan terbiasa. Begitu pun ketika berteman dengan teman yang suka menghadiri kajian keislaman, maka sedikit demi sedikit pula akan ada cinta dengan majelis kajian. Pengaruh sahabat akan sangat berpengaruh besar pada diri orang-orang yang ada di sekelilingnya.
“Agama dari seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Baik buruknya seseorang bisa dilihat dari orang yang ada di dekatnya. Jadi sahabat bergaul kita memberikan pengaruh juga dalam kehidupan kita, maka pilihlah sahabat yang bisa membawa dalam ketaatan, pilihlah sahabat cinta Qur’an yang selalu mengajak ‘berfastabiqul’ khairat dalam kebaikan, istikamah dan bertarget dalam bacaan Al-Qur’an, saling menasihati, dan saling berpesan satu dengan yang lainnya untuk mencari dirinya ketika tidak ditemukan di surga.
Inilah para teman dan sahabat yang selalu memikirkan dunia tapi juga memikirkan kehidupan akhirat. Ini sahabat-sahabat sejati yang akan menjadi sahabat untuk meraih akhirat/surga.
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah: 119) [Ni]
Baca juga:

0 Comments: