Headlines
Loading...
Oleh. Sri Ratna Puri

Sahabat, melihat secara umum pergaulan saat ini, mengerikan. Tidak hanya pergaulan remaja yang bablas tanpa batas, sampai orang dewasanya pun tak jauh beda. Cenderung bermasalah. 

Masalah perundungan, tawuran antar sekolah, tawuran antar warga kampung, gaul bebas, perselingkuhan, tindakan kriminal, dsb. Astaghfirullah. Seram. 

Padahal dulu, warga di Nusantara itu, terkenal kental dengan adab dan budaya ketimurannya. Sopan berperilaku dan santun dalam berucap, menjunjung malu sebagai simbol kehormatan dan kesucian. 

Sayangnya sekarang, budaya ketimuran mulai tergerus budaya Barat yang mengusung kebebasan. Di segala bidang kehidupan. Termasuk kebebasan bertingkah laku, di mana pergaulan ada di situ. 

Menjadi suatu kewajaran, bila muncul kekhawatiran. Terutama bagi para orang tua pemula, yang melepas anak-anaknya belajar bergaul di lingkungan sekitar. Baik di lingkungan rumah atau sekolah. Karena bagaimanapun, kita dan anak-anak kita, bagian dari makhluk sosial. Saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. 

Sahabat, sekiranya kita sudah memaksimalkan penjagaan kepada anak-anak kita dengan sebaik mungkin, tapi pada saat mereka pergi keluar, tetap saja terbersit ketidaktenangan. Mengingat belum adanya jaminan dari lingkungan eksternal yang aman. 

Tentu kita tidak mau anak kita, saudara kita, keluarga kita, teman kita, tetangga kita celaka. Benar? Atau kasarnya, kita tidak mau kondisi "pergaulan yang sakit" semakin kronis dan berlarut-larut. Yang kita inginkan, kondisi pergaulan yang sehat, aman dan nyaman. 

Maka sahabat, diperlukan adanya kesadaran bersama. Bahwa kondisi kita sekarang, tidak sedang baik-baik saja. Kesadaran dimunculkan, diawali dari seseorang yang mampu menangkap fakta secara utuh, menganalisa dan menyimpulkan dengan tepat. Selanjutnya, membangun kesadaran ke orang sekitar, lewat opini yang tersebar. Tentu dalam rangka mencari solusi dari permasalahan pergaulan ini. 

Tentu solusi yang diperlukan harus sesuai dengan akar permasalahan. Tidak asal, parsial atau tambal sulam. Dan ternyata, permasalahan yang ada semuanya sistemik, saling berkaitan. Adanya salah pergaulan, karena salahnya arahan. Salahnya arahan, karena lemahnya pantauan. Salahnya pantauan, karena akidah yang tidak benar, dst.

Kesalahan sistem yang dijalankan, menyebabkan pada sirnanya kehidupan Islam. Padahal, hanya dengan berlangsungnya kehidupan Islam, keamanan dan kesejahteraan bisa sepenuhnya tercapai. Mengapa kehidupan Islam? Mari kita cari tahu jawabannya. 

Sahabat, Islam satu-satunya agama yang mempunyai ajaran yang sempurna dan paripurna. Ajarannya mengatur hubungan seorang hamba dengan Penciptanya, dengan sesama dan pribadinya. 

Tiga cakupan aturan ini satu paket. Tidak bisa dipilih semau kita atau dibuang yang dirasa tak berguna. Karena itu, perlu adanya kesadaran kolektif untuk menetapkan aturan Islam secara komprehensif. Kesadaran di skala pribadi, koloni, dan pemegang kebijakan untuk seluruh negeri Islam. 

Berarti Sahabat, mau tidak mau harus ada wadah, di mana aturan Islam dilaksanakan. Wadah ini yang kita kenal sebagai Khil4fah, pelaksananya disebut Kh4lifah. Begitu menurut sabda Baginda Nabi saw., yang intinya menyebut bahwa tidak akan ada nabi setelahnya, dan ada penyebutan istilah Khalifah sebagai pengganti kepemimpinannya (Muttafaq 'alaih). 

Mari kita simak sejarah, bagaimana keberhasilan sistem Khil4fah Islam mengukir sejarah. Panjang nan gemilang. Tiga belas abad bukan waktu yang singkat. Berjaya menata kehidupan dengan aman dan tenteram. Pergaulan terselamatkan, tidak ada kekhawatiran. 

Wallahualam bissawab. [An]

Baca juga:

0 Comments: