Headlines
Loading...
Oleh. Firda Umayah 

Nadia, perempuan berusia 26 tahun itu masih setia dengan kandungannya. Badannya lemas. Kepalanya pusing. Seluruh badan tidak karuan. Inilah pertama kalinya ia merasakan tubuh yang sangat tidak nyaman. 

Belum lagi indera penciumannya kini semakin sensitif terhadap segala aneka bau. Perasaannya juga turut menjadikan dirinya mudah cemas, gundah, kepikiran, marah, sedih dan segala emosi yang lainnya.

Sudah dua bulan Nadia mengalami kondisi itu. Sejak ia merasakan tak nyaman pada dirinya, ia memutuskan berhenti bekerja di sekolah ternama di kotanya.

"Ini semua gara-gara kamu," ucap Nadia sembari memegang perutnya.

Sepertinya Nadia belum siap akan kehadiran janin yang ada di perutnya. Pasca menikah enam bulan lalu, Nadia kini tengah mengandung empat bulan. Nadia tak menyangka kehamilan begitu cepat menghampiri.

Padahal, ia berharap masih bisa menikmati masa berduaan dengan suaminya. Bahkan, saat gundah menyelimuti, Nadia pernah berharap bahwa pernikahan tidak datang secepat yang ia kira. Ia masih ingin menikmati hidup bebas seperti sebagian teman-temannya. Ia juga masih ingin mengejar karir yang belum ia lampaui.

…......

"Dek, makannya lahap amat," kata mas Rafi, suami Nadia.

"Adek sekarang kan ngidupin dua orang. Adek dan anak kita," jawab Nadia enteng.

Rupanya sejak usia kandungan enam bulan, keluhan awal mengandung tak dirasa lagi. Kini yang ada justru nafsu makan yang terus meningkat. Sebuah rasa yang juga tidak pernah dirasakan tubuh Nadia. 

Berat badan Nadia naik drastis. Semula 45 kg, kini 55 kg. Padahal, awal kehamilan, berat badannya turun tiga kg. Namun kini nafsu makannya seakan tak bisa ia kendalikan.

Nadia begitu lahap menyantap aneka makanan yang belum ia coba. Sebelumnya ia sulit sekali makan bahkan mengidap sakit maag. Berat itu terus meningkat hingga Nadia menjelang lahiran.

Proses kelahiran Nadia berjalan lambat. Sudah dua hari ia merasakan sakit luar biasa di area perutnya. Beberapa kali cek ke bidan, tapi belum ada pembukaan. Suami Nadia menyarankan untuk operasi sesar karena tak tahan melihat Nadia kesakitan.

Namun bidan Nadia mengatakan bahwa Nadia bisa menunggu lahiran normal. Sebab semua kondisinya masih baik. Tak ada pecah ketuban. Detak jantung bayi juga normal.

Di saat sakit yang dirasakan, Nadia teringat ibunya yang telah meninggal. Ia menangis membayangkan kenangan bersama ibunya. Mungkin inilah yang ibunya rasakan saat mengandungnya.

Nadia mengucapkan kalimat zikir sembari terus berdoa untuk almarhumah ibunya. Nadia berusaha ikhlas dan tegar dengan rasa sakit yang kini ia rasakan. Bahkan jika ia harus meregang nyawa demi melahirkan buah hati, Nadia juga sudah menyiapkan diri.

…......

"Selamat ya Bu, bayinya laki-laki," ucap Bu Rara bidan Nadia.

Rasa syukur luar biasa Nadia ucapkan kepada Allah Sang Pencipta. Nadia turut menangis melihat bayi mungil yang nampak mirip dirinya. Rasa sakit Nadia selama ini hilang begitu saja sejak mendengar tangis kencang dari malaikat kecilnya itu.

Rasa haru juga nampak dari suami Nadia yang berkesempatan mendampingi selama proses persalinan. Kini Nadia resmi menjadi ibu. Nadia menyadari masih banyak rintangan yang akan ia hadapi nanti. Namun ia bertekad akan menjadi ibu yang baik.

….......

Nadia terus bersabar dalam berproses menjadi ibu yang terbaik bagi Ilham, anak yang kini berusia setahun. Nadia sadar bahwa kondisi ia kini tak lagi sama. Ia harus membuang semua ego saat ia belum menjadi istri dan juga ibu.

Semua kesulitan yang ia rasakan saat menyusui, mendidik Ilham, sembari menjadi pengatur rumah tangga harus ia tahan demi cita-cita mulianya. Yaitu menjadikan Ilham anak yang saleh.

Nadia terus memperbaiki diri, dengan menimba ilmu agama untuk bekalnya dan juga anaknya. Meski mungkin langkahnya terlambat. Namun ia bersyukur diberi kesempatan untuk memperbaiki semuanya.

Besarnya perjuangan yang ia rasakan, membuatnya memahami mengapa Islam meletakkan surga di bawah telapak kaki seorang ibu. Nadia berharap, ia mampu mendidik anaknya sesuai dengan fitrahnya yaitu hidup hanya untuk menghamba kepada Allah Swt.

Baca juga:

0 Comments: