Oleh. Iis Nopiah Pasni
"Kuliah tapi nggak kerja, buat apa?!" Katanya sambil tersenyum sinis.
"Pinter, sering dapet rangking tapi cuma jadi ibu rumah tangga!" Katanya lagi, begitu mudahnya merendahkan.
Bunda Isna kali ini menanggapinya dengan senyum getir. Mau membela diri tapi ya sudahlah, tak akan ada habisnya nanti memperdebatkannya.
Bunda Isna memang lulus kuliah dengan nilai yang baik. Kenyataannya memang Bunda Isna ini tak bekerja. Dia seorang ibu rumah tangga dengan empat anak.
Bunda Isna sudah sering mendengar kata-kata seperti itu. Kadang Ia cuek saja. Akan tetapi, mendengar hal itu, manusiawi jadi sakit hati. Nelangsa rasanya diperlakukan seperti itu. Terkadang yang memberi luka itu juga masih sekitar pertemanan.
"Nggak usah didengar," kata Ibunya Isna, saat Bunda Isna berkeluh kesah pada ibunya. Ya, ibu adalah tempat ternyaman bercerita karena bisa dipercaya dan tak akan mengkhianati anaknya.
"Tapi Bu, kadang juga sedih dibilangin begitu," kata Isna lagi pada ibunya, meluahkan segala rasa di dada.
"Sabar, ya Nak. Tak semua suka kita pun begitu tak semua orang benci kita," kata Ibu menenangkan anaknya.
"Setiap orang diuji Allah sesuai dengan kemampuan hamba-Nya, jadi Isna bisa melaluinya," jawaban pamungkas dari ibunya kali ini cukup meredakan rasa kecewa Isna.
Tampak Isna kian lahap memakan makanan khas Sumatera Selatan. Semangkuk tekwan ludes dimakannya.
"Mau nambah lagi?" tanya Ibu melihat mangkuk tekwan tadi sudah kosong.
"Sudah, Bu. Isna mau makan puding coklat saja," kata Isna lagi.
"Ya gagal dong dietnya," ledek Ibunya Isna. Isna tampak tersenyum sambil menyuapkan sendok berisi puding coklat ke mulutnya itu.
Jarum jam sudah menunjukkan jam 16.00 Wib, Bunda Isna dan kedua anaknya pamit pulang ke rumah mereka tak berapa jauh dari rumah orang tuanya, sekitar perjalanan 20 menit.
Dalam perjalanan pulang ke rumah, mereka melihat ke arah Lapangan Merdeka Muara Enim. Tampak banyak sekali anggota TNI. Mereka sedang beracara hari jadi Infanteri. Ada pameran alat-alat TNI, ada tank, dan lain sebagainya.
Abidzar ingin sekali melihat langsung tank tersebut, tapi bundanya ingin pulang cepat.
"Nanti saja nonton pamerannya bareng Ayah ya," bujuk Bunda Isna pada anaknya itu.
"Iya, Bun," katanya patuh, matanya masih saja melihat ke arah tank yang dipajang.
Sesampainya di rumah, Bunda Isna kembali berkeluh kesah tentang kejadian tadi, tapi jawaban suaminya membuatnya berpikir ulang.
"Kalau ada yang ngomongin itu nggak usah tersinggung. Pertama itu cek dulu apakah yang diomongin orang tersebut benar atau tidak. Kalau benar ya ngapain marah. Kalau apa yang diomongin itu dusta berarti ia sudah memfitnah. Kedua ya fokus saja diri kita, lakukan hal positif tak usah hiraukan omongan orang," kata suaminya panjang lebar.
Bunda Isna mendengar itu langsung tertegun sejenak, ya ada benarnya kata suaminya itu, untuk apa tersinggung ... toh memang dia sarjana yang jadi ibu rumah tangga.
"Kan keren anak kita, Bun. Diasuh oleh ibu yang lulusan S1, kan Bunda itu madrasah pertama anaknya," kata suaminya sambil tersenyum lalu meminta dibuatkan kopi kental manis.
"Madrasah pertama anaknya itu harus tangguh, Bun. Agar anak-anaknya menjadi anak-anak yang tangguh juga sesuai yang dimau Allah Swt," kata suaminya lagi. Sedangkan Bunda Isna hanya mengangguk saja.
"Iya, ya Mas. Ngapain jadi tersinggung ya? Mending terus aja jualan online juga terus belajar jadi penulis Jadi ibu rumah tangga yang punya kegiatan positif," kata Bunda Isna menyemangati dirinya sendiri.
Sekarang jangan baper, jangan tersinggung, Fokus saja pada apa yang ingin dicapai. Orang yang membenci takkan terima alasanmu. Sedang orang yang mencintaimu akan terus memotivasimu menjadi diri yang lebih baik.
Ada saja cara Allah memudahkan urusan hamba-Nya, seperti Bunda Isna hari ini akhirnya bisa tersenyum sendiri mengingat dirinya yang tadinya cemberut, kesal hanya karena omongan orang yang tak perlu didengar. Akan ada orang terdekat yang selalu setia melindungi jiwa raga dan perasaannya serta terus mendukung kegiatannya.
Hidup adalah pilihan dan Bunda Isna telah menjatuhkan pilihannya dengan menjadi ibu rumah tangga yang mengurus suami dan empat anaknya.
Bunda Isna juga mengisi waktu luangnya dengan kegiatan positif seperti belajar menjadi penulis. Dengan ketekunannya, di Bulan November 2022, Bunda Isna mendapat juara 3 lomba menulis cerpen umum di Kabupaten Muara Enim yang peserta lombanya itu kebanyakan dosen juga para guru.
Bukankah suatu kebanggaan, Ketika seorang ibu yang hanya ibu rumah tangga bisa memenangkan perlombaan yang biasanya diikuti para pendidik dengan gelar panjang di belakang nama mereka?
"Bangga menjadi diri sendiri dan berfokus pada cita-cita dan berfokus pada orang yang mencintaimu," bisik Bunda Isna pada dirinya sendiri.
Muara Enim, 18 Desember 2022
Baca juga:

0 Comments: