Headlines
Loading...
Oleh. Yuke Octavianty (Forum Literasi Muslimah Bogor)

Pengarusutamaan moderasi beragama kian deras dilakukan. Terutama di kalangan pemuda dan pelajar. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bogor memperkuat nilai keislaman di tengah kehidupan pemuda demi pencegahan paham-paham menyimpang. (antaranews.com, 10/12/2022)

MUI mengajak seluruh elemen pendidikan untuk menguatkan pemahaman Islam washatiyah mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi. Agenda tersebut khusus diadakan untuk menguatkan pemahaman Islam moderat demi tercapai bulatnya pemahaman bersama. Hal ini dibenarkan oleh Ketua Bidang Pendidikan dan Kaderisasi MUI Kabupaten Bogor, Saepudin Muhtar, atau sering disapa Gus Udin, saat menjadi penyampai materi di Bahtsul Masail, Cibinong, Bogor, 10 Desember 2022 lalu. Acara yang berjudul " Penguatan Materi Pendidikan Islam untuk Anak Usia Dini di lingkungan Raudhatul Athfal", menekankan bahwa penguatan moderasi beragama menjadi fondasi penting dalam membangun karakter keagamaan anak. (antaranews.com, 10/12/2022)

Gus Udin mengungkapkan bahwa ada sekitar 28 aliran pemahaman yang menyimpang di Kabupaten Bogor. Salah satunya, Ratu Adil dan Imam Mahdi, yang beberapa waktu lalu ramai diperbincangkan. MUI Bogor menyebut aliran tersebut sebagai salah satu aliran sesat. 

Bahkan, pendidikan Islam washatiyah ini pun digalakkan di pondok-pondok pesantren dan Sekolah Luar Biasa. Pendidikan tentang Islam "wasathiyah" dianggap dapat meng-'cover' akibat buruk aliran sesat yang kini tengah menjamur di tengah masyarakat. Karakter beragama pada anak sangat dibutuhkan untuk menjaga fondasi demi menjaga keyakinan dan kemantapan beragama. 

Fakta tentang rusaknya generasi yang kini terjadi, menjadi tugas bersama yang tak bisa dihindarkan. Karena dari tangan para pemuda, nasib bangsa ini ditentukan. Islam "wasathiyah" dianggap sebagai "senjata pamungkas" yang dapat meredakan segala bentuk penyelewengan yang terjadi. 

Islam moderat justru menjadi sumber malapetaka. Segala bentuk aturan yang termaktub di dalamnya berupa aturan sekuler liberal ditanamkan barat. Tujuannya agar dapat mencabik potensi pemikiran pemuda. Penggenjotan kurikulum beraroma Islam moderat pun kian santer dilakukan. Bahkan menjadi bab tersendiri dalam kurikulum di sekolah-sekolah. Toleransi, pluralisme, hingga akhirnya berujung pada segala bentuk kegiatan dan pemahaman serba permisif. Serba boleh, asal tetap berasaskan kebaikan. Tanpa mempedulikan hukum syariat Islam yang telah Allah Swt. tetapkan. Tentu hal ini menimbulkan standar ganda yang tak berasas. Alih-alih menjaga generasi, justru Islam "washatiyah" menjerumuskan generasi pada kerusakan dan cacat berpikir. 

Derasnya pemahaman Islam moderat merupakan agenda global yang dirancang untuk merusak pemahaman kaum muslimin. Penyelewengan pemahaman Islam bertujuan untuk meliberalkan pemikiran. "Washatiyah" bermakna umat yang tinggi, dan umat adil. Namun, kini diselewengkan sebagai "moderat". Tentu ini merupakan kesalahan pemahaman, yang pasti menimbulkan kerusakan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, 
"Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari-Nya, padahal kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)."
(QS. Al-Anfal: 20)

Syariat Islam sangat menekankan penjagaan akidah Islam. Dari ajaran tersebut, terpancar seluruh aturan. Tak ada istilah moderat, radikal ataupun fanatik. Yang ada hanyalah menerapkan seluruh aturan syariat Islam dengan ketundukan yang sempurna. Karena di dalamnya terkandung maslahat bagi seluruh umat. Dan segala kerusakan yang kini tengah menimpa generasi, hanya dapat dihentikan secara totalitas dengan penerapan Islam yang menyeluruh di setiap bidang kehidupan.

Wallahu a'lam bishawwab.

Baca juga:

0 Comments: